Pemerintah kota dan kabupaten di wilayah pantai utara barat Jawa Tengah mulai mengantisipasi ancaman demam berdarah pada musim hujan ini.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
PEKALONGAN, KOMPAS — Pemerintah kota dan kabupaten di wilayah pantai utara barat Jawa Tengah mulai mengantisipasi ancaman demam berdarah pada musim hujan ini. Pemberantasan sarang nyamuk, sosialisasi peningkatan kewaspadaan masyarakat, dan pemasangan ovitrap atau perangkap nyamuk dilakukan di beberapa daerah.
Demam berdarah merupakan salah satu penyakit yang diwaspadai pada musim hujan. Pada musim hujan, nyamuk Aedes aegypti pembawa virus penyakit itu memiliki lebih banyak peluang untuk menetaskan telurnya di daerah-daerah genangan.
Kasus ini bisa dijadikan alarm peringatan bagi masyarakat untuk segera bersiaga mengantisipasi penyakit ini.
Di Kota Pekalongan, misalnya, sudah ada 2 kasus demam berdarah yang terjadi dari awal hingga pekan ketiga bulan ini. Kasus ini bisa dijadikan alarm peringatan bagi masyarakat untuk segera bersiaga mengantisipasi penyakit ini.
Pada 2019, ada 57 kasus yang terjadi di Kota Pekalongan. Dari jumlah tersebut, satu penderita meninggal. Jumlah kasus tersebut merupakan yang tertinggi dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.
Dinas Kesehatan Kota Pekalongan mencatat, pada tahun 2018, ada 35 kasus demam berdarah dengan 2 pasien meninggal. Adapun pada 2017, ada 44 kasus dengan 2 pasien di antaranya meninggal.
Untuk menanggulangi demam berdarah, Dinas Kesehatan Kota Pekalongan melakukan sejumlah upaya, antara lain sosialisasi pemberantasan sarang nyamuk melalui gerakan 3M (menutup, menguras, dan mengubur) serta pengasapan massal terbatas di daerah-daerah endemik. Sosialisasi sudah dilakukan sejak akhir 2019. Sementara itu, pengasapan massal akan dilakukan pada Februari-Maret.
”Pengasapan akan dilakukan di daerah endemik atau daerah yang sudah tiga tahun berturut-turut selalu ada kasus demam berdarah. Sejauh ini, ada 9 rukun tetangga (RT) yang tersebar di beberapa kelurahan yang masuk dalam daftar daerah endemik,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Pekalongan Indah Kurniawati, di Kota Pekalongan, Selasa (14/1/2020).
Sementara itu, di Kota Tegal, selain sosialisasi pemberantasan sarang nyamuk, pencegahan lain seperti pemasangan ovitrap atau alat perangkap nyamuk juga dilakukan. Perangkap nyamuk tersebut dipasang di sembilan kelurahan, yakni Kaligangsa, Margadana, Randugunting, Debong Tengah, Debong Kidul, Pekauman, Panggung, Slerok, dan Tegalsari.
Di kelurahan yang sama, porsi kasus demam berdarah pada sebuah Rukun Warga (RW) yang dipasang perangkap nyamuk jauh lebih rendah dibandingkan RW yang tidak dipasang perangkap nyamuk.
Meski tidak dijelaskan secara pasti terkait angka penuruannya, pemasangan perangkap nyamuk ini dinilai efektif menekan jumlah kasus demam berdarah. ”Di kelurahan yang sama, porsi kasus demam berdarah pada sebuah Rukun Warga (RW) yang dipasang perangkap nyamuk jauh lebih rendah dibandingkan dengan RW yang tidak dipasang perangkap nyamuk,” ujar Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Tegal Yuli Prasetya.
Jumlah kasus demam berdarah di Kota Tegal dalam empat tahun terakhir cukup fluktuatif. Kasus tertinggi dalam empat tahun terakhir terjadi pada 2016 dengan 131 kasus. Jumlah kasus kemudian menurun pada 2017 dan 2018 menjadi masing-masing 79 kasus dan 6 kasus. Jumlah kasus demam berdarah kembali naik pada 2019 dengan jumlah sebanyak 90 kasus. Dari jumlah tersebut, 3 di antaranya meninggal.
Surat edaran
Adapun di Kabupaten Tegal, pencegahan demam berdarah dilakukan dengan mengeluarkan surat edaran kewaspadaan demam berdarah kepada seluruh rumah sakit dan puskesmas. Surat edaran tersebut diterbitkan sejak Desember 2019.
Tak hanya itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal juga memastikan persediaan alat uji cepat pemeriksaan demam berdarah di seluruh rumah sakit dan puskesmas mencukupi.
Dihubungi terpisah, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Ari Dwi Cahyani mengatakan, dalam tiga tahun terakhir, kasus demam berdarah di Kabupaten Tegal fluktuatif dan tergolong tinggi.
Pada 2017, ada 261 kasus demam berdarah dengan penderita meninggal sebanyak 3 kasus. Jumlah tersebut turun tajam pada 2018 menjadi 77 kasus dengan 1 kasus meninggal. Namun, pada 2019, jumlah kasus demam berdarah kembali melonjak menjadi 370 dengan kematian sebanyak 3 kasus.
Tahun ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal menargetkan angka kasus demam berdarah turun. Upaya dari masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan aktif melakukan pemberantasan sarang nyamuk diperlukan untuk mencapai target tersebut.