Catatan asal-usul tradisi pohon natal memiliki banyak versi, mulai dari gereja di perdesaan Inggris pada abad ke-15 hingga pemaknaan kebaikan Tuhan oleh Martin Luther.
Oleh
YOESEP BUDIANTO
·3 menit baca
Tradisi hiasan pohon natal telah berkembang sejak abad pertengahan sekitar tahun 1400. Catatan asal-usul tradisi pohon natal memiliki banyak versi, mulai dari gereja di perdesaan Inggris pada abad ke-15 hingga pemaknaan kebaikan Tuhan oleh Martin Luther. Dilansir dari laman TIME, istilah pohon natal berawal dari semangat menghijaukan lingkungan saat perayaan Natal.
Popularitas pohon natal memang tak pernah surut. Menurut National Christmas Tree Association di Amerika Serikat (AS), ada 11 jenis pohon yang biasanya digunakan sebagai pohon natal, yaitu white pine, white spruce, fraser fir, colorado blue spruce, concolor fir, douglas-fir, bal sam fir, scotch pine, noble fir, leyland cypress, dan virginia pine. Semuanya termasuk jenis pinus dan cemara.
Pohon natal asli dipilih karena memiliki warna biru-hijau gelap dengan aroma menyegarkan. Bentuk daun yang menyerupai jarum dengan susunan yang rapat/lebat jadi daya tarik pohon natal.
Namun, tren pohon natal yang dipakai berubah dari pohon asli ke pohon palsu. Tren ini mulai muncul pada Desember 1964 dengan pangsa pasarnya mencapai 35 persen, atau senilai 155 juta dollar AS.
Lima puluh tahun kemudian, pohon buatan masih mendominasi industri pohon natal. Dilansir dari laman TIME, dari sekitar 95 juta rumah tangga di AS yang memiliki pohon natal pada 2018, sebanyak 82 persen adalah pohon hasil kreasi dan pohon natal plastik, sementara 18 persen adalah pohon asli.
Namun, apabila pohon asli yang dipakai dihitung, jumlah pohon yang ditebang mencapai 17,1 juta, jauh lebih besar dibandingkan pada tahun sebelumnya. Data dari Departemen Pertanian AS (USDA) yang dirilis di The Wall Street Journal, permintaan pohon natal di AS pada 2017 mencapai 15 juta pohon.
Pohon yang ditanam rata-rata 1.200 pohon per hektar dengan tinggi 2 meter. Jika jumlah pohon yang ditebang sebanyak 15 juta, lahan yang gundul mencapai sedikitnya 12.500 hektar atau 156 kali luas Monumen Nasional di Jakarta.
Jika semua pohon yang ditebang pada 2017 tersebut ditumpuk secara vertikal, ketinggiannya mencapai Geosynchronous Orbit, tempat tertinggi satelit mengorbit di Bumi. Jika dijumlah selama satu dekade terakhir, ketinggiannya bisa mencapai Bulan.
Estimasi tersebut tidak berlebihan. Sebab, data dari USDA pada 2002 yang dirilis di The Washington Post menyebutkan bahwa permintaan pohon natal mencapai 20,8 juta pohon.
Banyak cara telah dilakukan untuk menekan angka permintaan pohon natal, salah satunya memanfaatkan barang bekas atau ranting kering yang disusun layaknya pohon.
Penebangan pohon berdampak buruk terhadap keseimbangan lingkungan.
Salah satu cara agar dapat memakai pohon asli tanpa merusak lingkungan adalah merawat pohon secara mandiri. Pohon natal yang dipakai tidak dipotong, tetapi dibawa utuh dalam pot besar. Setelah perayaan Natal usai, pohon kembali ditanam di tanah lapang dan dirawat hingga kemudian dipakai kembali.