Menyelamatkan Alam Dimulai dari Lingkungan Sekitar
Kerusakan alam dan deforestasi kian serius. Bahkan, berdampak pada perubahan iklim sehingga mengakibatkan suhu meningkat, mempercepat frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem, serta bencana alam.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Kerusakan alam dan deforestasi kian serius. Bahkan, berdampak pada perubahan iklim sehingga mengakibatkan suhu meningkat, mempercepat frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem, serta bencana alam. Menyelamatkan alam bisa melalui langkah kecil yang dimulai dari lingkungan sekitar.
Potret kerusakan alam juga terjadi di Kalimantan Barat. Dari 8 juta hektar total hutan alamnya, 30 persen di antaranya mengalami deforestasi. Menurut Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalbar, laju deforestasi Kalbar 42.000 hektar per tahun.
Kerusakan alam itu diperparah lagi oleh kebakaran hutan dan lahan. Berdasarkan data Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Kalbar, luas lahan yang terbakar di Kalbar tahun lalu mencapai 125.000 hektar.
”Tujuannya menghargai alam dan menjaga keseimbangan alam untuk mendukung kehidupan masyarakat di sekitarnya. Penanaman dilakukan di markas-markas, asrama, tempat terbuka, dan lahan-lahan kosong,” ujar Didi Haryono.
Belum lagi kondisi sungai. Daerah aliran sungai (DAS) di Kalbar banyak yang kritis. Data Balai Pengelola DAS dan Hutan Lindung Kapuas, dari sekitar 14 juta hektar luas DAS di Kalbar, 1,01 juta hektar sudah kritis, sebagian besar yang kritis DAS Kapuas. Bahkan, menurut Walhi Kalbar, DAS Kapuas dan sub-sub DAS Kapuas saja luasnya sekitar 10 juta hektar. Dari luasan itu, DAS Kapuas dan sub-sub DAS Kapuas yang kritis sudah mencapai 70 persen.
Penyelamatan lingkungan bisa dimulai dengan langkah-langkah kecil di lingkungan kerja. Seperti pada Jumat (10/1/2020), jajaran Kepolisian Daerah Kalbar hingga ke tingkat kepolisian resor menanam sekitar 19.000 berbagai jenis pohon dan tanaman buah.
”Tujuannya menghargai alam dan menjaga keseimbangan alam untuk mendukung kehidupan masyarakat di sekitarnya. Penanaman dilakukan di markas-markas, asrama, tempat terbuka, dan lahan-lahan kosong,” ujar Kepala Polda Kalbar Inspektur Jenderal Didi Haryono, Jumat (10/1/2020), saat menghadiri penanaman pohon di kompleks Asrama Polri Bhara Sudjak, Pontianak Utara.
Kegiatan penanaman pohon juga diharapkan memicu generasi muda mencintai alam. Alam memberikan penghidupan kepada manusia. ”Oleh karena itu, mari selalu menjaga alam. Jangan sembarangan menebang dan membakar hutan. Langkah ini diharapkan bisa ditindaklanjuti berbagai pihak secara berkelanjutan,” ujarnya.
Selain mendorong penyelamatan lingkungan melalui penanaman pohon, Polda Kalbar bersama jajaran TNI juga telah berkonsolidasi untuk mengantisipasi potensi bencana. Jika memang nantinya terjadi bencana alam longsor dan banjir, peralatan dan personel sudah siap. Para tokoh masyarakat juga sudah siap. Sejauh ini potensi itu sampai hari ini bisa diantisipasi.
”Kita tidak dapat melawan alam, tetapi hanya bisa mencegahnya dengan berbagai antisipasi,” kata Didi.
Dari desa
Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Kalbar Adi Yani menuturkan, upaya menyelamatkan hutan di Kalbar juga menjadi visi Gubernur Kalbar Sutarmidji dengan pembangunan yang dimulai dari desa melalui program desa mandiri.
Dalam indeks desa membangun, ada dimensi ketahanan sosial, ekonomi, dan juga ekologi. Program penyelamatan hutan masuk dalam dimensi ketahanan ekologi. Wilayah yang dominan masih memiliki hutan ada di Kabupaten Kapuas Hulu, Melawi, Sintang, Ketapang, dan Kayong Utara.
Untuk mengatasi deforestasi, Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Kalbar juga secara rutin mulai tahun ini menanam pohon di wilayah yang telah terbuka.
”Deforestasi terjadi karena proses perambahan sejak 1970-an. Ada kebakaran hutan dan lahan. Ada sebagian hutan perubahan status kawasan dan pinjam pakai sehingga luasan hutan makin kecil. Sekarang tidak ada lagi izin pelepasan kawasan,” kata Adi Yani.
Menyerap air
Penanaman pohon setiap tahun yang akan dilakukan dengan berbagai jenis pohon, bisa juga tanaman buah-buahan, bisa juga tanaman hutan yang memiliki fungsi yang kuat untuk menyerap air. Fokus pertama akan dilakukan di wilayah Kapuas Hulu, Sintang, Melawi, Ketapang, dan Kayong Utara.
Direktur Eksekutif Walhi Kalbar Nikodemus Ale menuturkan, aktivitas penanaman pohon sangat positif karena memulai sesuatu yang besar dimulai dari langkah-langkah kecil. Ia berharap ini bukan menjadi akhir, tetapi awal langkah penyelamatan alam. Instansi lainnya diharapkan juga melakukan hal sama.
Hutan di Kalbar seluas 8 juta hektar itu terancam oleh aktivitas pengembangan investasi berbasis hutan dan lahan. Ini menjadi ancaman besar. Jika tidak diatasi, ke depan Kalbar akan menghadapi bencana ekologis ketika kawasan hutan semakin berkurang.
Bencana ekologis 5-10 tahun terakhir sudah semakin tampak, seperti longsor dan banjir di banyak tempat. Daya dukung lingkungan kian menurun. Belum lagi bencana kabut asap.