Komoditas pertanian dan perkebunan di Lampung melanglang buana. Saat ini, ekspor nanas asal Lampung merupakan yang terbesar di dunia.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
LAMPUNG TENGAH, KOMPAS — Komoditas pertanian dan perkebunan di Lampung melanglang buana. Saat ini, ekspor nanas asal Lampung merupakan yang terbesar di dunia. Ke depan, Lampung berpeluang mengekspor komoditas unggulan lainnya.
Terkait hal itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo bersama Gubernur Lampung Arinal Djunaidi menandatangani nota kesepahaman untuk peningkatan produksi dan ekspor pada Selasa (17/12/2019). Penandatanganan nota kesepahaman itu dilakukan di kantor PT Great Giant Pineapple (GGP), Lampung Tengah, sekaligus pelepasan ekspor nanas kaleng dari PT GGP.
Syahrul menilai, ekspor nanas secara berkesinambungan oleh PT GGP menjadi pertanda komoditas buah asal Indonesia diminati dunia. Pihaknya berkomitmen membantu Pemerintah Provinsi Lampung mengembangkan berbagai komoditas lain untuk diekspor. Dengan begitu, lapangan kerja untuk masyarakat di sektor pertanian dan perkebunan meningkat.
”Lampung harus bisa menjadi kekuatan dan contoh bagi daerah lain di Indonesia,” ujar Syahrul.
Dalam kesempatan itu, Syahrul juga menyerahkan bantuan berupa bibit padi, jagung, dan pupuk untuk program peremajaan kopi. Selain itu, ada juga bantuan mesin pertanian sebagai komitmen pemerintah pusat meningkatkan masa depan pertanian di Lampung.
Syahrul juga mengenalkan aplikasi Indonesian Map of Agricultural Commodities Exports (iMace). Aplikasi ini memungkinkan pemerintah mengetahui peta komoditas pertanian ekspor yang diperbaharui setiap waktu. Dengan aplikasi ini, pemerintah daerah dapat melakukan pembinaan dan pengembangan komoditas pertanian berbasis kawasan.
Selain bisa memindai lalu lintas komoditas unggulan ekspor, potensi komoditas yang sedang dijajaki untuk ekspor juga bisa terlihat. Saat ini, komoditas itu, antara lain, mengkudu, kumis kucing, buah asam, jeruk nipis, dan bidara.
”Teknologi sudah tersedia, tinggal dimanfaatkan untuk memajukan pertanian,” ujarnya.
Sementara itu, Arinal mengatakan, Pemprov Lampung meminta dukungan dari pemerintah pusat untuk mengembangkan berbagai komoditas unggulan di Lampung. Selain kopi dan lada, Lampung membidik komoditas kakao dapat diekspor. Dia juga berharap, kualitas komoditas ekspor asal Lampung bisa terus ditingkatkan sehingga harga jualnya jadi lebih baik.
Teknologi sudah tersedia, tinggal dimanfaatkan untuk memajukan pertanian.
Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil mengatakan, negara tujuan ekspor Lampung semakin banyak. Dia mencontohkan, komoditas pisang tidak hanya diekspor ke China atau Singapura, tetapi juga merambah ke Bahrain, Rusia, Kazakhstan, dan Argentina. Nanas irisan dari Lampung selama kurun waktu satu tahun terakhir juga telah merambah beberapa negara baru, antara lain Brasil, Kanada, Nigeria, dan Rusia.
Government Relations and External Affairs Director PT GGP Welly Soegiono mengatakan, ekspor nanas irisan mencapai 17.000 kontainer pada 2018. Pada 2019, jumlah ekspor ditargetkan bisa lebih tinggi. Selain nanas, PT GGP juga mengembangkan pisang mas, pisang barangan, dan jambu kristal sebagai komoditas ekspor. Ke depan, buah durian juga diharapkan bisa menjadi komoditas ekspor unggulan asal Lampung.