Moderasi beragama penting untuk diperkuat. Selain untuk mengatasi sejumlah masalah yang dapat memecah belah bangsa, juga untuk melancarkan pembangunan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Moderasi beragama penting untuk diperkuat di berbagai lini. Selain untuk mengatasi sejumlah masalah yang dapat memecah belah bangsa, juga bisa digunakan untuk mencapai tujuan pembangunan.
Hal itu disampaikan Menteri Agama Fachrul Razi pada peresmian Rumah Moderasi Beragama di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (19/12/2019). Sebelumnya, program serupa diresmikan di UIN Sunan Gunung Djati, Bandung.
”Lima tahun ke depan, kita perlu program-program penguatan moderasi beragama di berbagai lini, baik di sektor kebijakan, infrastruktur, maupun kurikulum pendidikan. Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,” ujar Fachrul.
Moderasi beragama, kata Fachrul, telah disepakati dalam rapat yang dihadiri sejumlah kementerian di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan. Hal itu menjadi solusi atas maraknya konservatisme dan sikap intoleransi atas nama agama.
Ia pun mengibaratkan moderasi beragama sebagai bandul yang selalu mengambil posisi di tengah. Ruang gerak bandul tidak boleh terlalu lebar. ”Kalau ada jarak terlalu jauh, misalnya antara sisi moderat dan sisi lain, konservatif, maka titik tengah akan sulit dicapai,” kata Fachrul.
Menurut dia, Indonesia membutuhkan umat yang kompak demi kelancaran pembangunan. ”Tiap-tiap agama memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat, tetapi (antaragama) tetap rukun. Ini penting karena jika tak rukun, kita akan sulit membangun,” ucapnya.
Fachrul pun mengapresiasi Jateng yang memiliki skor 74,6 pada indeks kerukunan beragama atau di atas nasional yang 73,8. Jateng juga provinsi dengan skor tertinggi di Pulau Jawa. Ia berharap kerukunan beragama di Jateng menjadi contoh bagi daerah-daerah lain.
Rektor UIN Walisongo Semarang Imam Taufiq menuturkan, toleransi, perdamaian, dan sikap saling menyayangi menjadi hal penting dalam terwujudnya perdamaian bersama. ”Hal-hal itu perlu diperkuat demi meneguhkan NKRI serta untuk menghindari kekerasan, radikalisme, dan terorisme,” katanya.
Hal-hal itu perlu diperkuat demi meneguhkan NKRI serta untuk menghindari kekerasan, radikalisme, dan terorisme.
Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Jateng Pendeta Yosua Wardaya mengatakan, Indonesia sejatinya memang penuh kerukunan, kedekatan, dan kehangatan. Ia pun berharap semangat yang ada pada rumah moderasi beragama ditularkan ke banyak tempat.
Pengawas Sangha Agung Indonesia Biksu Nyanasuryanadi menambahkan, Rumah Moderasi Beragama dapat menjadi sarana untuk saling asah, asih, dan asuh. ”Sehingga kemajuan bersama akan tercapai. Hal seperti ini tak terpisahkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujarnya.
Kontribusi kampus
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Kelembagaan UIN Walisongo Semarang Mukhsin Jamil mengatakan, dalam mewujudkan perdamaian, saat ini masih ada sejumlah hambatan. Di antaranya berbagai hal menyangkut kekerasan, seperti terorisme dan radikalisme.
”Karena itu, mau tak mau, kampus harus berkontribusi untuk memberikan jalan keluar terhadap gejala ini. Terlepas dari berbagai penjelasan yang ada selama ini, terorisme dan radikalisme ada di hadapan kita. Karena itu, pemahaman dan penghayatan keagamaan yang benar menjadi penting,” kata Mukhsin.
Sejalan dengan moderasi beragama yang menjadi tema nasional, UIN Walisongo pun telah merancang berbagai aktivitas pada program Rumah Moderasi Beragama. Mukhsin berharap, UIN Walisongo akan menjadi rujukan bagi proses pengembangan dan diseminasi dalam moderasi beragama.
”Aktivitas moderasi beragama di UIN Walisongo, seperti riset dan pengembangan kurikulum berkarakter moderasi beragama, kampanye perdamaian, dan perkemahan lintas agama. Selain acuan dari Kemenag, kami juga memiliki referensi-referensi tentang moderasi beragama,” katanya.
Selain Rumah Moderasi Beragama, Kamis, Fachrul juga meresmikan Smart & Green Campus UIN Walisongo Semarang. Sejumlah upaya, seperti penghematan energi dan pengendalian polusi di kampus tersebut, turut mendukung tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).