Memasuki tahun ketiga program Citarum Harum, pembenahan Sungai Citarum di Jawa Barat diklaim sudah mencapai 25 persen. Namun, penanganan pencemaran sampah di sungai sepanjang 279 kilometer itu belum tuntas.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Memasuki tahun ketiga program Citarum Harum, pembenahan Sungai Citarum di Jawa Barat diklaim sudah mencapai 25 persen. Namun, pencemaran sampah di sungai sepanjang 279 kilometer itu belum tuntas.
“Sampah yang mencemari Citarum didominasi sampah rumah tangga. Jadi, salah satu fokus program Citarum Harum tahun ini meningkatkan edukasi warga agar tidak membuang sampah ke sungai,” ujar Ketua Harian Satuan Tugas Citarum Harum Dedi Kusnadi di Markas Komando Daerah Militer III Siliwangi, Kota Bandung, Jabar, Senin (9/1/2020).
Hal tersebut disampaikan Dedi dalam silaturahmi Satgas Citarum Harum. Kegiatan itu juga dihadiri Panglima Kodam III Siliwangi yang juga Wakil Komandan Satgas Citarum Harum Mayor Jenderal Nugroho Budi Wiryanto.
Edukasi dilakukan melalui lembaga keagamaan, pendidikan, dan tokoh masyarakat. Ajakan menjaga kelestarian lingkungan disampaikan lewat ceramah atau khotbah di rumah-rumah ibadah dan perkumpulan warga.
Selain itu, lembaga pendidikan juga dilibatkan mendukung program Citarum Harum. Salah satunya lewat kuliah kerja nyata dengan mengirim mahasiswa ke desa-desa di Daerah Aliran Sungai Citarum.
Dua tahun program Citarum Harum berjalan, sampah permukaan di beberapa titik sudah jauh berkurang. Di Dayeuhkolot dan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, misalnya, kondisi pertemuan Sungai Citarum dengan Sungai Cikapundung lebih bersih dibandingkan sebelumnya.
Edukasi dilakukan melalui lembaga keagamaan, pendidikan, dan tokoh masyarakat. Ajakan melestarikan lingkungan disampaikan lewat ceramah di rumah-rumah ibadah dan perkumpulan warga.
Akan tetapi, saat musim hujan, sampah-sampah kembali mengotori Citarum dan anak-anak sungainya. Hal itu mengindikasikan warga masih membuang sampah ke sungai.
Pada akhir November 2019, misalnya, Sungai Cikeruh yang bermuara ke Citarum dipenuhi sampah yang menutupi badan sungai sepanjang 25 meter dan lebar 10 meter. Sampah itu mengalir lewat sungai saat hujan sehingga menumpuk di pintu air.
Dedi mengatakan, untuk mengatasi pencemaran sampah di Citarum, juga digunakan bantuan dana dari Bank Dunia melalui pemerintah pusat senilai Rp 1,4 triliun. Pemerintah daerah diminta mengusulkan program, seperti pembuatan tempat pembuangan sampah sementara, bank sampah, truk sampah, atau biodigester.
“Dana itu tidak diberikan langsung ke pemerintah atau Satgas Citarum Harum. Namun, dalam bentuk fasilitas. Misalnya, dana digunakan untuk membuat bank sampah, tetapi pemerintah daerah diminta menyediakan lahannya,” ujarnya.
Nugroho Budi Wiryanto mengatakan, pembenahan Citarum yang dinilai sudah mencapai 25 persen itu meliputi beberapa hal, di antaranya pengerukan sedimen dan sampah, pelebaran sungai, penutupan saluran limbah, serta pembuatan kanal. Namun, dia mengakui, di sejumlah lokasi masih terdapat pencemaran sampah.
“Sudah ada kemajuan cukup lumayan. Namun, masih ada 75 persen belum tuntas. Masih ada waktu lima tahun lagi untuk menyelesaikannya,” ujarnya.
Saat mengunjungi hulu Citarum di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, awal 2018, Presiden Joko Widodo menargetkan pemulihan Citarum diselesaikan dalam tujuh tahun.
Presiden berharap semua pihak mengambil peran penting untuk mengatasi pencemaran sungai yang melintasi 13 kabupaten/kota di Jabar itu. Citarum dinilai berperan strategis karena menopang kehidupan lebih dari 20 juta penduduk Jabar dan DKI Jakarta.