Aliran sungai bawah tanah diprediksi membentang di lokasi terjadinya ”sinkhole” di Desa Lebbo Tengae, Maros, Sulawesi Selatan. Dalam kurun 20 tahun terakhir terjadi tiga kali amblesan tanah di kawasan tersebut.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Aliran sungai bawah tanah diprediksi membentang di lokasi terjadinya sinkhole di Desa Lebbo Tengae, Maros, Sulawesi Selatan. Dalam kurun 20 tahun terakhir, terjadi tiga kali amblesan tanah di kawasan tersebut. Pemetaan aliran sungai diperlukan untuk mitigasi hingga volume dan peranan suplai air ke wilayah sekitar.
”Berdasarkan pola sinkhole yang terjadi, terlihat ada tren lurus. Ada kesan satu sistem mengikuti aliran sungai bawah tanah yang ada. Apalagi di kawasan tersebut telah terjadi dua sinkhole sebelumnya dalam kurun 20 tahun terakhir,” kata Kepala Pusat Kebencanaan Universitas Hasanuddin, Adi Maulana, Minggu (29/12/2019), di Makassar, Sulawesi Selatan.
Menurut Adi, data sungai bawah tanah dibutuhkan untuk mengukur cadangan air yang berada di daerah tersebut. Ukuran cadangan air bisa diketahui setelah menganalisis sejumlah faktor, termasuk dimensi, curah hujan, laju air, hingga elevasi kawasan. Cadangan air penting untuk mengetahui kemampuan pasokan air tanah suatu wilayah.
Berdasarkan pola sinkhole yang terjadi, terlihat ada tren lurus. Ada kesan satu sistem mengikuti aliran sungai bawah tanah yang ada. Apalagi di kawasan tersebut telah terjadi dua sinkhole sebelumnya dalam kurun 20 tahun terakhir.
Sejauh ini, tutur Adi, pihaknya sedang melakukan analisis data yang telah dikumpulkan. Hasil kajian akan memetakan saluran air bawah tanah sekaligus bentangan sungai bawah tanah yang ada di daerah tersebut.
Berdasarkan data awal, diketahui lapisan tanah di lokasi terjadinya sinkhole tersebut adalah endapan aluvial sedalam 5 meter. Di bawah endapan tanah ini merupakan batuan gamping formasi Tonasa dengan ketebalan 600-700 meter. Bentangan batuan gamping di daerah ini sekitar 30 kilometer. Lapisan batuan ini terbentuk 20-12 juta tahun lalu atau ketika masa Eosen hingga Miosen.
”Dengan kata lain, umur batuan ini memang sangat tua sehingga proses pelarutan telah lama terjadi. Apalagi dengan struktur batuan gamping atau kapur yang memang berciri berongga dan kaya air, akan dipastikan aliran air gampang masuk,” kata Adi.
Sementara itu, Adi menambahkan, pemetaan diperlukan untuk mengetahui saluran air bawah tanah yang tersebar di kawasan ini. Data tersebut bisa digunakan untuk melakukan mitigasi segala yang ada di atas saluran. Sebab, kejadian sinkhole kemungkinan bisa terjadi kembali. Hal yang berbahaya ketika terowongan atau saluran air bawah tanah tersebut berada di bawah fasilitas publik, permukiman, atau jalan.
Oleh karena itu, data tersebut juga bisa digunakan untuk mitigasi perencanaan pembangunan ke depan, mulai dari perencanaan drainase hingga pembangunan infrastruktur lain.
”Di lokasi yang terjadi sinkhole terdapat genangan air dari drainase. Itu kemungkinan yang mempercepat terjadinya proses pelarutan. Oleh karena itu, yang perlu diingat, genangan air di atas saluran bawah tanah akan mempercepat terjadinya pelarutan,” kata Adi.
Menarik dipelajari
Kepala Bidang Geologi Lingkungan Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Wachyudi Memed menuturkan, sinkhole di Maros merupakan kejadian alam yang menarik untuk dipelajari. Sebab, sebuah sinkhole biasanya terjadi dalam kurun waktu yang lama, tidak serta-merta ambles dan melebar. Selain untuk mitigasi, data terkait kejadian ini penting untuk diketahui dan dikaji.
”Dari kejadian ini bisa diukur dan dipetakan penyebaran lapisan batuan, tipe pelarutan, dan alur sistem sungai bawah tanah. Dengan alur sungai bisa diketahui di mana lubang air yang lain dan menjadi basis data. Karena kita sangat lemah di sini. Belum ada lembaga yang benar-benar memetakan sungai bawah tanah,” tuturnya.
Amblesan tanah atau sinkhole diketahui terjadi di Desa Lebbo Tengae, Kecamatan Cendana, Maros, pada Senin (23/12/2019). Sebuah lubang ditemukan berdiameter 1,5 meter dengan kedalaman 50 sentimeter. Akan tetapi, amblesan tanah terus terjadi hingga mencapai lebih dari 20 meter dengan kedalaman 60 meter.
Lokasi sinkhole telah dipasangi garis polisi karena ramai dikunjungi warga, khususnya dari luar desa, setelah video amblesan tanah tersebar di dunia maya. Saat ini, ukuran sinkhole cenderung tetap dan telah dipenuhi air.
Kepala Desa Lebbo Tengae Suryanto Indra mengatakan, ukuran lubang tidak lagi membesar karena air tidak lagi banyak. Hujan juga turun sesekali, tidak seperti hari-hari sebelumnya. Pengunjung pun tidak lagi ramai.
”Kalau kami di sini sebenarnya sudah biasa dengan lubang seperti itu. Orang luar saja yang datang lihat-lihat. Pekan depan bersama warga desa kami akan bikin pagar sementara di situ,” kata Indra.
Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Maros Darmawati menyampaikan, pihaknya masih menunggu hasil kajian dari Unhas yang sedang berlangsung. Dari hasil penelitian itu akan ditentukan seperti apa langkah terbaik ke depan.
”Kalau Pak Bupati (Maros) rencananya akan bikin tempat wisata di situ. Karena lubangnya ramai dikunjungi orang dan pemandangannya sangat indah. Mungkin bangun vila atau infrastruktur lain, tetapi tetap menunggu hasil kajian,” ujarnya.