Peringatan Sumpah Pemuda Momen Meremajakan Komitmen Kebangsaan
Peringatan Hari Sumpah Pemuda diharapkan menjadi momen meremajakan komitmen kebangsaan yang telah dideklarasikan sejak 91 tahun lalu.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
DHARMASRAYA, KOMPAS - Peringatan Hari Sumpah Pemuda diharapkan menjadi momen meremajakan komitmen kebangsaan yang telah dideklarasikan sejak 91 tahun lalu. Rejuvenasi tersebut untuk mengingatkan bahwa jauh sebelum bangsa Indonesia merdeka, para pemuda sudah mempunyai komitmen bulat soal kebangsaan.
Pesan itu disampaikan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko saat menghadiri upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, Senin (28/10/2019). Dalam kesempatan itu, Moeldoko mengenakan pakaian adat Provinsi Bali.
"Sudah 91 tahun kita mendeklarasikan tentang kebangsaan ini, namun sekarang ada kecenderungan kemunduran. Seharusnya kita bicara kebangsaan sudah bulat. Oleh sebab itu, perlu ada rejuvenasi. Perlu diingatkan kembali bahwa kita pernah mendeklarasi tiga komitmen dasar (dalam teks sumpah pemuda)," kata Moeldoko.
Di dalam teks sumpah pemuda, ada tiga hal yang menjadi komitmen para pemuda, yaitu mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia; mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia; dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Menurut Moeldoko, belakangan ini, ada paham baru yang mengembangkan ekslusivisme, salah satunya dengan cara-cara intoleransi. Intoleransi itu jika tidak ditangani dengan cepat berbahaya terhadap keutuhan bangsa di masa mendatang.
"Dalam setiap kesempatan, saya menegaskan jangan lagi membicarakan mayoritas dan minoritas. Kita dilahirkan oleh Tuhan secara beragam dan itu harus diterima dengan baik. Memang ada kelompok kecil dan besar, tapi jangan lagi itu menjadi persoalan," ujar Moeldoko.
Dalam kesempatan itu, Moeldoko juga mengapresiasi kebijakan Pemerintah Kabupaten Dharmasraya yang menginstruksikan peserta upacara menggunakan pakaian adat Nusantara.
Adat dan budaya Nusantara, kata Moeldoko, memang perlu terus dikenalkan secara holistik, terutama kepada generasi muda. Dengan demikian, ketika menjadi pemimpin kelak, mereka dapat menjadi pemimpin yang bijak, tidak lagi mengembangkan intoleransi dan mempermasalahkan isu suku, ras, dan agama.
Dalam setiap kesempatan, saya menegaskan jangan lagi membicarakan mayoritas dan minoritas. Kita dilahirkan oleh Tuhan secara beragam dan itu harus diterima dengan baik. Memang ada kelompok kecil dan besar, tapi jangan lagi itu menjadi persoalan, ujar Moeldoko.
Ditambahkan Moeldoko, daerah juga perlu menggali potensi anak muda dan membangun jiwa kompetisi dalam berbagai hal. Jiwa kompetisi tingkat nasional ditopang oleh daerah. Jiwa kompetisi yang baik akan membantu Indonesia dalam menghadapi kompetisi yang sangat ketat di tingkat global.
Peringatan Hari Sumpah Pemuda diadakan di halaman kantor Bupati Dharmasraya di Kecamatan Pulau Punjung. Upacara diikuti berbagai kalangan, antara lain dari jajaran pemerintahan daerah, perwakilan TNI dan Polri, dan perwakilan sekolah. Sebagian besar peserta menggunakan pakaian adat Nusantara, antara lain Minangkabau, Jawa Tengah, Bali, Lampung, dan Nusa Tenggara Timur.
"Tujuan kami adalah untuk mengenalkan pakaian adat yang ada di Indonesia. Kami hendak memupuk dan mencontohkan ke anak-anak muda bahwasannya kita bisa merawat kebhinekaan. Insya Allah, Indonesia semakin maju ke depannya. Walaupun kita berbeda, tetap satu, berjuang untuk membangun Indonesia," kata Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan.