Angin Kencang Mendominasi Bencana Hidrometeorologi di Jatim
Angin kencang masih mendominasi bencana hidrometeorologi di wilayah Jawa Timur meski musim hujan sudah berjalan lebih dari sebulan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Angin kencang masih mendominasi bencana hidrometeorologi di wilayah Jawa Timur meski musim hujan sudah berjalan lebih dari sebulan. Bencana baru terjadi dan mengakibatkan 67 rumah warga di Kabupaten Sidoarjo rusak diterjang angin kencang disertai hujan deras pada Rabu (25/12/2019).
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jatim mencatat, hingga 17 Desember, total telah terjadi 437 bencana yang menyebabkan 15 orang meninggal, 62 orang luka-luka, 4.523 rumah rusak, dan 2.234 orang mengungsi. Dari 437 kejadian tersebut, mayoritas merupakan bencana hidrometeorologi, yakni 351 peristiwa, sedangkan sisanya kebakaran hutan lahan (karhutla) 86 kejadian.
Data BPBD Provinsi Jatim menyebutkan, bencana angin kencang 158 kejadian, bencana banjir 111 kejadian, bencana angin puting beliung 35 kejadian, tanah longsor 33 kejadian, gempa bumi 5 kejadian, dan bencana lainnya 9 kejadian. Baru-baru ini terjadi bencana angin kencang di Kabupaten Sidoarjo.
Suban mengatakan, bencana hidrometeorologi masih berpotensi terjadi dalam beberapa bulan ke depan. Berdasarkan pemetaan BPBD Jatim, hampir seluruh wilayah yang terbagi dalam 38 kabupaten dan kota rawan bencana angin kencang.
Sejumlah daerah rawan banjir di antaranya Bojonegoro, Lamongan, Madiun, Surabaya, Pasuruan, Mojokerto, dan Ngawi.
Adapun daerah rawan bencana longsor di antaranya Ponorogo, Magetan, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Malang, Lumajang, Batu, dan Jember. Masyarakat diharapkan berperan aktif dan bersinergi dengan pemerintah daerah agar upaya mitigasi dan penanggulangan bencana berjalan optimal.
Percepat perbaikan
Sementara itu, Kepala BPBD Sidoarjo Dwijo Prawiro mengatakan, angin kencang di wilayahnya melanda Desa Banjarpanji dan Desa Banjarasri, Kecamatan Tanggulangin. Hingga saat ini jumlah rumah warga yang terdampak bencana mencapai 67 unit dengan rincian 37 unit di Desa Banjarpanji dan 31 unit lainnya di Desa Banjarasri.
”Kondisi kerusakan rumah beragam. Ada yang rusak ringan, sedang, hingga rusak berat. Upaya penanganan terhadap rumah penyintas angin kencang masih terus dilakukan dengan melibatkan petugas BPBD Sidoarjo dan sukarelawan lintas instansi, seperti TNI, polisi, dan organisasi kemasyarakatan,” kata Dwijo.
Pantauan di lokasi, sehari setelah bencana, masyarakat sibuk membersihkan material reruntuhan di rumah masing-masing. Kegiatan pembersihan itu dibantu para sukarelawan yang dikoordinasi oleh BPBD Sidoarjo. Menjelang siang, warga yang rumahnya rusak ringan mulai melakukan perbaikan darurat, seperti menutup atap dengan material seadanya.
”Harapannya, perbaikan bangunan yang rusak segera dilakukan supaya cepat selesai. Rumah ini penting bagi kami sebagai tempat bernaung. Apalagi hujan deras masih berpotensi terjadi,” ujar Ali Muchlisin (65), warga Desa Banjarasri.
Menanggapi keluhan warga tersebut, Dwijo berjanji segera menuntaskan pendataan terhadap warga korban. Setelah tuntas baru disalurkan bantuan material sesuai dengan kebutuhan, seperti asbes, semen, bata merah, dan kayu. Pemberian bantuan harus disesuaikan dengan kebutuhan supaya tepat sasaran dan bermanfaat maksimal.