Modifikasi Cuaca di Hulu DAS Brantas untuk Isi Waduk Ir Sutami
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi mulai memodifikasi cuaca untuk menambah intensitas hujan di hulu Daerah Aliran Sungai Brantas, di Malang Raya, Jawa Timur, Rabu (13/11/2019).
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi mulai memodifikasi cuaca untuk menambah intensitas hujan di hulu Daerah Aliran Sungai Brantas, di Malang Raya, Jawa Timur, Rabu (13/11/2019). Tujuannya, menambah volume air di Waduk Ir Sutami yang surut saat kemarau panjang.
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBTMC-BPPT) Tri Handoko Seto mengatakan, modifikasi cuaca selama 20 hari ke depan diharapkan menambah volume air waduk 50-70 persen dari kondisi saat ini. Meski menyusut, elevasi air Waduk Ir Sutami masih di atas level terendah, 260 meter di atas permukaan laut.
”Saya kira bisa 50-70 persen dari yang ada sekarang. Penambahan air penting karena fungsi waduk tidak hanya untuk listrik dan pertanian, tetapi juga ketersediaan air baku,” kata Handoko di Skuadron Udara 4 Pangkalan TNI AU Abdulrachman Saleh, Malang, yang menjadi Posko BBTMC-BPPT Teknologi Modifikasi Cuaca Daerah Aliran Sungai (TMC-DAS) Brantas.
Untuk mendukung modifikasi cuaca, BPPT menggunakan pesawat Casa 212-200 nomor registrasi A-2101 didukung Skuadron 4 Lanud Abdulrachman Saleh. Pesawat bakal mengangkut sekitar 800 kilogram garam (NaCl) dan menaburkannya di awan setiap kali terbang. Untuk mencapai hasil optimal di DAS Brantas, diperkirakan butuh 25 kali penerbangan.
”Kami akan selektif memilih awan-awan yang probabilitas keberhasilannya tinggi. Sejauh ini potensi awan ada, tetapi harus jeli menghitung dan memprediksi kira-kira kalau disemai apakah akan jadi hujan atau tidak? Kalau jadi hujan, berapa jumlahnya?” ujarnya.
Modifikasi cuaca di hulu DAS Brantas memiliki tantangan tersendiri dibandingkan tempat lain, termasuk DAS Citarum di Jawa Barat yang berlangsung sejak 25 Oktober sampai 18 November 2019. Di hulu DAS Brantas terdapat banyak gunung. Di satu sisi, kondisi ini menguntungkan karena potensi awan kumulus dan kumulonimbus mudah terbentuk.
”Di Citarum, kondisi alamnya lebih mudah. DAS-nya lebih luas, gunung-gunungnya tidak sebanyak dan setinggi di Malang. Bandara di Malang juga tidak terlalu leluasa untuk take off dan landing, ini jadi tantangan tersendiri,” ucapnya.
Di Citarum, kondisi alamnya lebih mudah. DAS-nya lebih luas, gunung-gunungnya tidak sebanyak dan setinggi di Malang. Bandara di Malang juga tidak terlalu leluasa untuk take off dan landing, ini jadi tantangan tersendiri.
Koordinator Lapangan Posko BBTMC-BPPT TMC DAS Brantas Faisal Sunarto mengatakan, untuk membantu pengamatan cuaca di wilayah target, pihaknya menempatkan personel di dua Pos Pengamatan Meteorologi di Batu dan Turen. Hasil pemantauan akan dilaporkan setiap saat kepada tim pelaksana di posko guna menentukan strategi penyemaian awan.
Ini bukan pertama kali BPPT melakukan modifikasi cuaca di hulu DAS Brantas. Setidaknya hujan buatan sudah dilakukan pada 1998, 2007, 2012, dan 2013. Modifikasi cuaca kali ini merupakan permintaan pihak Jasa Tirta I.
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Jasa Tirta I Raymond Valiant Ruritan mengatakan, hujan yang turun dalam beberapa hari terakhir belum mampu menambah volume tampungan air di Waduk Ir Sutami. Air hujan baru membasahi permukaan tanah. Oleh karena itu, modifikasi cuaca dibutuhkan untuk menambah debit air yang masuk ke waduk.