Nusa Tenggara Barat termasuk salah satu daerah yang masuk dalam peta daerah rawan bencana. Tidak hanya gempa bumi, tetapi juga bencana hidrometeorologi atau bencana yang dipengaruhi oleh faktor cuaca.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS – Nusa Tenggara Barat termasuk salah satu daerah yang masuk dalam peta daerah rawan bencana. Tidak hanya gempa bumi, tetapi juga bencana hidrometeorologi atau bencana yang dipengaruhi oleh faktor cuaca. Oleh karena itu, menjelang musim hujan yang diperkirakan masuk pada pertengahan November mendatang, masyarakat dihimbau untuk mulai meningkatkan kewaspadaan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ahsanul Khalik di Mataram, Senin (4/11/2019) mengatakan, bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang disebab parameter meteorologi seperti suhu, curah hujan, angin, kelembaban, dan yang lainnya. “Contoh bencana itu seperti banjir, kekeringan, badai dan tanah longsor,” kata Ahsanul.
Saat ini, hampir seluruh wilayah NTB baik di Pulau Lombok maupun Pulau Sumbawa memang masih dilanda kekeringan. Hal itu karena masih dalam periode musim kemarau. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Lombok Barat, musim kemarau di NTB akan berlangsung hingga November.
“NTB akan memasuki musim hujan pada pertengahan November yakni untuk wilayah Kota Mataram, sebagian Lombok Barat, dan sebagian Lombok Tengah. Oleh karena itu, saya kira imbauan sejak dini kepada masyarakat agar waspada sangat bagus,” kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Lombok Barat Luhur Tri Uji Prayitno.
Mengingat makin dekatnya musim hujan, kata Ahsanul, Pemerintah Provinsi NTB melalui BPBD dan berbagai pihak terkait lainnya mulai mempersiapkan langkah antisipasi. Langkah itu yakni mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Terutama terhadap bencana hidrometeorologi.
NTB akan memasuki musim hujan pada pertengahan November yakni untuk wilayah Kota Mataram, sebagian Lombok Barat, dan sebagian Lombok Tengah. Oleh karena itu, saya kira imbauan sejak dini kepada masyarakat agar waspada sangat bagus, kata Luhur
Menurut Ahsanul, masyarakat dihimbau untuk mengantisipasi bencana hidrometeorologi misalnya dengan membersihkan parit, drainase, dan sungai. Termasuk juga memangkas ranting dan pohon. Himbauan itu telah disampaikan ke seluruh wilayah NTB melalui pihak terkait, maupun menggunakan media sosial.
“Pada musim hujan, seringkali disertai badai yang mengakibatkan pohon tumbang. Itu sangat berbahaya karena bisa mengakibatkan kecelakaan. Oleh karena itu, pohon yang lapuk atau dikhawatirkan akan tumbang sebaiknya dipangkas,” kata Juru Bicara Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Mataram I Gusti Lanang Wiswananda.
Sejalan dengan itu, pemerintah juga turut hal lainnya. Menurut Ahsanul, berdasarkan hasil diskusi dengan pihak BMKG, mereka akan mengembangkan teknologi, pemantauan dan prediksi bencana, serta penyusunan tata ruang yang sesuai tingkat kerentanan bencana.
“Selain itu, kampanye untuk peningkatan pemahaman dampak dan pengurangan risiko bencana (kepada masyarakat). Hal itu akan terus kita kuatkan dengan berbagai pihak termasuk BMKG dan komunitas sadar bencana,” kata Ahsanul.
Berdasarkan catatan BPBD NTB, sejumlah bencana hidrometeorologi dengan dampak signifikan pernah melanda wilayah tersebut. Pada 2006 dan 2012 lalu misalnya, terjadi banjir bandang di Kecamatan Sambelia, Lombok Timur. Kemudian pada 2016, banjir bandang juga terjadi di Bima. Tahun 2018 lalu, banjir juga menerjang Sumbawa Barat dan merendam sekitar enam desa.
Selain banjir, longsor juga rawan terjadi. Terutama di jalur-jalur perbukitan di Lombok seperti di Jalur Pusuk yang menghubungkan Mataram dengan Lombok Utara, serta di kawasan Sembalun, Lombok Timur.
Oleh karena itu, menurut Ahsanul, himbauan secara terus menerus diperlukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Dengan cara itu pula, akan muncul kolaborasi bersama untuk menghadapi bencana sehingga dampaknya bisa dikurangi.
Ahsanul menambahkan, dalam antisipasi dan penanganan bencana yang terjadi, tidak ada daerah yang menjadi prioritas. Semua akan mendapatkan perhatian yang sama baik di Lombok maupun Sumbawa.