Sedikitnya 68 santri putri Pondok Pesantren Miftakhurrosyidin di Cekelan, Desa Madureso, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, keracunan dan harus dirawat di tiga rumah sakit di Kabupaten Temanggung.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
TEMANGGUNG, KOMPAS- Sedikitnya 68 santri putri Pondok Pesantren Miftakhurrosyidin di Cekelan, Desa Madureso, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, keracunan dan harus dirawat di tiga rumah sakit di Kabupaten Temanggung, Senin (25/11/2019) petang. Hingga Senin malam, penyebab keracunan belum diketahui.
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung, Sukamsih, mengatakan, pihaknya langsung menetapkan kejadian luar biasa (KLB) untuk kasus ini. “Selain karena penderitanya banyak dan terus bertambah, status KLB sengaja ditetapkan karena peristiwa ini terjadi tiba-tiba dan penyebabnya belum diketahui,” ujarnya, saat ditemui, Senin malam.
Gejala keracunan itu mulai dialami sebagian santri, Minggu (24/11/2019). Gejalanya seperti diare, pusing, mual dan muntah. Namun, mereka baru mulai dibawa ke rumah sakit pada Senin sore. Karena jumlahnya penderita yang sangat banyak, semua penderita langsung beramai-ramai dibawa ke tiga rumah sakit menggunakan 17 ambulans.
Hingga Senin petang sekitar pukul 18.00, jumlah penderita keracunan, terdata 61 orang. Sebanyak 52 orang diantaranya menjalani rawat inap dan 11 orang lainnya harus rawat jalan. Seiring waktu, jumlah tersebut terus bertambah.
Sekitar pukul 18.30, di Pondok Pesantren Miftakhurrosyidin, terdapat tujuh penderita baru, yang belum dibawa ke rumah sakit. Tujuh orang tersebut masih terbaring lemas di kamar. Sementara itu, pihak desa dan dinas kesehatan setempat, masih terus berupaya mencari ketersediaan tempat tidur di sejumlah rumah sakit.
Sukamsih mengatakan, pihaknya masih akan terus berupaya menyelidiki penyebab keracunan. Namun, karena sudah tidak sampel makanan yang tersisa, pihaknya hanya bias meminta keterangan terkait semua menu makanan yang dikonsumsi santri sejak Minggu hingga Senin sore.
Kepala Desa Madureso, Ewiek Khavida, saat ditemui pada Senin malam, mengatakan, pihaknya akan terus berjaga mengantisipasi bertambahnya jumlah santri yang mengalami keracunan. Dia mengaku tidak mengetahui asal makanan. Namun, karena ratusan santri putri juga bersekolah di madrasah, maka terbuka peluang juga bahwa makanan penyebab keracunan didapatkan dari luar lingkungan pondok pesantren.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Temanggung Ajun Komisaris M Alfan Armin mengatakan, dari hasil penyelidikan sementara, penyebab keracunan diduga berasal dari makanan yang dimasak katering dari Pondok Pesantren Miftakhurrosyidin.
Minggu pagi, para santri putri diketahui mengonsumsi makanan dari katering berupa sop dan tulang krispi. Adapun, pada Minggu malam, mereka mengonsumsi sayur tempe tahu
Minggu pagi, para santri putri diketahui mengonsumsi makanan dari katering berupa sop dan tulang krispi. Adapun, pada Minggu malam, mereka mengonsumsi sayur tempe tahu. Alfan mengatakan, pihaknya masih akan terus mengembangkan penyelidikan, dengan meminta keterangan dari saksi-saksi, dan berupaya mencari serta mengumpulkan barang bukti.