Kuota Pendakian Rinjani di Malam Tahun Baru Tidak Ditambah
Para pencinta wisata minat khusus mendaki gunung belum banyak yang mendaftar untuk menyambut Tahun Baru di puncak Gunung Rinjani, NTB. Balai Taman Nasional Gunung Rinjani juga tidak menambah kuota pendakian.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Para pencinta wisata minat khusus mendaki gunung belum banyak yang melakukan pendaftaran untuk menyambut pergantian tahun di puncak Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat. Balai Taman Nasional Gunung Rinjani juga tidak menambah kuota jumlah wisatawan pendaki Rinjani.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Dedy Asrinaldi di Mataram, Rabu (18/12/2019), mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan apakah pada malam pergantian tahun nanti pendakian akan ramai. Mengacu pada tahun sebelumnya, lanjut Dedy, jumlah pendaki yang merayakan malam pergantian tahun di Rinjani tidak banyak. Akan tetapi, saat itu Rinjani memang masih dalam masa pemulihan pascagempa yang mengguncang Lombok pada 2018.
Sejauh ini, lanjut Dedy, pihaknya tidak akan menambah kuota. Pembatasan jumlah pendaki dilakukan atas pertimbangan dampak ekologis, misalnya sampah dan kerusakan vegetasi. Penambahan kuota membutuhkan kajian, terutama daya dukung lingkungan dan ekosistem.
Pendaftaran pendakian dilakukan di aplikasi eRinjani, aplikasi yang dikeluarkan Balai TNGR untuk mendaftar pendakian ke Rinjani. Pantuan Kompas, kuota yang tersisa untuk pendakian tanggal 31 Desember 2019-1 Januari 2020 masih banyak. Dari empat pintu masuk, hanya pendakian lewat jalur Sembalun, Lombok Timur, yang banyak dipilih pendaki, yakni 122 orang dari total kuota 150 orang.
Sementara jalur pendakian lain untuk tanggal yang sama masih belum terisi, yakni jalur Senaru (Lombok Utara) dengan kuota 150 orang, Timbanuh (Lombok Timur) dengan kuota 100 orang, dan Aik Berik (Lombok Tengah) dengan kuota 100 orang.
Selain pemberlakuan kuota, Balai TNGR juga hanya memperbolehkan pendakian dilakukan hingga Pelawangan (area berkemah terakhir sebelum ke puncak Rinjani atau Danau Segera Anak). Pendakian ke puncak dan Danau Segara Anak belum diperbolehkan karena masih banyak titik rawan longsor.
Pendakian ke puncak dan Danau Segara Anak belum diperbolehkan karena masih banyak titik rawan longsor.
Lalu Ahmad Yani, Ketua Forum Citra Wisata Alam Rinjani, forum pelaku jasa wisata dan porter Rinjani, mengatakan, mereka mengikuti sepenuhnya aturan yang dibuat oleh Balai TNGR. ”Itu memang sudah kewenangan dan otoritas balai. Akan tetapi, kalau sekiranya pendaki yang ingin naik (untuk malam pergantian tahun) melebihi kuota yang ada, akan coba kami bicarakan secara internal,” kata Ahmad Yani.
Menurut Ahmad Yani, sejumlah anggota mereka memang telah mendapat tamu untuk malam pergantian tahun. Meski demikian, dia belum bisa memastikan jumlahnya.
”Tetapi, kalau dilihat, mungkin tidak akan sebanyak seperti sebelum gempa. Mereka yang mendaftar akan merayakan di Pelawangan atau areal pendakian,” katanya. Pihaknya juga akan mematuhi arahan Balai TNGR terkait larangan menyalakan kembang api atau petasan di dalam kawasan TNGR.
Pengumuman terkait larangan itu telah dikeluarkan Balai TNGR pada Senin (16/12/2019). Larangan menyalakan kembang api atau petasan dilakukan untuk menjaga ketenangan dan kenyamanan pengunjung serta melindungi kondisi ekologis, terutama ekosistem, flora, dan fauna, di Rinjani serta mencegah kebakaran hutan. Ada sanksi yang diberlakukan sesuai aturan yang berlaku. Sanksinya bisa berupa pidana penjara dan denda.
”Ini positif sehingga hal-hal yang tidak diinginkan bisa dihindari, misalnya kebakaran. Dengan begitu, tidak hanya kelestarian Rinjani, tetapi juga manfaat bagi kami yang menggantungkan hidup dari sana akan terus berlanjut,” kata Ahmad Yani.
Larangan ke puncak Rinjani dan Danau Segara Anak juga ditindaklanjuti demi keselamatan para pendaki. ”Para porter sudah tahu titik-titik rawan seperti longsor. Jadi, akan disampaikan juga kepada pendaki,” ujarnya.