Roni Chandra (16) mencari buku dan seragam sekolah di rumahnya yang hangus terbakar di Jalan Sentosa Lama, Kelurahan Sei Kera Hulu, Medan, Sumatera Utara, Selasa (22/10/2019) pagi. Tak ada yang bisa digunakan lagi,
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
Roni Chandra (16) mencari buku dan seragam sekolahnya di rumahnya yang hangus terbakar di Jalan Sentosa Lama, Kelurahan Sei Kera Hulu, Medan, Sumatera Utara, Selasa (22/10/2019) pagi. Namun, tidak ada satu pun yang masih bisa digunakan.
Kebakaran besar pada Senin malam telah menghanguskan rumahnya bersama 40-an rumah lain di permukiman padat penduduk itu.
”Saat kebakaran terjadi, saya hanya bisa membawa sepasang seragam sekolah, tetapi sudah hilang juga terjatuh entah di mana. Hanya pakaian yang saya kenakan ini yang bisa selamat,” kata Roni, siswa kelas X SMA Negeri 18 Medan.
Kebakaran di Jalan Sentosa Lama, Senin (21/10/2019) malam, telah menghanguskan sekitar 40 rumah yang dihuni sekitar 70 keluarga. Lebih dari 250 penghuninya kehilangan tempat tinggal. Mereka mengungsi sementara ke posko yang didirikan Pemerintah Kota Medan atau ke rumah keluarga.
Selasa pagi itu, ratusan warga tampak mencari harta benda yang masih bisa diselamatkan di puing-puing rumahnya. Namun, sebagian besar harta bendanya sudah hangus terbakar. Warga hanya bisa mendapat besi yang tersisa.
Warga hanya bisa mendapat besi yang tersisa.
Roni mengatakan, saat kebakaran terjadi, ia dan ayahnya sedang tidur di rumahnya di Gang Ringgit. Mereka terbangun setelah mendengar teriakan kebakaran dari luar rumah. Roni lalu keluar rumah dan melihat api sudah membesar melahap atap rumah yang ada di Gang Keluarga di sebelah gangnya.
”Api sangat cepat merambat melalui atap dan lantai dua rumah yang sebagian besar merupakan papan kayu. Kami langsung lari menyelamatkan diri karena api sudah semakin dekat ke rumah,” kata Roni.
Arifin (45), ayah Roni, mengatakan, karena rumahnya hangus, keluarganya tidur di posko bantuan pemerintah pada Senin malam. Dirinya mendapat bantuan makanan dari dapur umum yang segera didirikan setelah kebakaran bisa padam.
Asnita (41), korban lainnya, bersama empat anaknya pun tampak mengumpulkan besi yang tersisa di rumahnya untuk dijual kiloan. Rumahnya berukuran 3 meter x 5 meter hangus terbakar. Hanya tembok setinggi 1 meter yang tersisa.
”Saya sehari-hari bekerja sebagai tukang cuci pakaian. Rumah dan semua harta benda kami hangus terbakar. Saya hanya bisa menyelamatkan ijazah anak dan kartu keluarga yang sebelumnya telah saya simpan di dalam satu tas,” kata Asnita.
Kebakaran itu sangat memukul para korban karena menghanguskan semua harta benda. Sebagian besar korban adalah keluarga dengan perekonomian yang sulit. ”Saya ini hanya buruh bangunan, belum tahu bagaimana saya bisa membangun kembali rumah saya ini,” kata Arifin.
Mustofa, Lurah Sei Kera Hulu, mengatakan, api diduga berasal dari salah satu rumah di Gang Keluarga. Api itu kemudian menyebar ke rumah lain di Gang Ringgit I dan Gang Ringgit II. Api diduga dipicu korsleting listrik di rumah tersebut.
”Api lalu menyambar atap dan lantai dua rumah yang sebagian besar terbuat dari kayu,” katanya.
Para korban kebakaran itu merupakan rakyat kecil yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang kecil, buruh bangunan, dan tukang cuci pakaian.
Para korban kebakaran itu merupakan rakyat kecil yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang kecil, buruh bangunan, dan tukang cuci pakaian. Api cepat menyebar dan menghanguskan banyak rumah karena sebagian besar rumah di permukiman itu berdempetan dengan ukuran lebih kurang 3 meter x 5 meter.
Untuk tahap awal, lanjut dia, Pemerintah Kota Medan berfokus melakukan tindakan tanggap darurat, yakni memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Pihaknya mendirikan posko untuk tempat tinggal dan dapur umum.
Pemerintah juga akan segera membagikan pakaian untuk warga. Setelah masa tanggap darurat, Pemerintah Kota Medan berencana membantu pembangunan rumah warga.