Gelar Shalat Gerhana Matahari, Imam Ingatkan soal Keikhlasan dan Kepatuhan
Puluhan warga menggelar shalat sunah gerhana matahari di Masjid Agung Sidoarjo, Kamis (26/12/2019). Kegiatan serupa sekaligus nonton bareng juga berlangsung di Masjid Nasional Al Akbar, Surabaya, Jawa Timur.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Puluhan warga menggelar shalat sunah gerhana matahari di Masjid Agung Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (26/12/2019). Dalam kesempatan itu, masyarakat diingatkan agar meningkatkan keimanan dan ketakwaan, bersikap ikhlas, serta patuh pada ajaran agama demi terciptanya kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik.
Shalat sunah gerhana matahari diadakan persis setelah shalat Dzuhur. Shalat yang berlangsung dua rakaat dengan empat kali rukuk ini dipimpin oleh pengurus masjid KH Mohammad Sholeh Khosim. Meski kegiatan itu digelar secara dadakan, banyak masyarakat yang antusias mengikuti.
Matahari merupakan salah satu tanda kebesaran Allah. Matahari banyak memberikan manfaat terhadap kehidupan di alam semesta, termasuk kehidupan manusia.
Dalam khotbahnya, Sholeh mengajak masyarakat, terutama warga Muslim, menyambut gerhana matahari dengan melaksanakan perintah agama, yakni menegakkan shalat sunah. Shalat bisa dikerjakan sendiri meskipun sangat dianjurkan untuk dilaksanakan secara berjemaah.
”Matahari merupakan salah satu tanda kebesaran Allah. Matahari banyak memberikan manfaat terhadap kehidupan di alam semesta, termasuk kehidupan manusia,” ujar Sholeh.
Sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah, matahari senantiasa tunduk dan patuh pada semua perintah dan menjauhi segala larangan. Dalam menjalankan perintah itu, matahari bersikap ikhlas, tidak pernah menuntut balas budi. Keikhlasan itu memberikan manfaat yang luar biasa bagi kelangsungan kehidupan di jagat raya.
Selain mengajak masyarakat untuk menggelar shalat gerhana, Sholeh juga mengingatkan untuk memperbanyak zikir, bertakbir, dan berdoa, memohon agar diperkuat keimanan serta keislamannya. Tak lupa memperbanyak sedekah untuk menyempurnakan amalan ibadah.
Sholeh mengingatkan masyarakat agar tidak mudah terpengaruh dengan kabar bohong seperti informasi yang menyebutkan gerhana identik dengan bencana dan hal-hal buruk lainnya. Menurut dia, kematian manusia sepenuhnya berada di tangan Allah. Namun, manusia tetap dianjurkan untuk bertawakal dengan melakukan usaha terbaiknya.
Salah satu usaha adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Selain itu, dianjurkan untuk bersahabat dengan orang-orang yang jujur dan dapat dipercaya. Sebab, orang yang jujur tidak pernah berkhianat. Saat orang jujur melakukan kesalahan, Allah akan mengingatkannya.
Di pengujung shalat, jemaah berdoa memanjatkan rasa syukur yang teramat besar atas segala karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT. Mereka tak hanya berdoa untuk diri sendiri, tetapi juga mendoakan agar bangsa Indonesia senantiasa dilindungi dari hal-hal buruk dan upaya untuk memecah persatuan dan kesatuan.
Qonita (28), salah satu warga Sidoarjo, senang bisa ikut shalat gerhana matahari. Dia mengatakan baru pertama kali ikut shalat gerhana, bahkan tanpa merencanakannya. Karyawan swasta ini sangat bersyukur sebab fenomena tersebut termasuk langka.
”Tidak semua orang bisa mendapat kesempatan shalat gerhana. Senang meski tidak dapat melihat langsung fenomena gerhana cincin,” kata Qonita.
Sementara itu, Masjid Nasional Al Akbar, Surabaya, menggelar acara nonton bareng gerhana matahari cincin. Acara yang berlangsung mulai pukul 10.00 hingga 14.00 itu digelar di halaman masjid. Sembilan teropong dan 99 kacamata gerhana disediakan untuk masyarakat agar bisa mengamati gerhana matahari secara langsung.
Wakil Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Wilayah Nadhlatul Ulama Jatim Samsul Maarif mengatakan, nonton bareng gerhana matahari adalah sarana edukasi ilmu astronomi pada anak-anak. Hal itu setidaknya terlihat di halaman Masjid Nasional Al Akbar, Surabaya.
”Edukasi, degan pengamatan bareng, nonton bareng gerhana matahari ini, bisa menjadikan pendidikan bagi anak-anak, bisa mengamati secara live. Ilmu falak atau astronomi yang kurang diminati justru bisa sebaliknya, yakni banyak yang minat karena sudah diperkenalkan sejak anak-anak,” kata Samsul Maarif.