Kaldera Tengger yang meliputi Bromo, Laut Pasir, Savana, dan sekitarnya, akan dibebaskan dari kendaraan bermotor selama satu bulan penuh terhitung mulai 24 Januari 2020 Pukul 00.00 sampai 24 Februari 2020 pukul 24.00.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Kaldera Tengger yang meliputi Bromo, Laut Pasir, Savana, dan sekitarnya, akan dibebaskan dari kendaraan bermotor selama satu bulan penuh terhitung mulai 24 Januari 2020 Pukul 00.00 sampai 24 Februari 2020 pukul 24.00. Pembatasan kendaraan ini dilakukan untuk menghormati Wulan Kapitu atau Bulan Ketujuh kalender masyarakat Tengger.
Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) Syarif Hidayat saat dihubungi, Minggu (12/1/2020) mengatakan, wisatawan tetap bisa menikmati Bromo dan sekitarnya, tetapi tidak diperkenankan menggunakan kendaraan selama waktu yang ditentukan itu.
”Wisatawan masih bisa beraktivitas menggunakan kuda, jalan kaki, atau pakai sepeda. Adapun untuk kepentingan dinas pemerintahan yang bersifat kedaruratan dan pemantauan kawasan tetap bisa menggunakan kendaraan bermotor,” ujar Syarif Hidayat
Ada beberapa titik batas kendaraan, yakni pintu masuk Coban Trisula, di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, dan pintu masuk Senduro di Jemplang, Kabupaten Lumajang; pintu Tengger Laut Pasir di Cemorolawang, Probolinggo; dan di Bincil yang menjadi pintu masuk resor Gunung Pananjakan, di Wonokitri, Pasuruan.
”Wisatawan masih bisa beraktivitas menggunakan kuda, jalan kaki, atau pakai sepeda. Adapun untuk kepentingan dinas pemerintahan yang bersifat kedaruratan dan pemantauan kawasan tetap bisa menggunakan kendaraan bermotor,” ujarnya.
Bromo Tengger Semeru merupakan salah satu dari 10 destinasi wisata unggulan di Indonesia. Selama tahun 2019 Bromo dikunjungi 690.831 wisatawan, terdiri atas wisatawan Nusantara sebanyak 669.442 orang dan wisatawan mancanegara 21.409 orang.
Menurut Syarif kebijakan bebas kendaraan satu bulan ini digagas sejak dua tahun lalu dan baru direalisasikan 2020. Sebelumnya telah dilakukan rapat koordinasi (rakor) pelaku jasa wisata alam 24 Januari 2018, rakor pelaku jasa wisata 4 Mei 2019, serta pertemuan pembahasan pengelolaan wisata Bromo Tengger Semeru pada 18 Juni 2019.
Dan terakhir rapat pada 8 Januari 2020 di Probolinggo yang melibatkan berbagai unsur, termasuk perwakilan tokoh masyarakat setempat. ”Pada 2015 Wulan Kapitu (Bromo dan sekitarnya) pernah juga ditutup. Hanya saat itu berbarengan dengan erupsi Bromo. Baru 2018 dibahas lagi dengan tokoh Tengger dan pelaku jasa wisata, dan 2020 direalisasikan lagi. Mudah-mudahan ke depan bisa jadi agenda rutin,” katanya.
Bebas kendaraan selama satu bulan ini juga merupakan salah satu implementasi 10 cara baru pengelolaan Kawasan konservasi, yakni penghormatan terhadap adat dan budaya (kearifan lokal) masyarakat Tengger. ”Ini juga untuk memulihkan Kawasan ekosistem Kawasan Bromo dan sekitarnya,” katanya.
Wulan Kapitu (Megengan Wulan Kapitu) sendiri merupakan bulan yang disucikan oleh masyarakat Tengger. Pada bulan ini, selama satu bulan penuh, sesepuh masyarakat Tengger melakukan puasa ”mutih” yang bertujuan menahan sifat keduniawian dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dihubungi secara terpisah, tokoh masyarakat Tengger di Probolinggo, Supoyo, mengatakan, penutupan kendaraan ini merupakan program BBTNBTS. Tujuannya untuk recoveri lingkungan. Dan kebetulan momentumnya berbarengan dengan Wulan Kapitu masyarakat Tengger.
”Tentu saja kami menyambut baik, berterima kasih jika kemudian saat Wulan Kapitu dilakukan penutupan atau pembatasan kendaraan bermotor,” ujarnya. Menurut Supoyo kelestarian alam di Kaldera Tengger perlu dijaga untuk anak cucu. Karena itu, hal ini perlu didukung oleh semua pihak.
Sementara itu terkait pendakian ke Gunung Semeru yang ditutup sejak September 2019, Syarif mengatakan belum ada kepastian kapan pendakian Semeru kembali dibuka. Penutupan kegiatan pendakian dilakukan akibat dampak kebakaran lahan pada musim kemarau lalu, yang mana menyisakan banyak pohon tumbang di jalur pendakian.