Pemkot Surabaya Diminta Rutin Cek Kondisi Pepohonan
Pemerintah Kota Surabaya dan warga perlu bersama-sama mengecek kondisi pepohonan secara rutin. Apalagi saat ini cuaca ekstrem yang bisa membuat pepohonan tumbang hingga berakibat fatal berpotensi terjadi.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Pemerintah Kota Surabaya dan warga perlu bersama-sama mengecek kondisi pepohonan secara rutin saat cuaca ekstrem terjadi seperti saat ini. Pepohonan yang rawan tumbang agar dipantau, dipangkas, bahkan diganti dengan yang lebih kuat menghadapi terpaan cuaca ekstrem.
Pohon tumbang terkait cuaca ekstrem di Surabaya dan Jawa Timur pada Minggu (5/1/2020) dan sehari berikutnya berakibat fatal. Minggu sore, tercatat 67 lokasi pohon tumbang yang turut merusak instalasi listrik, menutupi jalan dan rel sehingga kelancaran lalu lintas terganggu, dan menimpa kendaraan hingga bangunan.
Senin (6/1) sore, ada 77 lokasi pohon tumbang. Di Jalan Johar, suami istri, Tan Tiong Jing (49) dan Elisa (47), yang sedang mengemudikan sepeda motor, tertimpa pohon tumbang sehingga tewas.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Gubernur Jatim Khofifah Tegistha telah mendatangi keluarga korban dan memberi santunan. Anak-anak korban yang menempuh pendidikan di SMP dan ada yang di perguruan tinggi mendapat beasiswa. Pemerintah, kampus, dan sekolah tempat anak-anak korban ingin agar buah hati pasangan Tan Tiong – Elisa itu dapat menyelesaikan pendidikan.
Menurut Kepala Badan Penanggungan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya Eddy Christijanto, Selasa sore, pepohonan yang tumbang pada dua hari sebelumnya kebanyakan sudah berusia tua atau setidaknya di atas 20 tahun. Pohon baru yang ditanam kurang dari 5 tahun terkena dampak meski hanya patah ranting.
“Pemerintah daerah sedang menganalisa dan memeriksa pepohonan yang sudah tua dan segera menerapkan perantingan atau pemangkasan untuk menekan dampak buruk saat cuaca ekstrem,” kata Eddy.
Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana menambahkan, penentuan jenis pohon bisa juga disesuaikan dengan program khusus. Misalnya, ada program bedah rumah warga miskin, material kayu bisa diambil dari misalnya pohon sengon yang ditanam pemerintah. Bisa juga, misalnya, jenis pohon berbuah yang hasilnya dipanen untuk kemudian dimanfaatkan masyarakat.
“Namun, hal ini perlu kajian dengan teliti agar tidak timbul masalah baru,” ujar Whisnu.
Pakar kebencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Amien Widodo mengatakan, pepohonan di wilayah perkotaan wajib diperiksa rutin. Pemeriksaan seharusnya berlangsung saat musim kemarau. Kemudian, menjelang musim hujan datang, pemangkasan, penebangan, hingga penanaman kembali ditempuh.
Pemeriksaan dan pemangkasan pepohonan, menurut Amien, sudah tepat jika dilaksanakan tetapi harus lebih intensif. Selain itu, terus menerus diinformasikan kepada masyarakat untuk tetap waspada.
Amien menyarankan siapa pun yang berada dalam cuaca ekstrem untuk menjauh dari pepohonan, instalasi listrik, papan reklame, dan bangunan yang terlihat rapuh. Jika berada dalam kendaraan agar keluar atau memarkir di area yang aman. Area kosong yang luas juga patut dihindari karena kemungkinan terkena sambaran petir.
“Pemahamannya bukan mencegah melainkan meminimalkan dampak buruk atau fatal saat cuaca ekstrem terjadi,” ujar Amien. Pemerintah juga diminta bertindak lebih jauh, misalnya menata perkotaan dengan mengutamakan prinsip keselamatan publik dalam lingkungan hidup yang lestari.