Distribusi Air Bersih di Jateng Berpotensi Diperpanjang
Kendati hujan mulai mengguyur sejumlah wilayah di Jawa Tengah, pemerintah setempat masih akan melakukan distribusi air ke daerah-daerah yang membutuhkan. Hingga kini, sumber-sumber air di permukiman masih kering.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
TEMANGGUNG, KOMPAS — Kendati beberapa hari terakhir hujan mulai mengguyur sejumlah wilayah di Jawa Tengah, pemerintah setempat masih akan melakukan distribusi air ke daerah yang membutuhkan. Terlebih, hingga kini, sumber-sumber air di permukiman masih kering.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Temanggung, Jateng, Gito Walngadi, Selasa (3/12/2019), di Temanggung, mengatakan, pihaknya masih terus memantau sejumlah daerah di Temanggung yang dilanda kekeringan selama kemarau.
”Jika memang ada daerah yang terpantau masih mengalami kekeringan, bukan tidak mungkin kegiatan distribusi air bersih kami perpanjang sesuai dengan kebutuhan,” ujarnya.
Penyaluran air bersih di Temanggung, lanjut Gito, semula direncanakan berakhir pada November 2019. Namun, rencana tersebut masih bisa berubah sesuai dengan perkembangan kondisi.
Sejauh ini, 1.405 tangki air telah disalurkan untuk mengatasi kekeringan dan krisis air bersih di Temanggung. Air bersih disalurkan ke 132 dusun dari 38 desa di 12 kecamatan. Penyaluran berlangsung selama Juni-November.
Perpanjangan penyaluran air bersih tersebut, menurut Gito, masih bisa dialokasikan dengan menggunakan sisa alokasi air sebanyak 400 tangki. Selain itu, bantuan air bersih masih bisa mengandalkan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dari sejumlah lembaga, komunitas, perusahaan, dan instansi.
BPBD terus melakukan pengecekan untuk melihat ketersediaan air di daerah-daerah yang semula krisis air bersih.
Saat ini, BPBD terus melakukan pengecekan untuk melihat ketersediaan air di daerah-daerah yang semula mengalami krisis air bersih. Sekalipun sudah memasuki musim hujan, pengecekan masih penting karena hujan di Kabupaten Temanggung baru dirasakan sekitar lima hari terakhir.
”Sekalipun sudah hujan, sumber-sumber air di Kabupaten Temanggung debitnya belum kembali normal,” ujarnya.
Karena masih kekurangan air, sebagian masyarakat pun saat ini berupaya menampung air hujan untuk kebutuhan sehari-hari.
Jumlah air bersih yang disalurkan tahun ini, lanjut Gito, lebih banyak dibandingkan dengan tahun lalu, yakni 1.022 tangki. Tambahan bantuan air, salah satunya didapat dari bantuan BPBD Provinsi Jawa Tengah sebanyak 100 tangki dan CSR sejumlah instansi sebanyak 890 tangki. Jumlah bantuan ini meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu.
Sementara itu, Kepala Seksi Logistik BPBD Kabupaten Magelang Nur Hadiyanto memperkirakan penyaluran bantuan air bersih di Magelang akan terus berlangsung hingga pertengahan Desember. Pasalnya, hingga saat ini, banyak daerah masih mengeluh dilanda krisis air bersih karena sumber-sumber air di desa belum juga mengalirkan air.
”Hujan selama lima hari terakhir ini belum berdampak apa-apa. Debit air di sumber-sumber air belum mengalir normal sehingga belum bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” ujarnya.
Untuk mengatasi krisis air bersih pada musim kemarau, BPBD Kabupaten Magelang menyiapkan 500 tangki air bersih. Namun, sejak akhir Juni, baru didistribusikan sekitar 250 tangki. Sama seperti di Kabupaten Temanggung, kegiatan penyaluran bantuan air bersih tahun ini banyak terbantu dengan adanya bantuan CSR, yang lebih dari 100 tangki.
Rohadi, perangkat Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, mengatakan, kekeringan tahun ini cenderung meluas dibandingkan dengan tahun lalu. Ia mencontohkan, di desanya, krisis air bersih sebelumnya hanya terjadi di tiga dusun. Namun, tahun ini dirasakan warga di tujuh dusun di Desa Kembanglimus.
Sekalipun sudah mulai turun hujan, sumur-sumur milik warga masih kering.
Sekalipun sudah mulai turun hujan, menurut dia, sumur-sumur milik warga masih kering. Untuk mencukupi kebutuhan memasak dan minum sehari-hari, warga masih mengandalkan bantuan air bersih dari BPBD dan relawan dari berbagai komunitas.
Mengacu pada kondisi tahun-tahun sebelumnya, menurut Rohadi, hujan memang tidak pernah berdampak langsung pada sumber-sumber air di Desa Kembanglimus. ”Sekalipun hujan sudah mulai turun, biasanya pasokan air baru akan kembali berangsur normal sebulan setelahnya,” ujarnya.