Potensi longsor dan banjir masih mengancam sebagian besar wilayah Kalimantan Barat di awal tahun. Pemerintah telah menetapkan siaga darurat serta menyiapkan upaya antisipasi.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Potensi longsor dan banjir masih mengancam sebagian besar wilayah Kalimantan Barat di awal tahun. Pemerintah telah menetapkan siaga darurat serta menyiapkan upaya antisipasi mulai dari menyiapkan perlengkapan, personel, hingga sosialisasi.
Potensi longsor itu diketahui berdasarkan data potensi gerakan tanah dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Di Kalbar ada 13 kabupaten/kota yang terdapat potensi gerakan tanah menengah hingga tinggi.
Potensi gerakan tanah itu terdapat di Kabupaten Bengkayang, Kapuas Hulu, Kayong Utara, Ketapang, Kubu Raya, Landak, Melawi, Mempawah, Sambas, Sanggau, Sekadau, Sintang, dan Kota Singkawang. Total tersebar di 109 kecamatan.
Dari 109 kecamatan itu, potensi menengah hingga tinggi berada di 24 kecamatan. Potensi gerakan tanah menengah hingga tinggi terbanyak di Kapuas Hulu, yakni 11 kecamatan, kemudian di Bengkayang delapan kecamatan.
”Kami sudah menginstruksikan BPBD kabupaten/kota yang memiliki potensi gerakan tanah untuk mengantisipasinya. Mereka mengingatkan masyarakat di wilayah yang rawan longsor untuk meninggalkan tempat sementara waktu jika memang sudah sangat rawan,” ujar Lumano
Potensi gerakan tanah yang tinggi, yakni daerah yang mempunyai potensi tinggi, terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif lagi.
Kemudian, potensi gerakan tanah menengah, yakni daerah yang mempunyai potensi menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.
Sementara itu, untuk wilayah yang rawan banjir berdasarkan pemetaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalbar berada di 14 kabupaten/kota. Artinya, semua kabupaten/kota di Kalbar rawan banjir. Bahkan, Desember lalu sudah ada beberapa kabupaten diterjang banjir.
”Kami sudah menginstruksikan BPBD kabupaten/kota yang memiliki potensi gerakan tanah untuk mengantisipasinya. Mereka mengingatkan masyarakat di wilayah yang rawan longsor untuk meninggalkan tempat sementara waktu jika memang sudah sangat rawan,” ujar Kepada BPBD Provinsi Kalbar Lumano, Sabtu (4/1/2020).
Selain itu, melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang berada di wilayah rawan gerakan tanah. Dengan demikian, kewaspadaan masyarakat meningkat sehingga diharapkan jika terjadi longsor tidak ada korban jiwa.
Fenomena alam
Selain rawan longsor, potensi banjir juga masih mengancam Kalbar. Menurut prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), akan terjadi fenomena alam cold surge atau seruakan angin melalui Laut China Selatan. Cold surge ini merupakan aliran udara dingin berasal dari daratan Asia kemudian menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat.
Sumatera Barat akan mengalami intensitas hujan cukup tinggi karena menjadi gerbang masuk fenomena ini pada 5 Januari. Cold Surge ini nantinya bermuara di Samudra Fasifik. Jalurnya melawati kepulauan di Indonesia, dimulai dari Sumatera bagian barat menuju Kalimantan kemudian sampai ke Samudra Pasifik. Dampak yang ditimbulkan adalah peningkatan curah hujan di daerah tersebut.
Berdasarkan data prakiraan BMKG, fenomena cold surge ini pergerakannya masuk di Kalbar setelah tanggal 11 Januari-15 Januari dengan pergerakan ke arah timur melewati bagian selatan lalu ke Kalimantan bagian timur.
Untuk itu, Lumano mengimbau kepada BPBD kabupaten/kota untuk melakukan persiapan dini terhadap fenomena cold surge karena akan terjadi peningkatan intensitas hujan mulai menjelang malam hingga dini hari. Sementara pada pagi hari hingga menjelang siang cuaca masih tergolong aman.
”Maka, sejak 27 Desember hingga 31 Maret, Kalbar masih berstatus siaga darurat bencana banjir, puting beliung, dan tanah longsor. Bahkan, antisipasi dilakukan hingga April. Personel gabungan lintas sektor sudah disiagakan sejak Desember beserta perlengkapan. Demikian juga di kabupaten/kota,” ujar Lumano.
Kepala BPBD Kabupaten Bengkayang Yosef menuturkan, BPBD Bengkayang juga telah melaksanakan sosialisasi ke wilayah yang rawan longsor agar masyarakat lebih waspada. Kemudian, ada pembangunan dinding penahan di tebing pada beberapa wilayah rawan longsor.
”Desa juga kami dorong menggunakan dana desa untuk mengantisipasi bencana alam. Desa diharapkan tidak hanya menunggu kabupaten menangani karena ada wilayah yang aksesnya sulit, misalnya di Kecamatan Suti Semarang, Siding, dan Lembah Bawang. Jika desa proaktif, penanganan akan lebih cepat,” ujarnya.
Catatan Kompas, Februari tahun lalu, hujan deras memicu longsor di Desa Medeng dan Desa Sungkung II, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang. Saat itu, sebanyak 3 orang tewas, 2 orang hilang, dan 11 rumah tertimbun longsor.
Gubernur Kalbar Sutarmidji, dalam Apel Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Alam, Desember lalu, mengingatkan jajaran pemerintah daerah bahwa pada November, Desember, hingga Januari setelah kabut asap berlalu, kini rawan banjir dan tanah longsor. Data kerawanan itu selalu disampaikan kepada BPBD hingga ke kabupaten/kota. Ia meminta daerah fokus.
Jajaran TNI-Polri dan lintas instansi juga sudah disiagakan sejak Desember. Total personel lintas sektor yang disiagakan 3.900 personel beserta perlengkapan dan dapur umum. Jika memang terjadi bencana, personel sudah siap dikerahkan.