Perkembangan teknologi dan informasi dimanfaatkan pebatik tegalan di Kota Tegal, Jateng untuk memperkenalkan produk dan memperluas jangkauannya melalui pasar digital.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
TEGAL, KOMPAS -- Perkembangan teknologi digital dimanfaatkan para pebatik tegalan di Kota Tegal, Jateng, untuk mengenalkan produk dan memperluas jangkauannya melalui pasar digital. Berbagai pelatihan diikuti untuk mengambil keuntungan dari perubahan jaman yang sedang terjadi.
Ida Nursanti (40), salah satu pebatik tegalan yang menyadari pentingnya mempertahankan eksistensi bisnis batiknya, sehingga mempelajari pasar digital. Ia mengikuti beberapa pelatihan terkait ekonomi digital, baik yang diselenggarakan pemerintah maupun swasta.
"Sebagai pelaku usaha kita harus adapfatif dengan perkembangan pasar. Kalau tidak mampu menyesuaikan akan tertinggal," kata Ida saat ditemui di Kota Tegal, Kamis (7/11/2019).
Sebelum merambah pasar daring, Ida menghasilkan sekitar Rp 15 juta per bulan. Merambah pasar daring, penghasilan rata-rata per bulannya naik menjadi Rp 25 juta.
Mulai membatik tahun 2007, Ida merambah pasar digital sekitar 1,5 tahun belakangan. Hingga saat ini, ia sudah mengikuti sedikitnya empat kali pelatihan terkait ekonomi digital, seperti pemasaran melalui media sosial dan platform e-dagang, teknik foto produk, proses pembukuan laporan keuangan, dan aktivasi pembayaran secara digital.
Serius terjun ke dunia ekonomi digital, ia mempekerjakan beberapa karyawan khusus mengurus pemasaran di pasar digital. Dari sekitar belasan pegawainya, tiga di antaranya ditugaskan khusus mengurusi pemasaran secara digital.
"Saya mempekerjakan beberapa mahasiswa dan anak-anak muda untuk mengurus pemasaran daring. Saya sengaja memilih anak-anak muda karena mereka lebih akrab dengan perkembangan teknologi," imbuhnya.
Ida memasarkan batik miliknya pada platform e-dagang, media sosial, dan grup-grup pada aplikasi percakapan. Dulu, pembeli batik buatannya hanya dari Kota Tegal, tetapi setelah merambah pasar digital, berasal dari berbagai daerah di luar pulau Jawa dan luar negeri, seperti Jerman.
Sebelum merambah pasar daring, Ida menghasilkan sekitar Rp 15 juta per bulan. Semenjak merambah pasar daring, penghasilan rata-rata per bulannya naik menjadi Rp 25 juta.
Ketua Griya Batik Cempaka Mulia Sri Rejeki mengatakan, pasar digital tidak hanya meraup pembeli, tetapi juga bisa memperkenalkan batik tegalan kepada masyarakat luas. Selama ini, batik tegalan belum begitu dikenal masyarakat. Semenjak merambah ke pasar digital, polularitas batik tegalan meningkat.
"Dulu tidak ada yang tahu kalau di Tegal itu ada batik. Semenjak tahu dari internet bahwa di Tegal ada batik, orang-orang berdatangan ke Tegal untuk mencari batik," tutur Sri.
Sebagian besar pembeli yang datang langsung ke Griya Batik Cempaka Mulia mengetahui ada batik tegalan dari internet. Dalam sehari, setidaknya ada 3-4 pengunjung, baik dari dalam maupun luar kota yang datang ke Griya Batik Cempaka Mulia. Mereka tidak hanya melihat proses pembuatan batik tegalan, melainkan juga membeli batik.
Griya Batik Cempaka Mulia adalah sebuah wadah yang didirikan Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Perindustrian dan Perdagangan Kota Tegal untuk menghimpun para pebatik Tegalan dalam satu komunitas. Di tempat itu, para pebatik bisa membatik, mengedukasi pengunjung, serta menitipkan dagangannya.
Para pebatik di Griya Batik Cempaka Mulia menjual batiknya dengan harga beragam. Untuk satu lembar kain batik jenis klasik (melalui dua kali proses pembatikan), mereka menjual Rp 300 ribu - Rp 2 juta. Sementara untuk harga batik modern (melalui satu kali proses pembatikan) sebesar Rp 100 ribu - Rp 300 ribu. Adapun untuk batik cap sebesar Rp 90 ribu - Rp 100 ribu.
Riset e-Conomy SEA 2019 yang dilansir Google, Temasek, dan Bain & Company menaksir potensi ekonomi digital di Indonesia bakal menyentuh 133 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.862 triliun pada 2025. Tahun 2018, pendapatan ekonomi digital 27 miliar dollar AS, sedangkan tahun ini diprediksi 40 miliar dollar AS atau setara Rp 566 triliun. (Kompas,1/11/2019)
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil & Menengah Perindustrian dan Perdagangan Kota Tegal Herlien Cokrowati mengatakan, tercatat ada 120 pelaku UMKM batik di Kota Tegal. Untuk menyiapkan pelaku usaha yang terlatih dalam ekonomi digital, pihaknya beberapa kali melakukan pelatihan. Terakhir diadakan akhir 2018.
Tak hanya Pemerintah Kota Tegal, Bank Indonesia Kantor Perwakilan Tegal juga beberapa kali melakukan pelatihan terkait ekonomi digital. Pelatihan terkait ekonomi digital terakhir kali diadakan pekan lalu. Pada pelatihan tersebut, Bank Indonesia melatih 200 pelaku UMKM untuk terjun ke dunia ekonomi digital dan mengundang para praktisi di dunia ekonomi digital sebagai pemateri.
"Bank Indonesia berharap pelatihan ini dapat meningkatkan daya saing dan produktivitas pelaku UMKM melalui ekonomi digital. Bank Indonesia juga terus berkomitmen dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih merata, baik ditingkat nasional maupun di tingkat daerah," ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Tegal M Taufik Amrozy, pekan lalu.
Tak hanya memberi pelatihan, Bank Indonesia juga memberikan ponsel dan laptop kepada kelompok usaha. Alat-alat tersebut bisa mereka gunakan untuk menunjang pemasaran digital.