Waspadai Kerawanan Longsor di Jalur Kereta Api Jabar
Hujan yang perlahan terus intensif perlu menjadi perhatian para pemangku kepentingan di Jawa Barat, terutama di daerah rawan bencana, seperti longsor. Salah satu yang perlu diwaspadai adalah jalur kereta api.
Oleh
Samuel Oktora
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pada Desember 2019, hujan diprakirakan terjadi merata di wilayah Jawa Barat sebelum memasuki masa puncak pada Januari 2020. Kondisi tersebut perlu menjadi perhatian para pemangku kepentingan, terutama di daerah rawan bencana, seperti longsor. Salah satu yang perlu diwaspadai adalah jalur kereta api.
”Pada Desember, prakiraan hujan sudah lebih merata di Jawa Barat dan secara bertahap akan meningkat. Ketika curah hujan tinggi, perlu antisipasi potensi banjir dan longsor. Ini perlu menjadi perhatian para pemangku kepentingan, termasuk jalur kereta api,” kata Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Tony Agus Wijaya di Bandung, Selasa (19/11/2019).
Dari catatan Kompas, sepanjang 2018-2019, terjadi gangguan perjalanan kereta api (KA) di wilayah Jabar akibat kereta anjlok sebanyak empat kejadian. Kejadian terakhir menimpa KA Galunggung jurusan Kiaracondong (Bandung)-Tasikmalaya di Stasiun Bumiwaluya, Kabupaten Garut, 15 Agustus 2019.
Sebelum itu, KA Lodaya tambahan anjlok di wilayah Nagreg, Kabupaten Bandung, 29 Mei 2019. Akibat kejadian tersebut, kereta dari arah Bandung menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur diputar melintasi jalur utara, yaitu lewat Cikampek-Cirebon-Purwokerto-Kroya.
Kereta anjlok juga terjadi pada 4 dan 8 Desember 2018 yang menimpa kereta kerja atau kereta perawatan jalan rel (KPJR) di Km 153 dan Km 154 antara Stasiun Cilame dan Stasiun Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Cuaca buruk diduga memicu kejadian tersebut.
Secara terpisah, Vice President Public Relations PT KAI Edy Kuswoyo mengatakan, untuk mengantisipasi datangnya musim hujan yang bertepatan dengan masa angkutan Natal dan Tahun Baru 2019/2020, PT KAI telah menyiapkan 1.740 petugas. Mereka terdiri dari 477 petugas penilik jalan (PPJ) ekstra, 908 penjaga jalan lintas (PJL) ekstra, dan 355 petugas posko daerah rawan ekstra.
”Mereka disiagakan untuk mengamankan perjalanan kereta api di sepanjang lintas kereta Jawa dan Sumatera. Mereka akan memantau apabila terjadi rintang jalan atau peristiwa luar biasa yang menghambat perjalanan kereta api,” kata Edy.
Pemantauan dilakukan termasuk di wilayah Daops II Bandung karena terdapat 47 titik rawan longsor. Mayoritas titik rawan itu berada di jalur selatan Jabar. Jalur rawan itu di antaranya rute Cikadongdong-Cilame di Kabupaten Tasikmalaya sepanjang 42 km, Ciganea-Sukatani-Plered (Purwakarta) 11 km, dan Cibatu-Ciawi (Garut) 35 km.
PT KAI telah menetapkan masa angkutan Natal dan Tahun Baru selama 18 hari mulai dari 19 Desember 2019 hingga 5 Januari 2020. Adapun volumenya sebanyak 404 perjalanan KA, yang terdiri dari 374 KA reguler serta 30 KA Natal dan Tahun Baru. Tiket KA jarak jauh reguler untuk masa Natal dan Tahun Baru sudah dijual mulai 19 November atau 30 hari sebelum keberangkatan.
Edy menyinggung pula, untuk memberikan rasa aman bagi pengguna jasa kereta api, PT KAI menyiapkan 11.191 personel keamanan. Mereka terdiri dari 8.761 personel sekuriti, 1.480 personel polisi khusus kereta api (polsuska), dan bantuan eksternal dari TNI/ Polri 950 personel.
”Personel keamanan ini akan melakukan pengamanan di atas KA, stasiun, dan secara mobile melakukan patroli di jalur KA. Selain itu, pengamanan obyek-obyek penting lainnya, seperti dipo lokomotif dan kereta,” ujarnya.