Untuk memaksimalkan potensi bahari di Karawang, Jawa Barat, pemerintah daerah terus mengembangkan potensi wisata alternatif. Ekowisata tanaman bakau dan terumbu karang diharapkan menjadi daya tarik bagi para pengunjung.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS— Untuk memaksimalkan potensi bahari di Karawang, Jawa Barat, pemerintah daerah terus mengembangkan potensi wisata alternatif. Ekowisata tanaman bakau dan terumbu karang diharapkan menjadi daya tarik bagi para pengunjung.
Di sisi utara Kota Karawang terdapat potensi wisata bahari yang luas, karena terdapat pantai panjang yang terbentang sepanjang 84 kilometer. Ke depan, sejumlah spot wisata baru akan dikembangkan dan dilengkapi museum bahari.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karawang Okih Hermawan, Jumat (18/10/2019), mengatakan, pihaknya kini fokus mewujudkan desa wisata bahari di Pantai Tangkolak di Desa Sukakerta, Kecamatan Cilamaya Wetan. Penataan dan perencanaan kawasan itu bakal direalisasikan secara bertahap.
Di perairan tersebut, ditemukan sisa-sisa kapal perdagangan zaman Hindia Belanda. Beragam peninggalan yang ditemukan nelayan dan warga, antara lain keramik bercorak dan koin. Untuk mencapai lokasi, pengunjung harus menempuh perjalanan sekitar 10 kilometer selama 30-45 menit dari bibir pantai.
Di perairan tersebut, ditemukan sisa-sisa kapal perdagangan zaman Hindia Belanda. Beragam peninggalan yang ditemukan nelayan dan warga, antara lain keramik bercorak dan koin
Selain itu, Karawang juga menyimpan pemandangan bawah laut dan terumbu karang yang indah. Gugus terumbu karang di perairan Karawang, antara lain gugus terumbu Ciparage dan Sendulang. Terumbu karang Sendulang memiliki enam gugus terumbu dan terumbu karang Ciparage memiliki lima gugus terumbu dengan total luas 121,67 hektar.
Jenis terumbu karang yang ada di perairan Karawang merupakan jenis gugusan karang gosong (patch reefs) yang merupakan karang yang tumbuh dari dasar laut sampai permukaan laut dalam kurun waktu yang lama.
Ekowisata tanaman mangrove juga dikembangkan di sepanjang pantai utara Karawang. Potensi itu rencananya akan diintegrasikan dengan potensi terumbu karang dan spot snorkeling. Kolaborasi ketiganya diyakini dapat memberikan nilai tambah bagi pengunjung maupun masyarakat sekitar.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) bersama dengan instansi terkait tengah mengkaji lebih lanjut terkait potensi-potensi tersebut. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan, antara lain infrastruktur yang memadai, pelatihan sumber daya manusia, dan penataan wisata yang apik.
“Masyarakat dan pemerintah desa akan dilibatkan dalam pembangunan wisata. Sebab, keberlangsungan wisata tak bisa berjalan sendiri, dibutuhkan campur tangan warga sekitar untuk menjaganya,” ujar Okih.
Adapun museum bahari direncanakan berdiri di desa tersebut. Menurut Okih, keberadaan museum bermanfaat untuk menampilkan sisa-sisa peninggalan dan informasi terkait sejarah masa lalu kepada para pengunjung. Sejarah bawah laut tidak boleh dianggap remeh, masih banyak hal yang belum terkuak dan perlu diangkat.
Perkuat eksplorasi
Sementara itu, Ketua Karawang Explore Hadid Suherman mengatakan, masih banyak potensi barang muatan kapal tenggelam (BMKT) yang belum dieksplorasi. Sebab, sejauh ini, baru mengandalkan penemuan oleh nelayan dan masyarakat. Pemeritah perlu menggali lebih jauh agar eksplorasi tersebut semakin berkembang.
Pembangunan museum, kata Hadid, jangan dijadikan prioritas. Museum perlu didirikan apabila potensi BMKT yang telah tergali minimal 50 persen. BMKT bukan hanya di Tangkolak, tapi di laut Pakisjaya juga sudah terdeteksi ada BMKT.
“Sebaiknya digali dulu potensi yang sudah ada, benda-benda yang diangkat pun belum banyak. Jangankan untuk memenuhi museum yang begitu luas, untuk memenuhi ruangan ukuran 2 meter x 2 meter pun belum penuh,” ujarnya.
Pada Juli lalu, beberapa siswa SMKN 1 Rengasdengklok yang tergabung dalam ekstrakurikuler Bara Rimba bersama dengan penyelam dari Karawang Explore mulai melakukan ekspedisi lewat pelayaran dari Dermaga Sungai Buntu ke terumbu karang Ciparage.
Kegiatan ini bertujuan mendata kerusakan dan luasan terumbu karang yang masih baik. Ketua Bara Rimba Nuraidah mengatakan akan melanjutkan ekspedisi ini pada Desember, sekaligus memantau kondisi terkini terumbu karang di titik tersebut.