Menunggu Tiga Jam, Mahasiswa Lampung Tak Ditemui Gubernur
Peringatan Hari Sumpah Pemuda di Lampung diwarnai demonstrasi mahasiswa. Sekitar 100 mahasiswa dari berbagai organisasi kepemudaan menggelar unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Lampung, Senin (28/10/2019).
Oleh
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Peringatan Hari Sumpah Pemuda di Lampung diwarnai demonstrasi mahasiswa. Sekitar 100 mahasiswa dari sejumlah organisasi kepemudaan menggelar unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Lampung, Senin (28/10/2019). Mereka menolak sikap represif aparat dalam menangani unjuk rasa mahasiswa. Namun, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi tidak menemui mereka meskipun para mahasiswa sudah menunggu hingga tiga jam.
Sejumlah organisasi kemahasiswaan di Lampung yang ikut dalam demonstrasi, antara lain, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Selain berorasi di depan kantor Gubernur Lampung, mahasiswa juga masuk ke dalam kantor untuk mencari Gubernur Lampung.
Demonstrasi mahasiswa sempat ricuh. Pendemo yang ingin masuk ke dalam kantor dan petugas satpol PP yang berjaga saling dorong. Akibatnya, satu petugas perempuan satpol PP pingsan.
Mahasiswa juga diminta berkumpul di ruangan di kantor gubernur. Mereka dijanjikan bertemu dengan Gubernur. Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Taufik Hidayat meminta mahasiswa menyiapkan juru bicara untuk diskusi bersama gubernur.
Namun, hingga lebih dari tiga jam menunggu, Arinal tidak juga datang menemui pendemo. Mahasiswa ditawari bertemu dengan Sekretaris Daerah Lampung Fahrizal Darminto serta Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Lampung Taufik Hidayat. Namun, tawaran itu ditolak. Mahasiswa yang kecewa pun akhirnya membubarkan diri.
Juru bicara mahasiswa, Erzal Syahreza, menuturkan, di hari peringatan Sumpah Pemuda ini, mahasiswa ingin bertemu dan berdiskusi langsung dengan Arinal tentang berbagai isu daerah dan nasional. Sayangnya, keinginan mahasiswa bertemu langsung dengan Gubernur tidak terpenuhi.
Menurut Erzal, salah satu aspirasi yang ingin disampaikan, antara lain, terkait jatuhnya korban jiwa dari kalangan mahasiswa dalam sejumlah aksi demonstrasi di Indonesia. Kasus terakhir, dua mahasiswa, yakni Randi (22) dan M Yusuf Kardawi (19), tewas saat aksi demonstrasi di Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (26/9/2019).
Mahasiswa menyesali jatuhnya korban jiwa dalam aksi demonstrasi. Dia menilai, penembakan itu bentuk pelanggaran hak asasi manusia dan upaya membungkam pergerakan pemuda. Dia berharap, sebagai pemimpin, Arinal dapat berempati dan mencegah terjadinya tindakan represif tersebut di Lampung.
”Kami ingin aparat tidak lagi melakukan tindakan represif saat aksi demonstrasi mahasiswa,” ujar Erzal.
Kami ingin aparat tidak lagi melakukan tindakan represif saat aksi demonstrasi mahasiswa.
Mahasiswa menyayangkan sikap Gubernur Lampung Arinal Djunaidi dan Wakil Gubernur Lampung Chusnunia yang tidak mau menemui mahasiswa. Padahal, saat kampanye, mereka berjanji mendengarkan aspirasi rakyat.
Rahmanita Sari selaku koordinator lapangan aksi mengatakan, unjuk rasa itu bentuk kepedulian mahasiswa terhadap jalannya demokrasi di Indonesia. Dia berharap, pihak yang berwenang mengusut tuntas para pelaku yang menyebabkan mahasiswa meninggal.
Selain itu, mahasiswa juga mendesak pemerintah daerah menyikapi berbagai keluhan warga Lampung. Salah satunya adalah terkait isu kenaikan iuran tunjangan BPJS Kesehatan yang meresahkan warga.