Sejumlah Desa di Karawang Kembali Tergenang Banjir
Dalam dua hari terakhir, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, diterpa hujan lebat. Akibatnya, sejumlah desa kembali dilanda banjir pada Jumat (10/1/2020) dini hari.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Dalam dua hari terakhir, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, diterpa hujan lebat. Akibatnya, sejumlah desa kembali dilanda banjir pada Jumat (10/1/2020) dini hari. Meski telah berangsur surut, warga diminta waspada dengan banjir susulan.
Sejak Kamis (9/1/2020), hujan tak berhenti membasahi tanah Kampung Cipancuh, Desa Tegalwaru, Kecamatan Cilamaya Wetan, Karawang. Darsi (70), warga desa itu, mencemaskan banjir yang mungkin singgah ke rumahnya lagi. Wajar jika Darsi cemas. Pasalnya, rumah dia tepat berada di samping saluran irigasi yang terhubung dengan Bendung Barugbug dan Sungai Cilamaya.
Pada malam pergantian tahun, rumah Darsi terendam banjir. Belum genap 10 hari setelah banjir dan membersihkan rumahnya, betul saja, kekhawatirannya menjadi kenyataan. Dini hari tadi, banjir masuk lagi ke dalam rumahnya. ”Kenyeut (hanyut) semua rak piring, baskom, dan gelas,” ucapnya sambil mengelus dada.
Berbeda dengan Darsi, Fahri (7), cucunya, tampak gembira bermain air di halaman rumah. Ia membuat perahu dari batang kayu dan meletakkan sepotong daun di atasnya. Ia berimajinasi bahwa dirinya adalah seorang pahlawan yang menyelamatkan manusia (daun) dengan menggunakan kapal (batang kayu).
Kenyeut (hanyut) semua rak piring, baskom, dan gelas.
Rumah Yani (25), warga lain, juga tergenang air setinggi 50 sentimeter. Ia telah tinggal di kampung ini selama tujuh tahun. Menurut dia, baru kali ini banjir datang begitu rutin dalam waktu singkat. Ia terpaksa mengungsi di rumah kerabatnya. ”Belum selesai membersihkan sisa banjir awal tahun, banjir sudah datang lagi. Membuat tidak tenang saja,” kata Yani.
Saat menyusuri sepanjang Jalan Raya Cilamaya-Cikalong, pemandangan sawah terendam banjir tampak dominan. Bahkan, semakin ke utara atau menuju Desa Muara, Kecamatan Cilamaya Wetan, kondisi banjir semakin tinggi.
Camat Cilamaya Wetan Basuki Rachmat mengatakan, ada tiga desa yang terdampak banjir adalah Desa Tegalwaru, Cilamaya, dan Mekarjaya. Ketinggian air bervariasi, 50-100 sentimeter. Ia memperkirakan, ada lebih dari 1.000 warganya yang terdampak musibah ini.
Menurut dia, cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini menyebabkan Sungai Cilamaya meluap dan menerjang rumah-rumah. Kecamatan ini berada di hilir sungai. Ia memperkirakan, hujan deras juga terjadi di hulu sehingga jumlah air semakin melimpah.
”Padahal, kami secara rutin melakukan kerja bakti di Sungai Cilamaya untuk membersihkan sampah dan tanaman liar,” katanya.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah Karawang Acep Jamhuri menyampaikan, pihaknya telah mengajukan kajian penanganan banjir kepada Pemprov Jabar dan Kementerian PUPR tahun lalu. Menurut dia, banjir yang terjadi di Karawang mayoritas disebabkan luapan sejumlah sungai, antara lain Sungai Cilamaya, Ciparage, dan Cibeet.
Ia berharap agar pembangunan bendung itu segera terealisasi. Bendung adalah tanggul untuk menahan air di sungai, sementara bendungan merupakan bangunan penahan atau penimbun air untuk irigasi.
Saat ini, Pemprov Jabar serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tengah membangun dua bendung di wilayah Jawa Barat, yaitu Bendung Ciawi dan Sukamahi. Progres pengerjaan mencapai 45 persen dan ditargetkan rampung tahun 2021. Bendung tersebut diharapkan dapat mengurangi potensi banjir.
Dalam kunjungannya ke Karawang beberapa hari lalu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, penanganan banjir di Karawang dilakukan dengan konsep serupa, yaitu pembangunan bendung di atas Sungai Cibeet dan Cilamaya. ”Saya akan memonitor langsung pembangunan bendung itu,” ucap Kamil.