Sebagai salah satu kerajinan lokal Lampung, sulam usus semakin dikenal hingga kancah internasional. Sulam tradisional yang dulu hanya sebagai pelengkap pakaian pengantin wanita itu kini berkembang menjadi kreasi busana.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Sebagai salah satu kerajinan lokal Lampung, sulam usus semakin dikenal hingga kancah internasional. Sulam tradisional yang dulu hanya dikenal sebagai pelengkap pakaian pengantin wanita itu kini berkembang menjadi kreasi busana hingga aksesori. Meski begitu, regenerasi perajin sulam usus masih tersendat.
Aan Ibrahim (63), salah satu perancang busana yang mengembangkan sulam usus di Bandar Lampung, menuturkan, sulam usus tak kalah populer dibandingkan dengan kain tapis. Saat ini, telah banyak perancang busana yang menjadikan sulam usus sebagai kebaya, gaun, hingga pakaian kasual. Selain itu, sulam usus juga berkembang menjadi berbagai kerajinan lain, seperti kopiah, jilbab, dan sarung bantal.
Kami berencana mempromosikan busana dari sulam usus pada pameran busana di Meksiko pada April 2020. Peminat sulam usus di luar negeri cukup banyak.
Selain pameran busana di tingkat lokal dan nasional, sulam usus juga dipromosikan hingga kancah internasional. ”Kami berencana mempromosikan busana dari sulam usus pada pameran busana di Meksiko pada April 2020. Peminat sulam usus di luar negeri cukup banyak,” kata Aan di sela-sela acara perayaan Hari Ibu, Senin (23/12/2019), di Bandar Lampung.
Peringatan Hari Ibu itu diikuti sekitar 12.000 wanita yang kompak mengenakan busana sulam usus. Acara dimulai dengan upacara dengan petugas dan peserta upacara merupakan kaum ibu. Acara itu sekaligus memecahkan rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri).
Dalam kesempatan itu, Aan sekaligus menerima penghargaan dari pemerintah daerah sebagai tokoh yang turut melestarikan kerajinan sulam usus di Lampung. Sejak menekuni sulam usus pada 1998, Aan telah merancang ratusan kebaya dan gaun. Dia juga memberdayakan perempuan, khususnya kaum ibu, sebagai perajin yang mengerjakan desain pakaiannya.
Pakaian buatan Aan juga telah dipakai sejumlah tokoh ternama, antara lain mantan Presiden Megawati Soekarnoputri dan Miss Universe 2006 Zulyka Rivera.
Meski semakin populer, saat ini belum banyak anak muda yang tertarik menjadi perajin sulam usus. Perajin didominasi kaum ibu yang berusia di atas 40 tahun. Jika tidak ada regenerasi, perajin sulam tradisional tersebut dikhawatirkan semakin sedikit.
Untuk itu, Aan mendorong agar pemerintah mengenalkan kerajinan sulam usus mulai dari SD, SMP, dan SMA. Kerajinan ini juga dapat menjadi salah satu keterampilan yang diajarkan kepada siswa dalam mata pelajaran muatan lokal. Selain itu, pemerintah juga perlu mengadakan pelatihan untuk menjaring anak-anak muda yang ingin dan tertarik menekuni kerajinan sulam usus.
Pakaian terbanyak
Senior Manager Muri Jusuf Ngadri mengatakan, penghargaan Muri diberikan untuk kategori perempuan yang mengenakan pakaian sulam usus terbanyak. Pihaknya mencatat, ada 12.000 perempuan yang mengenakan pakaian sulam usus.
Dia berharap, penghargaan itu semakin memacu semangat Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk melestarikan sulam usus sebagai kerajinan tradisional di Lampung.
Ketua Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Kota Bandar Lampung Eva Dwiana mengatakan, kegiatan peringatan Hari Ibu dengan memakai busana sulam usus digelar sebagai bentuk penghargaan kepada wanita, khususnya kaum ibu, di Bandar Lampung.
Bagi masyarakat Lampung, sulam usus menjadi simbol pakaian kehormatan bagi kaum wanita. Untuk itu, Pemkot Bandar Lampung berinisiatif untuk menggelar upacara dengan petugas dan peserta kaum wanita yang mengenakan busana sulam usus.
Eva yang juga Ketua Dewan Kesenian Daerah Kota Bandar Lampung menambahkan, kegiatan ini sekaligus menunjukkan komitmen pemerintah dalam melestarikan sulam usus sebagai sulam tradisional di Lampung. Ke depan, pihaknya akan terus menggandeng perancang busana di Lampung untuk mempromosikan sulam usus hingga mancanegara.