Pemprov Bali memberdayakan sektor hilir pertanian untuk mendorong pemasaran produk lokal di Bali, selain meningkatkan penyerapan produk Bali ke pasar di dalam ataupun luar negeri.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Bali merancang pembentukan sentra hasil pertanian dan industri pengolahan hortikultura mulai tahun depan. Pemerintah memberdayakan sektor hilir pertanian itu untuk mendorong pemasaran produk lokal di Bali selain meningkatkan penyerapan produk Bali ke pasar di dalam ataupun luar negeri.
Langkah itu diambil Pemprov Bali untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat sekaligus meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Bali. ”Selama ini, perekonomian Bali hampir 60 persen berasal dari pariwisata. Sementara itu, sektor pertanian kontribusinya hanya sekitar 14 persen,” kata Gubernur Bali Wayan Koster ketika menghadiri pelepasan ekspor buah manggis ke China, di kawasan terminal kargo Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Kamis (28/11/2019).
Saya tidak ingin ada lagi cerita petani merugi ketika panen karena harga anjlok.
Koster mengatakan, perekonomian Bali akan sehat apabila kontribusi tiga sektor prioritas perekonomian Bali, yaitu pertanian, pariwisata, dan industri kecil, bertumbuh secara berimbang. Keberadaan sektor pariwisata di Bali, menurut Koster, seharusnya mendorong pertumbuhan dua sektor prioritas lainnya, yakni pertanian dan industri kecil.
Koster menyatakan, langkahnya membuat Peraturan Gubernur Bali Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan, dan Industri Lokal Bali adalah upaya Pemprov Bali mendorong penyerapan produk lokal, termasuk hasil pertanian. ”Saya menjadi gubernur ini serius mengurusi hilir (pertanian) sebab saya tidak ingin ada lagi cerita petani merugi ketika panen karena harga anjlok,” kata Koster.
Koster menambahkan, pemerintah akan membangun sentra hasil pertanian dan industri pengolahan hasil hortikultura seiring dengan upaya mengembangkan pasar di dalam ataupun luar negeri. Untuk pemasaran di dalam negeri, khususnya di Bali, Koster menyatakan akan meminta kalangan hotel dan restoran memaksimalkan penggunaan produk Bali.
”Oleh sebab itu, saya bahagia dan senang apabila ada pengusaha berinisiatif membangun kerja sama ekspor dari Bali,” ujar Koster.
Kamis siang, PT Radja Manggis Sejati kembali mengekspor 2,5 ton buah manggis hasil petani di Tabanan ke China. Perusahaan itu bekerja sama dengan importir asal China, PT Jinxiang Demei Food. Pelepasan komoditas ekspor buah manggis itu juga ditandai dengan penandatanganan kerja sama antara PT Radja Manggis Sejati dan PT Jinxiang Demei Food.
Direktur Utama PT Radja Manggis Sejati Jero Putu Tesan mengatakan, pihak importir dari China memesan 9.000 ton manggis selama dua tahun kontrak kerja sama. ”Sejak Oktober lalu, kami sudah mengirim 22 ton. Kami berupaya memaksimalkan produksi manggis dari Bali selama musim panen ini,” ujar Jero Tesan.
Ketua Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura (Aspehorti) Bali I Wayan Sugiarta mengatakan, produk pertanian Bali memiliki kualitas yang baik. Sugiarta juga mengatakan, Pergub Bali Nomor 99 Tahun 2018 mendorong minat pengusaha berinvestasi di Bali untuk sektor pertanian. ”Tantangan produk lokal adalah kontinuitas dan kualitas serta jenis produk yang dibutuhkan pasar,” kata Sugiarta.
Dibukanya keran impor buah di China dan munculnya pengusaha-pengusaha ekspor dari Bali, menurut Sugiarta, merangsang petani untuk memperbaiki cara perawatan dan menjaga kualitas produk hortikultura mereka. ”Pengusaha berani membeli dari petani dengan harga lebih mahal asalkan produk dari petani itu memenuhi kualitas ekspor, atau sering disebut kualitas super 1 dan super 2,” ujar Sugiarta.
Direktur Buah dan Florikultura Kementerian Pertanian Liferdi Lukman mengungkapkan, Indonesia memiliki potensi besar dalam produk hortikultura. Liferdi menyebutkan, buah manggis dari Bali yang sudah menembus pasar ekspor masih berpotensi dikembangkan lebih besar. ”Kementerian Pertanian mendorong pengembangan produk manggis di Bali, juga mangga dan sayur-sayuran,” katanya.
Dia pun mengapresiasi kebijakan gubernur Bali yang membuat Pergub Bali tentang pemanfaatan dan pemasaran produk lokal. ”Hal itu sesuai dengan arah pemerintah pusat yang berupaya mengembangkan ekspor nasional,” ujarnya.