Sikap Kesetiakawanan Sosial Modal Atasi Persoalan Bangsa
Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional harus dimaknai sebagai instrumen menuju kesejahteraan masyarakat lewat gerakan peduli dan berbagi antarmasyarakat.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARBARU, KOMPAS — Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional masa kini harus dimaknai sebagai instrumen menuju kesejahteraan masyarakat melalui gerakan peduli dan berbagi antarmasyarakat. Kesetiakawanan sosial diyakini dapat mengatasi berbagai persoalan bangsa.
Menurut Wakil Presiden Ma’ruf Amin, ada dua persoalan menonjol yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, yaitu intoleransi dan kesejahteraan sosial yang meliputi kemiskinan dan ketimpangan. ”Persoalan itu harusnya bisa diatasi jika kesetiakawanan sosial diwujudkan dalam kehidupan masyarakat,” kata Ma’ruf di acara puncak peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) 2019 di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Jumat (20/12/2019).
Pada acara ini, digelar penganugerahan satyalancana kebaktian sosial kepada sejumlah tokoh dan kepala daerah serta penyerahan pataka KSN kepada Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey. Sulut bakal menjadi tuan rumah peringatan HKSN 2020. Acara puncak dimeriahkan persembahan tarian kolosal bertajuk ”Setara dalam Perbedaan” yang dibawakan 200 penari.
Belakangan ini, kata Amin, intoleransi marak muncul di dalam masyarakat. Sikap intoleran terhadap perbedaan agama, etnis, pendapat, dan sikap politik semakin tajam serta berpotensi mengganggu stabilitas kehidupan sosial masyarakat.
”Intoleransi bukan hal yang sepele. Jika dibiarkan akan menjadi sumber radikalisme dan bahkan dalam kasus yang sangat ekstrem dapat menjadi benih terorisme,” ujarnya.
Amin mengatakan, Indonesia adalah negara majemuk sehingga perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Sikap intoleran dapat mengganggu seluruh aspek kehidupan masyarakat.
”Di sini saya melihat peranan kesetiakawanan sosial menjadi sangat penting untuk membantu mengikis sikap intoleran tersebut. Dengan memahami arti kesetiakawanan sosial dalam diri setiap manusia Indonesia, kita dapat menjadi manusia Indonesia yang menghargai perbedaan,” ucapnya.
Persoalan berikutnya terkait kesejahteraan sosial yang meliputi kemiskinan dan ketimpangan. Menurut Amin, dalam periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo, Indonesia telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan sampai 9,41 persen pada 2019. Namun, jumlah penduduk miskin masih cukup besar, sekitar 25 juta jiwa.
Di samping itu, tingkat ketimpangan antara masyarakat miskin dan kaya juga masih cukup tinggi. Ketimpangan merupakan hal yang sangat penting untuk diatasi. Belajar dari berbagai kasus kerusuhan sosial atau konflik antar-masyarakat, salah satu penyebab utamanya adalah ketimpangan ekonomi yang lebar antarmasyarakat.
Amin melihat peran kesetiakawanan sosial sangat penting membantu mempercepat penurunan tingkat kemiskinan dan ketimpangan. Upaya pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan kapasitas kegiatan ekonomi masyarakat terbawah, misalnya, hanya dapat terlaksana jika masyarakat memiliki rasa kesetiakawanan tinggi.
”Oleh karena itu, peringatan HKSN ini dapat menjadi stimulus berbagai gerakan peduli dan aksi sosial di masyarakat dalam berbagai bentuk sehingga dapat menimbulkan kerekatan sosial, meminimalkan ketimpangan ekonomi dan sosial, serta menciptakan kedaulatan sosial,” katanya.
Oleh karena itu, peringatan HKSN ini dapat menjadi stimulus berbagai gerakan peduli dan aksi sosial di masyarakat dalam berbagai bentuk sehingga dapat menimbulkan kerekatan sosial, meminimalkan ketimpangan ekonomi dan sosial, serta menciptakan kedaulatan sosial (Ma’ruf Amin).
Didayagunakan
Menteri Sosial Juliari Peter Batubara mengatakan, bangsa Indonesia masih berhadapan dengan berbagai masalah kesejahteraan sosial, seperti kemiskinan, ketelantaran, ketimpangan, dan kebencanaan. Jumlahnya tidak kecil, sementara kemampuan pemerintah terbatas sehingga diperlukan peran aktif dari masyarakat.
”Peringatan HKSN diharapkan dapat menjadi alat pengungkit untuk menggerakkan kembali nilai-nilai kesetiakawanan sosial yang ada di masyarakat,” ujarnya.
Juliari menambahkan, tema peringatan HKSN 2019 adalah ”Kesetiakawanan Sosial Menembus Batas”. Tema tersebut mengandung makna sukarela dan kesetiaan untuk berkorban, keinginan yang besar untuk membantu orang lain, tanpa memandang asal-usul atau latar belakang mereka yang perlu dibantu.
”Mari rayakan HKSN dengan sukacita dan berbagai aktivitas nyata untuk membantu sesama,” ucapnya.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor mengatakan, HKSN merupakan hari penuh makna, mengandung pesan-pesan solidaritas, kepedulian, dan persaudaraan untuk menyongsong kehidupan yang lebih baik. ”Kami berharap seluruh rangkaian kegiatan HKSN 2019 berlangsung sukses dan lancar sekaligus meninggalkan kesan bahwa dari Kalsel menebar kesetiakawanan sosial untuk Indonesia dan dunia,” katanya.