Natal adalah Perayaan Kemiskinan dan Kesederhanaan
Perayaaan Natal bukanlah perayaan hura-hura. Natal adalah perayaan kemiskinan, kesederhanaan, yang telah dicontohkan Yesus yang lahir di kandang hewan yang kotor, bau, dan tempat orang miskin.
Oleh
AUFRIDA WISMI WARASTRI
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS -- Perayaaan Natal bukanlah perayaan hura-hura. Merayakan Natal adalah merayakan kemiskinan, kesederhanaan, yang telah dicontohkan Yesus yang lahir di kandang hewan yang kotor, bau, dan tempat bagi orang-orang miskin. Natal mengajak umat untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan, miskin dan tersingkir.
“Banyak orang salah sangka dan tidak mengakui bahwa yang hadir di kandang hewan itu adalah mesias yang diharapkan,” kata Uskup Agung Medan Mgr Kornelius Sipayung, OFM Cap dalam kotbah misa malam Natal di Gereja Katedral Medan, Selasa, (24/12/2019) malam. Tiga raja dari timur pun sempat keliru dengan mendatangi istana Herodes. Mereka menduga mesias lahir di istana, namun ternyata lahir di kandang.
Saat Yesus lahir di kandang, yang datang pertama kali menyambangi bukan pejabat pemerintah, ahli taurat, atau pemuka agama. Yang datang adalah para gembala, orang-orang sederhana yang hidup tidak menetap, dari satu tempat ke tempat yang lain dan merupakan kelompok marginal.
Maka Natal mengajak umat mengenang Allah yang solider dengan orang berdosa, Allah menjadi manusia demi keselamatan manusia. “Natal mengajari kita untuk hidup sederhana berani melepas apa yang kita miliki untuk dibagikan pada yang mereka butuhkan,” kata Sipayung.
Natal juga mengajak umat meninggalkan gengsi dan kesombongan untuk bertindak rendah hati. Ini sungguh sangat kontras dengan apa yang menjadi keinginan orang saat ini, Natal telah menjadi kesempatan untuk pamer apa yang mereka miliki.
Sipayung mengatakan, pada tahun 1.200, Fransiskus Asisi yang melihat saudara-saudaranya merayakan Natal dengan mewah, meminta mereka mengimajinasikan apa yang terjadi pada saat kelahiran Yesus. Ia meminta saudaranya membuat kandang natal. Peristiwa itu terjadi di Greccio, Italia. Peristiwa itu mengubah pikiran orang, lalu kandang natal menjadi tradisi Kristen Katolik.
Paus Fransiskus juga telah menuliskan surat apostoliknya yang berjudul “Tanda Mengagumkan” (Admirabile Signum) tentang pentingnya kadang Natal dan dengan Natal umat diajak merayakan kemiskinan dan kesederhanaan. “Maka kita hidup untuk menjadi sahabat bagi semua orang dan berani melepaskan diri untuk menjadi miskin dan sederhana,” kata Sipayung.
Maka kita hidup untuk menjadi sahabat bagi semua orang dan berani melepaskan diri untuk menjadi miskin dan sederhana. (Mgr Kornelius Sipayung, OFM Cap)
Sipayung juga mengajak umat untuk melihat rumah, isi lemari, rak sepatu, ada banyak barang yang tidak dibutuhkan yang bisa dibagikan kepada saudara miskin dan membutuhkan baik yang seiman maupun tidak seiman. Dengan berbagi dan memiliki apa yang dibutuhkan saja, seperti baju, kebutuhan rayon, bahan baju, bisa dikurangi dan penebangan pohon pun dikurangi. Karena harta benda diperuntukkan bagi semua manusia untuk digunakan dengan bertanggungjawab.
Perayaan Natal di Gereja Katedral Medan diikuti ribuan umat. Gedung gereja penuh, umat meluber memenuhi gedung serba guna, halaman depan dan samping gereja. Puluhan petugas dari kepolisian, TNI, Dinas Perhubungan Kota Medan berjaga di seputar gereja dan di depan gereja mengatur lalu lintas. Umat yang masuk ke gereja juga harus diperiksa tas dan bawaannya dengan alat pemindai. Sebelum perayaan dilangsungkan, Selasa siang, polisi juga melakukan sterilisasi gereja. Secara keseluruhan misa berjalan lancar.
Pengamanan
Sebelumnya Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara Irjend Martuani Sormin dalam apel pengamanan Natal dan Tahun Baru mengatakan tersedia 103 titik pos pengaman, 38 pos pelayanan. Pos diawaki oleh 7.000 personil dari Polri dan 2.800 dari TNI dan satuan dari pemerintah daerah.
“Harapan seluruh perayaan natal dan tahun baru aman tertib dan lancar,” kata Martuni. Pihaknya juga lebih memrioritaskan pengamanan di daerah yang mempunyai riwayat konflik bernuansa sara. Selain itu ancaman teroris tetap menjadi prioritas. “Kelompok radikal masih ada di sekitar kita,” kata Martuani.
Ancaman lain adalah kecelakaan lalu lintas dan kemacetan. Khusus di Danau Toba dan perairan lainnya pihaknya sudah mengeluarkan maklumat untuk menjaga keselamatan di kapal. Kapal dilarang berlayar jika tidak laik. Kapal kelebihan kapasitas tidak boleh berangkat. Sarana pelayaran mulai jaket penyelamatan, alat memecah kaca di kapal sudah dicek. Tidak boleh ada penumpang di atas kapal dan harus ada daftar penumpang di kapal.