Sungai Dikeruk untuk Antisipasi Darurat Banjir Lumpur di Sigi
Penanganan kemungkinan banjir lumpur di Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, dilakukan dengan mengeruk Sungai Tinombu yang meluap dan mengangkut lumpur, Minggu lalu.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·2 menit baca
PALU, KOMPAS — Antisipasi kemungkinan banjir lumpur di Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, dilakukan dengan mengeruk Sungai Tinombu yang meluap dan mengangkut lumpur, Minggu lalu. Upaya penanganan permanen berupa pembangunan dam baru bisa dilakukan awal 2020.
Ketua Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Sulteng Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Arie Setiadi Moerwanto menyampaikan itu saat ditanya penanganan untuk mengantisipasi banjir lumpur susulan. ”Penanganan yang kami lakukan saat ini tanggap darurat, dengan pengerukan sungai. Untuk penanganan permanen dengan pembangunan dam, pekerjaan itu sedang dilelang. Diperkirakan mulai dikerjakan pertengahan Januari tahun depan,” katanya di Palu, Sulteng, Selasa (10/12/2019).
KOMPAS/VIDELIS JEMALI
Tampak sebagian Sungai Tinombu di Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulteng, yang telah dikeruk lumpurnya seperti terlihat pada Selasa (10/12/2019). Lumpur dari sungai tersebut meluap dan menerjang rumah warga pada Minggu (8/12/2019).
Banjir lumpur menerjang 13 rumah di Dusun 2 Desa Poi, Minggu (8/12/2019). Enam rumah di antaranya rusak parah karena terendam lumpur hingga 1 meter. Lumpur meluap dari Sungai Tinombu yang mengalir dari Gunung Tinombu di sisi barat Desa Poi.
Penanganan yang kami lakukan saat ini tanggap darurat, dengan pengerukan sungai. Untuk penanganan permanen dengan pembangunan dam, pekerjaan itu sedang dilelang. Diperkirakan mulai dikerjakan pertengahan Januari tahun depan.
Lumpur tersebut bersumber dari longsoran Gunung Tinombu yang terjadi akibat guncangan gempa, 28 September 2018. Tumpukan material longsor yang diperkirakan 60 hektar persis berada di mulut Sungai Tinombu. Tak hanya lumpur yang terangkut, batu-batu besar juga turut meluncur dari longsoran. Batu-batu tercecer di pinggiran sungai.
Pengerukan Sungai Tinombu mulai dilakukan sesaat setelah bencana terjadi hingga saat ini. Ada dua alat berat yang dioperasikan Balai Wilayah Sungai Sulawesi II.
KOMPAS/VIDELIS JEMALI
Rumah warga yang terendam lumpur di Dusun 2, Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulteng, Selasa (10/12/2019).
Penanganan permanen longsoran di Gunung Tinombu dalam kewenangan Kementerian PUPR, bagian dari skema rehabilitasi dan rekonstruksi Sulteng pascabencana. Menurut rencana, akan dibangun minimal dua dam untuk menampung sementara lumpur yang terangkut air saat hujan. Lumpur tersebut lalu diangkut ke tempat lain.
Sekretaris Desa Poi Erwin Amir menyatakan, pengerukan dilakukan hingga sekitar 500 meter dari jembatan Sungai Tinombu atau persis di belokan alur sungai. ”Kalau sungai dikeruk, kami sedikit aman karena dengan begitu aliran air dan lumpur terarah,” katanya.
KOMPAS/VIDELIS JEMALI
Alat berat membersihkan lumpur di jalan Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulteng, Senin (9/12/2019). Banjir lumpur melanda desa tersebut pada Minggu (8/12/2019).
Meskipun pengerukan sungai dilakukan, lanjut Erwin, pihaknya tetap meminta warga waspada saat hujan turun. Warga telah diimbau terkait arah evakuasi, yakni ke arah selatan untuk Dusun 1 dan utara untuk Dusun 2 serta ke arah timur untuk Dusun III.
Pada banjir Minggu, hanya Dusun 2 yang terimbas lumpur. Lumpur hanya sampai di kebun kakao di Dusun 2, sekitar 50 meter dari rumah warga. Lumpur tersebut meluap dari alur sungai persis di belokan sungai.
Namun, ancaman untuk dua dusun lainnya masih besar karena ada kemungkinan lumpur yang bercampur pasir dan batu dalam volume banyak mengalir deras karena hujan lebat. Bahkan, ancaman banjir lumpur bisa sampai ke Desa Pulu yang terletak di selatan Desa Poi.
KOMPAS/VIDELIS JEMALI
Rumah warga yang terendam lumpur di Dusun 2, Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulteng, Selasa (10/12/2019).