Konsep wisata halal jauh lebih kompleks ketimbang sebatas mengonsumsi makanan-minuman higienis dan cara berbusana. Di dalamnya, perlu diatur kebersihan lingkungan dan memberikan kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan.
Oleh
KHAERUL ANWAR
·2 menit baca
MATARAM, KOMPAS-Konsep wisata halal jauh lebih kompleks ketimbang sebatas mengonsumsi makanan-minuman yang higienis dan cara berbusana. Di dalamnya, perlu diatur tentang kebersihan lingkungan dan memberikan kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan.
Hal itu dikatakan Muhyiddin Junaedi, Steering Committee The International Halal Tourism Conference bertema "Halal Is Our Way Of Life", yang diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jumat (11/10/2019) di Mataram, Lombok. Konferensi itu diikuti sekitar 300 peserta dari 20 negara yang tergabung dalam Organsasi Kerjasama Islam.
"Sinergitas antarlembaga keuangan syariah dalam pengembangan wisata halal di Indonesia juga harus diperhatikan. Ini mengingat Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar," kata Muhyiddin yang juga Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional DPP MUI.
Amirsyah Tambunan, Wakil Sekjen DPP MUI, mengatakan, wisata halal membuka ruang bagi perusahaan jasa keuangan syariah. Saat ini relatif sedikit jasa keuangan syariah yang membuka akses dan skema pinjaman dalam lini bisnis wisata halal.
"Oleh sebab itu, sudah saatnya jasa keuangan syariah menyediakan skema pinjaman bagi pengusah biro perjalanan, paket tur wisata, dan menyiapkan pemandu wisata yang mengantongi sertifikat dari institusi tempatnya bernaung," kata dia.
Dukungan
Untuk mencapai Indonesia sebagai pusat wisata halal, ucap Muhyidin, memerlukan dukungan dan kerjasama semua pihak di tingkat regional, nasional dan internasional, yang lebih terencana. Sinergi antara pemerintah dan para pengusaha, dan terpenting masyarakat dalam memberikan pelayanan pada wisatawan juga harus terus dijaga.
“Fakta di lapangan, toilet, transportasi, kebersihan lingkungan, sampah dan fasilitas umum di Indonesia masih di bawah Malaysia, Singapura, dan Jepang. Ke depan, jaminan kebersihan dan jaminan keamanan adalah bagian dari wisata halal,” ujar Muhyiddin.
Fakta di lapangan, toilet, transportasi, kebersihan lingkungan, sampah dan fasilitas umum di Indonesia masih di bawah Malaysia, Singapura, dan Jepang. Ke depan, jaminan kebersihan dan jaminan keamanan adalah bagian dari wisata halal
Kepala Dinas Pariwisata NTB HM Faozal mengatakan, pariwisata Lombok bergerak menuju normal setelah gempa Lombok Juli-Agustus 2018. Salah satu indikasinya, ada penerbangan langsung pulang-pergi empat kali seminggu Lombok-Perth (Australia).
"Dari target 4 juta kunjungan wisatawan selama Januari-September 2019, kunjungan wisatawan mancanegara mencapai sekitar 1 juta dan 1 juta lainnya wisatawan domestik. Masih ada waktu sampai Desember untuk kami berupaya mencapai target kunjungan tahun ini,” ungkap Faozal.