Selama satu bulan terakhir, Pulau Ambon dan sekitarnya masih terus diguncang gempa susulan. Demi keselamatan, kegiatan belajar-mengajar sekolah dilangsungkan di luar ruangan. Namun, kondisi tenda tidak layak.
Oleh
Fransiskus Pati Herin
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Selama satu bulan terakhir, Pulau Ambon dan sekitarnya masih terus diguncang gempa susulan. Gempa pertama bermagnitudo 6,5 yang terjadi pada 26 September lalu diikuti gempa susulan yang terjadi 1.800 kali dengan jumlah kejadian yang dirasakan lebih dari 200 kali. Demi keselamatan, kegiatan belajar-mengajar sekolah dilangsungkan di luar ruangan. Namun, kondisi tenda tidak layak.
Menurut pantauan Kompas di Desa Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Jumat (25/10/2019), kegiatan belajar-mengajar dilangsungkan di dalam tenda darurat. Untuk SD Negeri 1 Liang, misalnya, tersedia tiga tenda. Satu tenda dipakai dua rombongan belajar. Tidak ada sekat. Siswa duduk di tanah beralaskan terpal.
Satu tenda merupakan tenda bekas militer yang pada atap dan dindingnya sudah bolong. Sementara dua tenda yang lain beratap terpal tanpa dinding. Siswa kelas V dan IV tengah melanjutkan ujian tengah semester yang sempat terhenti saat gempa lalu. Sementara kelas yang lain diisi dengan kegiatan bermain.
Sekolah tersebut merupakan satu-satunya sekolah dasar di desa itu yang memulai kegiatan belajar-mengajar setelah gempa 26 September lalu. Sementara tiga sekolah dasar yang lain masih libur. Desa itu terkena dampak paling parah. Banyak gedung sekolah retak sehingga dianggap tidak aman untuk dijadikan tempat belajar.
”Banyak orang bilang gedung sekolah kami bisa digunakan, tetapi kami rasa berisiko karena sampai saat ini masih terjadi gempa susulan. Retak bangunan semakin banyak. Biar kami bertahan di tenda. Intinya, kegiatan belajar-mengajar tetap jalan. Kehadiran siswa sudah di atas 70 persen,” kata Kepala SDN 1 Liang Mariam Rehalat.
Sudah satu bulan kami tunggu, tenda belum datang. Jadi, kami jalan apa adanya.
Mariam berharap, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan bantuan tenda berukuran besar untuk sekolah di desa itu. Ia menyinggung janji Muhadjir Effendy, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebelumnya, bahwa pemerintah akan membangun tenda untuk kegiatan belajar-mengajar.
Muhadjir menyampaikan janji itu pada saat mengunjungi korban. ”Sudah satu bulan kami tunggu, tenda belum datang. Jadi, kami jalan apa adanya,” ujar Mariam.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Maluku Tengah Bob Rahmat, secara terpisah, mengatakan, pihaknya kehabisan stok tenda. Oleh karena itu, mereka membantu dengan terpal. Bob memahami kekhawatiran guru dan siswa jika dipaksakan belajar di gedung rusak saat gempa susulan masih terus terjadi.
Bob berjanji akan berkoordinasi dengan BNPB untuk meminta tenda. Proses perbaikan dan pembangunan gedung sekolah yang rusak belum bisa dilaksanakan. Saat ini, tim gabungan masih melakukan validasi data. Pembangunan infrastruktur umum merupakan tanggung jawab Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, tiga daerah terdampak akibat gempa, yakni Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, dan Kabupaten Seram Bagian Barat. Korban jiwa yang meninggal sebanyak 39 orang, korban luka ringan 1.548 orang, luka berat 30 orang, dan pengungsi 170.900 orang. Adapun rumah penduduk yang rusak ringan 3.245 unit, rusak sedang 1.837 unit, dan rusak berat 1.273 unit. Hampir semua korban akibat tertimpa reruntuhan bangunan.
Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Geofisika Ambon Andi Azhar Rusdin mengatakan, hingga Jumat pukul 19.00 WIT, telah terjadi 1.856 kali gempa susulan dengan jumlah kejadian yang dirasakan sebanyak 209 kali. Pada hari ke-30, terjadi 14 kali gempa susulan dengan jumlah kejadian yang dirasakan 2 kali. Di beberapa titik, warga panik.