Investasi Sektor Pariwisata Jadi Andalan Mengerek Devisa
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia berharap sektor pariwisata menjadi pengerek devisa di tengah ketidakjelasan perekonomian tahun 2020.
Oleh
Angger Putranto
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia berharap sektor pariwisata menjadi pengerek devisa di tengah ketidakjelasan perekonomian tahun 2020. Karena itu, langkah investor yang bergerak cepat pada awal tahun pun diapresiasi.
Hal itu ia sampaikan di sela peletakan batu pertama proyek pembangunan Banyuwangi Theme Park di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (3/1/2020). Wahana wisata itu dibangun oleh PT Duta Insani Bangun Persada bersama Jatim Park Group dengan investasi Rp 150 miliar.
Investasi di sektor pariwisata sudah terbukti menumbuhkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
”Apa yang digagas Jatim Park Group dan PT Duta Insani Bangun Persada merupakan langkah tepat untuk menjadikan Banyuwangi sebagai tujuan wisata yang komprehensif. Selama ini pariwisata Banyuwangi bersandar pada wisata alam dan budaya. Dengan adanya Banyuwangi Theme Park sebagai wisata modern, wisata di Banyuwangi semakin komplet,” ujarnya.
Bahlil mengatakan, investasi di sektor pariwisata sudah terbukti menumbuhkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Selain itu, juga meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), menambah jumlah hotel, dan membuka banyak lapangan kerja.
Tak hanya itu, lanjut Bahlil, sektor pariwisata juga bisa menjadi sumber devisa untuk negara. Hal ini yang dibutuhkan Indonesia saat ini karena kondisi ekspor yang masih lemah.
”Saat ekspor belum terlalu menjanjikan dan ekonomi global belum terlalu menggembirakan, pariwisata bisa membantu mengerek devisa lebih cepat. Pertumbuhan investasi pada 2019 membaik salah satunya karena pariwisata,” ujarnya.
Bahlil menyebut, semula target investasi tahun 2019 hanya Rp 792 triliun. Namun, realisasinya ternyata mampu mencapai Rp 800 triliun. Pada 2020, total investasi diharapkan bisa meningkat 13 persen. Namun, ia belum dapat merinci berapa besar sumbangan sektor pariwisata untuk peningkatan investasi tahun 2020.
Bahlil optimistis target tersebut dapat tercapai, terlebih jika ada regulasi yang ramah investasi. Ia menyebut selama ini regulasi kerap menjadi problem terbesar dalam investasi. ”Regulasi memang kerap menjadi problem terbesar investasi. Menarik investor untuk berinvestasi tidak sulit, tetapi bagaimana menjaga iklim investasi agar investor merampungkan proyeknya, itu yang tidak mudah,” ujarnya.
Bahlil mencontohkan, kondisi yang membuat iklim investasi tidak baik ialah birokrasi perizinan yang berbelit-belit dan tumpang tindih. Kondisi itu semakin diperparah jika tidak ada jaminan keamanan ketika mendapat protes dari sejumlah pihak.
Hal tersebut dibenarkan oleh Menteri Perdagangan 2016-2019 sekaligus Direktur PT Duta Insani Bangun Persada Enggartiasto Lukita. ”Kami memilih Banyuwangi karena mendapat jaminan kemudahan pengurusan izin dari Bupati Banyuwangi. Tapi, kalau ditanya kapan proyek ini akan selesai, kami akan jawab, kalau tidak ada gangguan dari yang protes-protes, akhir tahun Banyuwangi Theme Park sudah bisa beroperasi,” ujarnya.
PT Duta Insani Bangun Persada milik Enggartiasto Lukita bersama Jatim Park Group menanam investasi Rp 150 miliar untuk pembangunan Banyuwangi Theme Park. Direktur PT Bunga Wangsa Sedjati sekaligus Staf Ahli Jatim Park, Rio Imam Senjoyo, mengatakan, Banyuwangi Theme Park akan diisi arena bermain tematis, area edukasi, dan water park.
”Banyuwangi Theme Park akan menyerap 150 karyawan. Jumlah tersebut hanya untuk operator atau penjaga wahana, belum termasuk para penjaga toko dan tenant-tenant lain. Kami berharap bisa menyerap tenaga kerja yang berasal dari Banyuwangi,” tuturnya.