Analisis Kantor Bank Indonesia Perwakilan Bali mengkritisi belum maksimalnya pemerintah setempat memanfaatkan potensi kabupaten untuk mendukung pariwisata.
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Analisis Kantor Bank Indonesia Perwakilan Bali mengkritisi belum maksimalnya pemerintah setempat memanfaatkan potensi kabupaten untuk mendukung pariwisata. Potensi yang diunggulkan masih sebatas penggalian destinasi di tiap-tiap kabupaten/kota.
Padahal, Bali memiliki potensi kedatangan wisatawan asing setiap tahun lebih dari 6 juta orang melalui Bandara Internasional Ngurah Rai, Kabupaten Badung. Selama ini, pemenuhan kebutuhan pariwisata di Bali, misalnya untuk bahan makanan, masih mendatangkan dari daerah lain, seperti Pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
”Jutaan wisatawan asing yang datang membutuhkan makanan, baik di hotel maupun restoran. Akan tetapi, Bali belum mampu memenuhi secara swadaya kebutuhan tersebut, seperti sejumlah bahan makanan harus didatangkan dari daerah luar Bali,” kata Kepala Kantor Bank Indonesia Perwakilan Bali Trisno Nugroho pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Denpasar, Senin (16/12/2019).
Ia menjelaskan, pariwisata Bali masih terlihat maju di tiga kabupaten/kota, yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan Kabupaten Gianyar. Enam kabupaten lainnya, yaitu Tabanan, Jembrana, Bangli, Karangasem, Bulelang, dan Klungkung, masih belum maksimal penggalian potensi daerahnya.
Trisno mencontohkan soal ketersediaan bahan baku makanan atau pasokan daging. Restoran atau hotel tetap harus mendatangkan bahan bakunya dari luar Bali. Menurut dia, alangkah baiknya jika pemerintah terus berupaya menggali kapasitas dan kemampuan setiap daerah.
Trisno melanjutkan, Kabupaten Tabanan, Jembrana, masih memiliki potensi pertanian. Kabupaten Karangasem memiliki potensi peternakan, seperti sapi. Hanya saja, Bali masih harus memetakan kembali agar fokus pengembangannya di bidang tiap-tiap daerah untuk menunjang pariwisata Pulau Bali.
Plt Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Putu Astawa mengakui perkembangan pariwisata Bali melambat dan belum maksimal. Apalagi, menurut dia, persaingan pariwisata domestik dan dunia juga semakin ketat.
”Pariwisata juga rentan dengan isu-isu. Bali ini rentan sekali dengan isu. Sekalinya mendapatkan isu citra buruk, dapat memengaruhi pariwisata,” ujarnya.
Tahun ini, Gubernur Bali Wayan Koster mengajak berbagai pihak mendukung pemanfaatan potensi hasil pertanian dan perkebunan lokal untuk pariwisata. Sejumlah hotel sudah menerapkannya dengan menggunakan produk pertanian dan perkebunan lokal. Hanya saja, produksi lokal ini belum mampu memenuhi kebutuhan yang diperlukan sehingga restoran dan hotel memiliki alasan untuk memasok dari luar Bali.
Pariwisata juga rentan dengan isu-isu. Bali ini rentan sekali dengan isu. Sekalinya mendapatkan isu citra buruk, dapat memengaruhi pariwisata.
Berdasarkan data Bank Indonesia, jumlah wisatawan asing periode Januari-Oktober 2019 sebanyak 5,23 juta orang. Angka ini naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak 5,16 juta orang. Hanya saja, pertumbuhannya secara persentase melambat dari 2,87 persen pada 2018 menjadi 1,36 persen pada 2019.
Pelambatan ini diduga karena beberapa alasan, di antaranya masih adanya bencana alam pada tahun 2019, seperti status Siaga Gunung Agung, adanya ekses pemilu, dan kompetisi destinasi dunia, khususnya ASEAN.
Devisa yang dihasilkan juga masih belum mencapai 6,35 juta dollar AS pada 2019. Periode Januari-Oktober 2019 tercatat 4,66 juta dollar AS. Sementara tahun 2018, Bali mencatatkan devisa 5,4 juta dollar AS.
Karena itu, Trisno berharap pariwisata sebagai motor utama Bali dapat terus menjadi atensi. Atensi ini juga berupa mencari upaya terobosan dan penguatan ekonomi demi kesejahteraan masyarakat.