Lokasi amblesan tanah atau ”sinkhole” yang terjadi di Desa Lebbo Tengae, Maros, Sulawesi Selatan, masih dikunjungi warga. Padahal, dengan kontur tanah yang belum stabil, amblesan sewaktu-waktu bisa terjadi.
Oleh
·4 menit baca
MAROS, KOMPAS — Lokasi amblesan tanah atau sinkhole yang terjadi di Desa Lebbo Tengae, Maros, Sulawesi Selatan, masih dikunjungi warga. Padahal, dengan kontur tanah yang belum stabil, amblesan sewaktu-waktu bisa terjadi, terlebih dengan masuknya musim hujan. Pemerintah diharapkan memberikan edukasi terkait bencana dan tidak menjadikan sinkhole sebagai lokasi wisata.
Sejumlah pengunjung terlihat berdatangan untuk melihat amblesan tanah di Dusun Tana Takko, Desa Lebbo Tengae, Maros, Senin (30/12/2019). Pengunjung yang rata-rata berasal dari desa dan kecamatan sekitar lokasi ini terdiri dari orang dewasa, lanjut usia, hingga anak-anak.
Mereka datang sebentar untuk melihat, berdiri berjarak beberapa meter dari lubang, berfoto, lalu pulang. Garis polisi di dekat area lubang ataupun spanduk tidak membuat pengunjung berhenti untuk mendekat ke lubang.
Memang tidak ada petugas khusus yang berjaga meski tenda aparat berdiri di dekat perumahan warga. Lubang tersebut berdiameter lebih dari 20 meter dengan kedalaman puluhan meter. Air berwarna coklat menggenangi hingga berjarak 0,5 meter dari mulut lubang.
Penasaran lihat lubang itu. Saya tinggal di kecamatan sebelah, tidak terlalu jauh. Makanya ajak keluarga sekalian ke sini lihat fenomena alam ini seperti apa.
Aspar (40), salah seorang pengunjung, menuturkan, ia penasaran dengan cerita dan video yang tersebar di dunia maya. Ia lalu mengajak tujuh anggota keluarganya untuk datang dan melihat langsung lokasi amblesan yang terletak beberapa desa dari kediamannya.
”Penasaran lihat lubang itu. Saya tinggal di kecamatan sebelah, tidak terlalu jauh. Makanya ajak keluarga sekalian ke sini lihat fenomena alam ini seperti apa,” katanya.
Rosnia (45), pengunjung lainnya, menuturkan, ia belum pernah melihat kejadian seperti ini sebelumnya. Apalagi, proses terjadinya lubang ini direkam warga sehingga bisa disaksikan siapa saja.
Setelah melihat langsung sinkhole tersebut, Rosnia melanjutkan, ia tidak tahu ini kejadian apa. ”Tidak tahu apa ini, ke mana itu lubangnya. Airnya mengalir ke mana? Apakah ada aliran air di bawah situ?” ucapnya sembari melanjutkan mengambil foto.
Pengunjung terus datang ke wilayah ini sejak amblesan tanah atau sinkhole diketahui terjadi di Desa Lebbo Tengae, Senin (23/12/2019). Saat itu, ada lubang ditemukan berdiameter 1,5 meter dengan kedalaman 50 sentimeter, di sebuah sawah milik warga.
Suara gemuruh
Sebelum lubang ditemukan warga, sejumlah petani yang sedang menggarap sawah mendengar suara gemuruh dan gesekan batu. Tidak berapa lama kemudian, asap putih muncul dan tanah mulai ambles. Amblesan tanah terus terjadi hingga mencapai lebih dari 20 meter dengan kedalaman 60 meter.
Taba (56), warga Desa Lebbo Tengae yang kediamannya menjadi pintu masuk menuju sinkhole, menuturkan, pengunjung terus berdatangan sejak hari pertama terjadinya lubang hingga saat ini. Akan tetapi, jumlah pengunjung sudah tidak seramai sebelumnya.
”Kalau beberapa hari lalu dari pagi sampai sore. Ramai betul, terutama hari ketiga dan keempat. Sekarang sudah tidak ramai lagi,” kata Taba.
Terkait ramainya pengunjung ini, Pemerintah Kabupaten Maros memiliki rencana cukup kontroversial untuk menjadikan daerah ini lokasi wisata. Di daerah ini akan dikembangkan untuk pariwisata dan membangun beberapa fasilitas pendukung.
”Kalau Pak Bupati (Maros), menurut rencana, akan bikin tempat wisata di situ. Karena lubangnya ramai dikunjungi orang dan pemandangannya sangat indah. Mungkin bangun vila atau infrastruktur lainnya. Tapi, tetap menunggu hasil kajian,” ujar Kepala Bagian Humas Pemkab Maros Darmawati.
Menanggapi hal ini, Kepala Pusat Kebencanaan Universitas Hasanuddin Adi Maulana menjelaskan, lokasi amblesan tanah bukan merupakan lokasi wisata. Sebab, daerah tersebut masih sangat rentan untuk kembali ambrol dengan pembebanan yang terjadi.
Saya dari awal sudah minta agar akses air dan manusia ke lokasi sinkhole tersebut dibatasi. Penutupan irigasi sangat penting agar air tidak bertambah dan pembatasan pengunjung untuk mengurangi beban, sekaligus mencegah bencana lanjutan.
Selain itu, Adi melanjutkan, di lokasi tersebut masih ada saluran irigasi yang airnya terus mengalir ke dalam lubang. Hal tersebut membuat volume air dalam lubang terus bertambah yang sekaligus memberikan tekanan ke bawah dan ke samping.
”Saya dari awal sudah minta agar akses air dan manusia ke lokasi sinkhole tersebut dibatasi. Penutupan irigasi sangat penting agar air tidak bertambah dan pembatasan pengunjung untuk mengurangi beban, sekaligus mencegah bencana lanjutan,” ucap Adi.
Oleh karena itu, Adi berharap agar pemerintah turut memberikan edukasi mitigasi yang benar kepada masyarakat. Sebab, dengan wilayah yang susunan batuannya merupakan batuan gamping, peluang terjadinya sinkhole selalu ada. Amblesan akan menjadi bencana baru ketika terjadi di wilayah permukiman dan fasilitas publik.