Geliat Budaya Jawa Timur Perkaya Nilai Kearifan Lokal Bangsa
Tujuh museum dan satu lembaga penelitian memperlihatkan koleksinya dalam pameran bertema "Menelusuri Peninggalan Budaya Jawa Timur Melalui Benda-Benda Koleksi Museum" di Museum Mpu Tantular, Sidoarjo, Jawa Timur.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Tujuh museum dan satu lembaga penelitian memperlihatkan koleksinya dalam pameran bertema ”Menelusuri Peninggalan Budaya Jawa Timur melalui Benda-Benda Koleksi Museum” di Museum Mpu Tantular, Sidoarjo, Jawa Timur, 24-26 Oktober 2019. Menampilkan jejak budaya Jawa Timur, pengunjung diajak memperkaya pengetahuan dan nilai-nilai kearifan lokal nusantara.
Pameran ini menjadi bagian dari acara Festival Tantular 2019. Selain Museum Mpu Tantular, enam lainnya adalah Museum Ranggawarsita di Semarang, Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Jakarta), Museum Keris Nusantara (Surakarta), dan Museum Radya Pustaka (Surakarta).
Selain itu, ada juga Museum Kambang Putih di Tuban serta Museum Perjuangan Rakyat Kalimantan Selatan Waja Sampai Kaputing (Wasaka). Turut ikut juga dalam pemeran ini Puslitbang Lektur, Khazana Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama dengan koleksi filologi.
Semua peserta memamerkan koleksinya yang berkaitan dengan budaya Jatim tanpa batasan periodesasi. Ada benda purbakala hingga benda-benda pada masa pra-kemerdekaan Republik Indonesia. Warisan budaya tak benda juga dipamerkan untuk memperkaya pengetahuan pengunjung.
Kepala UPT Museum Dinas Kebudayaan Kota Solo Didik Sunaryono mengatakan, pihaknya memamerkan koleksi Serat Panji Sekar dari abad ke-17. Selain itu, ikut ditampilkan wayang gedhok, tombak biring drajit, peninggalan Kerajaan Singasari di Malang, dan lima keris, salah satunya keris megantara.
”Serat Panji yang ditulis dengan huruf Jawa menceritakan perjalanan Raden Panji Inu Kertapati dari Kerajaan Jenggala melawan Prabu Brama Kumara. Keris Megantara adalah senjata pusaka Raden Panji,” ujar Didik, Jumat (25/10/2019).
Koleksi biografi tokoh
Sementara itu, Museum Wasaka menampilkan koleksi benda pusaka dan biografi tokoh militer Brigadir Jenderal TNI (Purn) Hasan Basry. Dia adalah pejuang yang sangat disegani di Pulau Kalimantan.
”Hasan Basry memiliki hubungan erat dengan Angkatan Laut RI (ALRI) Divisi IV yang berada di Mojokerto, Jatim. Dia bahkan mendirikan Batalyon ALRI Divisi IV Kalimantan Selatan,” kata Sunjaya Adhiarso, staf Bidang Pembinaan Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalsel.
Selain melihat koleksi-koleksi museum, pengunjung juga bisa menikmati pameran melalui kegiatan atraktif, seperti menulis tangan naskah Proklamasi Kemerdekaan. Mereka bisa mengetik naskah itu menggunakan mesin tik lawas. Kegiatan itu diinisiasi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
Tidak hanya itu, museum ini menampilkan tokoh proklamasi yang memiliki kontribusi besar membangun Jatim. Salah satunya, Mr Johannes Latuharhary (1900-1959). Gubernur Maluku pertama ini mengawali perjalanan kariernya di Jatim dengan bekerja di Pengadilan Tinggi Surabaya sepulang sekolah di Belanda.
Karena prestasinya, Johannes diangkat menjadi hakim di Surabaya dan menjabat ketua Pengadilan Negeri di Kraksan, Probolinggo, pada 1929. Dia sempat menjadi anggota Dewan Perwakilan Jatim, sebelum menjadi Gubernur Maluku pertama.
Budaya tak benda
Keragaman budaya masyarakat Jatim tidak hanya bisa ditelusuri melalui benda-benda cagar budaya. Jejak peradaban juga terekam kuat dalam budaya tak benda, seperti tradisi sandur, yang dipamerkan Museum Kambang Putih. Sandur merupakan kegiatan ritual musim kemarau sesudah panen yang mengisahkan tentang kehidupan petani Tuban.
Salah satu pengunjung pameran, Lilik Indrawati, mengatakan, pameran budaya Jatim membuka jendela pengetahuan menjadi lebih luas lagi. Selain itu, acara ini juga menjadi ajang menimba nilai-nilai kearifan lokal yang bermanfaat sebagai materi pengajaran kepada generasi masa kini.
Museum pada masa kini tidak lagi sebagai penyimpan benda pada masa lampau melainkan menjadi destinasi wisata edukasi.
Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Buduran Sidoarjo Agustina mengatakan, keberadaan museum pada masa kini tidak lagi sebagai penyimpan benda pada masa lampau, tetapi menjadi destinasi wisata edukasi. Sebagai sekolah kejuruan dengan keunggulan di bidang pariwisata, pihaknya bersinergi dengan pengelola museum di bidang pemelajaran siswa ataupun promosi wisata.
”Pameran budaya merupakan salah satu magnet menarik pengunjung atau wisatawan juga ajang bagi siswa untuk mempraktikkan teori yang mereka dapatkan di sekolah,” kata Agustina.