Perusahaan Angkutan Berperan Penting Meningkatkan Aspek Keselamatan
Perusahaan angkutan berperan penting dalam meningkatkan aspek keselamatan lalu lintas. Perusahaan diminta menerapkan sistem manajemen keselamatan dalam tata kelola perusahaan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Perusahaan angkutan berperan penting dalam meningkatkan aspek keselamatan lalu lintas. Perusahaan diminta menerapkan sistem manajemen keselamatan dalam tata kelola perusahaan. Pembenahan yang paling penting adalah peremajaan angkutan, pemeriksaan kelaikan kendaraan secara mandiri, dan perekrutan sopir dengan kompetensi yang memadai.
”Sebanyak 61 persen kecelakaan yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh faktor manusia yang meliputi kemampuan dan karakter pengemudi serta kelaikan kendaraan. Permasalahan ini harus segera kita benahi,” kata Kepala Seksi Lalu Lintas dan Angkutan Balai Pengelola Transportasi Darat Wilayah II Sumut Kementerian Perhubungan Hotden Naibaho, di Medan, Jumat (27/12/2019).
Bahkan, kami pernah menemukan ada bus berusia lebih dari 25 tahun dengan kondisi yang sudah keropos yang masih beroperasi.
Hotden mengatakan, faktor manusia yang mendominasi kecelakaan adalah sopir yang tidak waspada, tidak menjaga jarak aman, ceroboh saat hendak berbelok atau mendahului kendaraan lain, tidak mematuhi batas kecepatan aman, dan kelebihan muatan. Selain itu, banyak perusahaan angkutan yang masih mengoperasikan angkutan berusia lebih dari 15 tahun.
”Bahkan, kami pernah menemukan ada bus berusia lebih dari 25 tahun dengan kondisi yang sudah keropos yang masih beroperasi,” katanya.
Perusahaan angkutan, kata Hotden, juga masih banyak yang mempekerjakan sopir berusia lebih dari 60 tahun. Berbagai hal tersebut perlu diperbaiki dan memerlukan komitmen dari perusahaan angkutan. ”Sistem manajemen keselamatan harus menjadi bagian dari manajemen dan tata kelola perusahaan. Peningkatan aspek keselamatan tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah saja,” kata Hotden.
Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Pemprov Sumut Darwin Purba mengatakan, beberapa perusahaan angkutan di Sumut sudah melakukan peremajaan bus secara reguler.
Perekrutan dan mental
Namun, persoalan perekrutan sopir dengan kemampuan dan mental yang baik masih terus menjadi persoalan. ”Perusahaan angkutan membeli bus seharga Rp 4 miliar, tetapi memercayakannya kepada sopir yang tidak memiliki kompetensi,” katanya.
Wakil Ketua Organisasi Angkutan Darat Sumut Washington Sibarani mengatakan, ketegasan pemerintah dalam menertibkan perusahaan angkutan sangat penting untuk meningkatkan keselamatan. ”Kalau ada bus yang usianya sudah di atas 25 tahun, pemerintah harus tegas mengandangkan bus tersebut. Kalau diberi keringanan akan terus berulang,” katanya.
Washington mengatakan, sejumlah perusahaan angkutan darat sudah menerapkan sistem manajemen keselamatan di perusahaan, tanpa menunggu pemeriksaan dari petugas. Namun, penerapan sistem tersebut masih terbatas pada perusahaan angkutan dengan skala besar.
Kalau ada bus yang usianya sudah di atas 25 tahun, pemerintah harus tegas mengandangkan bus tersebut. Kalau diberi keringanan akan terus berulang.
Selain faktor keselamatan, menurut dia, faktor keamanan angkutan darat juga perlu ditingkatkan. Pelemparan batu ke bus masih sering terjadi di sejumlah ruas jalan di Sumut, khususnya di jalan nasional dari Kabupaten Serdang Bedagai, Tebing Tinggi, Batubara, hingga Asahan.
”Ini yang membuat hampir semua bus yang melintas di jalan itu harus menggunakan jaring besi di depan kaca utama. Jaring besi seperti itu hanya ada di Sumut,” katanya.
Manajer PT Intra Tahi Nainggolan mengatakan, sebagai perusahaan angkutan, mereka menerapkan seleksi ketat dalam merekrut sopir bus. Mereka juga menjatuhkan sanksi tegas jika ada sopir bus yang tidak mengutamakan keselamatan dan pelayanan kepada penumpang. ”Kami juga melakukan pengecekan kelaikan kendaraan secara berkala tanpa menunggu pemeriksaan dari pemerintah,” katanya.
Tahi mengatakan, pemerintah juga perlu membenahi pelayanan di terminal penumpang di Sumut. Banyak penumpang mereka yang tidak mau turun di terminal karena pelayanan dan jaringan angkutan dalam kota yang tidak memadai. ”Kami pun harus menyewa tempat di luar terminal dengan biaya yang cukup mahal,” katanya.