Mesin sinar-X atau X-ray di Pelabuhan Yos Sudarso, Kota Ambon, Maluku, tidak berfungsi. Hal itu dikhawatirkan berisiko mengancam keselamatan pemudik di tengah ancaman gangguan keamanan seperti terorisme.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Mesin sinar-X atau X-ray di Pelabuhan Yos Sudarso, Kota Ambon, Maluku, tidak berfungsi. Hal itu dikhawatirkan berisiko mengancam keselamatan pemudik di tengah ancaman gangguan keamanan seperti terorisme.
Dari pantauan Kompas, hingga Kamis (19/12/2019), mesin yang dipasang di dekat pintu menuju ruang tunggu keberangkatan itu tidak digunakan. Petugas memasang pembatas dengan tujuan agar calon penumpang kapal melewati jalur di samping mesin sinar-X. Tak ada informasi lain yang menerangkan alasan tidak beroperasinya mesin sinar-X di pelabuhan terbesar di Maluku itu.
Manajer Operasi PT Pelni Cabang Ambon Robi Munardi saat pemberangkatan pemudik pada Rabu, 18 Desember, mengatakan, alat tersebut sudah tidak berfungsi sejak dua tahun lalu. ”Kami sudah sampaikan ke pihak Pelindo (Pelabuhan Indonesia selaku pengelola fasilitas pelabuhan) dan KSOP (Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Ambon),” ujarnya.
Menurut Robi, mesin sinar-X merupakan komponen wajib di setiap pelabuhan besar seperti Yos Sudarso Ambon. Pelabuhan yang menurut rencana akan dikembangkan menjadi pelabuhan bertaraf internasional itu merupakan simpul terbesar di kawasan timur Indonesia. Pada musim mudik Natal dan Tahun Baru 2020, diperkirakan sekitar 60.000 orang menggunakan pelabuhan itu.
Selama tiga hari terakhir, lebih kurang 1.200 orang telah meninggalkan Ambon menggunakan kapal Pelni. Pelni merupakan operator pelayaran yang menggunakan pelabuhan tersebut. Sebanyak 10 kapal Pelni dan 7 kapal perintis secara reguler menurunkan dan mengangkut penumpang di sana. Puncak arus mudik di pelabuhan ini diperkirakan terjadi pada 22 Desember.
Sejumlah penumpang yang dimintai pendapatnya terkait tak beroperasinya mesin sinar-Xdi Pelabuhan Yos Sudarso menyatakan tak masalah. Namun, ada juga yang merasa khawatir dengan kelonggaran pengamanan tersebut.
”Sekarang ini ancaman teroris di mana-mana. Orang yang bawa bom atau senjata ke kapal tidak akan terdeteksi. Keselamatan penumpang dan awak kapal jadi taruhan,” ucap Oce Franz, penumpang tujuan Pulau Kisar.
Maluku merupakan daerah bekas konflik. Banyak senjata ataupun bahan peledak diduga bebas beredar di masyarakat. Menurut catatan Kompas, sepanjang tahun ini ditemukan senjata standar perang. Batalyon Infanteri Raider Khusus 136/Tuah Sakti setidaknya berhasil mengamankan 76 pucuk senjata, lima di antaranya senjata organik untuk militer.
Kepala Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan Yos Sudarso Ajun Komisaris F Teddy mengatakan, keberadaan mesin sinar-X sangat membantu pengamanan di pelabuhan. Teddy tidak menampik adanya potensi ancaman keamanan seperti terorisme dan penyelundupan barang berbahaya.
”Beberapa kali tim kami menggagalkan penyelundupan barang itu lewat insting dan laporan masyarakat,” ujarnya.
Kelonggaran pengawasan itu dikhawatirkan dapat dimanfaatkan pelaku kejahatan untuk menyelundupkan barang-barang berbahaya. Otoritas pelabuhan setempat diminta segera mengaktifkan alat tersebut.
Penyelundupan barang yang paling sering didapati adalah merkuri. Sesuai Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2017, barang tambang itu dilarang beredar secara ilegal. Maluku merupakan daerah produksi merkuri ilegal tertinggi di Indonesia. Merkuri biasanya dimasukkan ke dalam wadah seperti kemasan oli atau air meneral. Modus penyelundupan itu lebih mudah terdeteksi jika melewati mesin sinar-X.
Meski demikian, Kepala KSOP Ambon Yefri Meidison menuturkan, mesin sinar-X tersebut sebenarnya tidak rusak. Pihaknya sengaja tidak mengoperasikan mesin itu dengan alasan akan menghambat masuknya penumpang ke dalam ruang tunggu. ”Terlebih lagi seperti arus mudik sekarang, pasti terjadi penumpukan,” ujarnya.
Yefri menilai, tidak beroperasinya mesin sinar-X belum akan mengganggu keamanan pemudik ataupun pelayaran. Ia menjamin, petugas dari kesyahbandaran dan aparat kepolisian memiliki metode tertentu dalam pengawasan. ”Tidak ada masalah itu. Intelijen ada di mana-mana,” lanjutnya.