Bajakah, tanaman yang sempat viral karena dinilai mampu menyembuhkan kanker, diteliti lebih lanjut. Hasil penelitian sementara, delapan jenis bajakah dari hutan di Kalteng memiliki zat antikanker.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Bajakah, tanaman yang sempat viral karena dinilai mampu menyembuhkan kanker, diteliti lebih lanjut. Hasil penelitian sementara, delapan jenis bajakah dari hutan di Kalimantan Tengah memiliki aktivitas zat antikanker dari sedang hingga kuat.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Kementerian Kesehatan Akhmad Saikhu mengungkapkan, penelitian sudah dilakukan sejak Juli lalu dengan mengambil delapan sampel dari tiga tempat di Kalimantan Tengah, yakni di Taman Hutan Raya Lapak Jaru Kabupaten Gunung Mas, di kawasan hutan Kabupaten Pulang Pisau, dan lapak jualan Pasar Kahayan, Kota Palangkaraya.
”Kami lakukan identifikasi morfologi terlebih dahulu, ternyata dari delapan sampel yang diambil itu berbeda semua jenisnya, dan juga berbeda jenis dengan yang diteliti anak-anak dalam olimpiade sains beberapa waktu lalu yang viral itu,” ungkap Akhmad di Kota Palangkaraya, Selasa (26/11/2019).
Akhmad menjelaskan, untuk penelitian awal selain identifikasi morfologi atau jenis bajakah, B2P2TOOT juga melakukan uji sitotoksik dan fitokimia terhadap delapan sampel. Hasilnya, terdapat beragam jenis zat dengan kadar antikanker mulai dari sedang hingga kuat.
Kami lakukan identifikasi morfologi terlebih dahulu, ternyata dari delapan sampel yang diambil itu berbeda semua jenisnya, dan juga berbeda jenis dengan yang diteliti anak-anak dalam olimpiade sains beberapa waktu lalu yang viral itu.
”Potensi untuk obat kankernya beragam karena jenisnya berbeda, tetapi ini belum selesai. Harus diteliti lebih jauh lagi dan prosesnya hingga ke industri juga masih panjang,” ungkap Akhmad.
Bajakah atau akar-akaran merupakan tanaman obat khas Kalimantan yang digunakan masyarakat suku Dayak untuk mengobati beragam penyakit, termasuk kanker payudara. Kemudian, anak-anak SMA Negeri 2 Palangkaraya yang mendapatkan medali emas dalam World Invention Creativity Olimpic (WICO) 2019 yang diselenggarakan di Seoul, Korea Selatan, beberapa waktu lalu (Kompas, 20 Agustus 2019).
Santernya media yang meliput keberadaan bajakah dan kerinduan para pengidap kanker untuk bisa sembuh membuat akar ini dicari orang. Dampaknya pun beragam, tanpa tahu pasti jenis bajakah yang diteliti dalam kompetisi sains, semua orang mengambil bajakah di hutan di sekitar permukiman.
Para pedagang pun ramai-ramai berjualan di pinggir jalan, di pasar, hingga di dermaga-dermaga. ”Harganya beragam tergantung besarnya. Kalau yang tebal, panjang setengah meter, bisa Rp 250.000 per batang,” ungkap Ani, penjual obat-obatan tradisional di Pasar Kahayan, Kota Palangkaraya.
Ani sendiri tidak menjelaskan di mana akar itu diambil. Ia hanya percaya kalau akar itu bisa menyembuhkan beragam penyakit, ”Diare sampai kanker bisa sembuh, tinggal direbus saja lalu airnya diminum,” ungkapnya.
Sekretaris Daerah Provinsi Kalteng Fahrizal Fitri mengimbau agar masyarakat bisa menahan diri untuk membeli atau memperjualbelikan akar bajakah sampai penelitian selesai. Pasalnya, dari penelitian awal terungkap bahwa akar-akar gantung yang disebut bajakah dalam bahasa Dayak itu memiliki beragam jenis dengan jumlah yang tak pasti dan bentuk yang hampir serupa.
”Ini sudah mulai ada titik terang. Namun, dari penjelasan B2P2TOOT, ada yang berkhasiat ada yang tidak, tetapi ini kami harapkan bisa sampai selesai penelitian hingga bisa dipasarkan,” ungkap Fahrizal.