Menkes: Dorong Pengembangan Pengobatan Tradisional
Pengembangan pengobatan tradisional yang mengutamakan obat-obatan herbal perlu didorong. Indonesia memiliki potensi besar dengan kekayaan kearifan lokal, termasuk produk jamu.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Pengembangan pengobatan tradisional yang mengutamakan obat-obatan herbal perlu didorong. Indonesia memiliki potensi besar dengan kekayaan kearifan lokal, termasuk produk jamu. Hal itu juga menjadi langkah awal mewujudkan wisata kesehatan.
”Jamu dan pengobatan tradisional mempunyai prospek yang luar biasa. Tinggal cara kemasnya saja untuk bisa menasional ataupun mendunia. Itu sangat penting,” kata Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto seusai mengunjungi RSUP Dr Sardjito di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (21/12/2019).
Terawan menyatakan, pihaknya ingin menciptakan traditional medicine world atau dunia pengobatan tradisional di Indonesia. Hal itu menjadi bagian yang bisa dimanfaatkan dalam konsep ”wisata kesehatan” yang ditawarkannya. Masih banyak potensi kearifan lokal bidang kesehatan yang harus digali dampak dari keberagaman budaya bangsa.
Terawan mengungkapkan, salah satu yang didorong adalah pengembangan jamu. Produk kearifan lokal yang dibuat dari bahan-bahan alami itu dipercaya berkhasiat mengobati penyakit tertentu. Namun, pengembangan jamu butuh campur tangan dari rumah sakit.
Selama ini, rumah sakit dipercaya sebagai lembaga yang mampu mengobati atau menangani suatu persoalan kesehatan secara tepat dan terukur. Kepercayaan rumah sakit terhadap jamu dan pengobatan tradisional lainnya sejalan dengan kepercayaan publik terhadap kedua hal itu.
”Kalau itu dimulai dari rumah sakit, kepercayaan itu bisa tumbuh. Itu cara untuk memopulerkan jamu ini di masyarakat. Harus muncul trust terlebih dahulu,” ujar Terawan.
Selanjutnya, ia meyakini, peningkatan popularitas jamu nantinya akan mampu memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat. Pembuat-pembuat jamu akan lebih bergeliat dengan semakin banyaknya permintaan. Hal ini menjadi salah satu pilar kekuatan bangsa, khususnya dalam bidang ketahanan kesehatan nasional.
Terdapat dua rumah sakit yang ditunjuk menjadi proyek percontohan dalam pengembangan pengobatan tradisional ini, yakni RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta, dan RSUP Sanglah, Bali.
Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito Banu Hermawan menyampaikan, rumah sakitnya telah mulai mengembangkan pengobatan tradisional sejak 2010. Sedikitnya, ada dua poliklinik yang menerapkan pengobatan tradisional, yaitu poliklinik pijat dan poliklinik herbal.
”Memang sudah lama dikembangkan, tetapi sempat mandek. Adanya wacana tentang health tourism dan wellness tourism ini bagi kami sangat positif. Kami mengembangkannya kembali,” tutur Banu.
Ia mencontohkan, untuk pengobatan di poliklinik herbal, pasiennya diberikan obat-obatan yang dibuat dengan bahan alami. Obat yang disuguhkan berupa jamu yang diracik langsung oleh dokter-dokter yang mengembangkan ilmunya di bidang pengobatan herbal. Selain itu, rumah sakit juga bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran UGM dalam hal pengembangan obat herbal.
Banu menambahkan, jamu tidak hanya disajikan sebagai obat, tetapi juga disuguhkan sebagai minuman penyambut tamu di rumah sakit tersebut. Tempat yang menyajikan jamu itu berada di lobi rumah sakit.