Kematian 7 Ekor Paus Pilot di NTT Perlu Ditelusuri
Penyebab kematian tujuh ekor paus pilot di Pantai Kolohuju, Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur, perlu ditelusuri.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·2 menit baca
DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN SABU RAIJUA
Paus pilot yang mati terdampar di bibir Pantai Kolohuju, Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur, Kamis (10/10/2019).
SEBA, KOMPAS — Penyebab kematian tujuh ekor paus pilot di Pantai Kolohuju, Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur, perlu ditelusuri. Ini merupakan kasus kedua setelah 43 ekor paus biru mati pada 2014.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sabu Raijua Charles Meyok saat dihubungi, Jumat (11/10/2019), mengatakan, paus yang terdampar di Pulau Sabu itu awalnya sebanyak 17 ekor. Peristiwa itu terjadi pada Kamis (10/10). Sepuluh ekor di antaranya berhasil diselamatkan warga sekitar dengan didorong kembali ke laut.
Lokasi kejadian berada di Pantai Kolohuju, Desa Mania. Tempat itu hanya berjarak sekitar 7 kilometer dari lokasi kematian 43 paus biru pada 2014 di Desa Deme, Kecamatan Liae. ”Peristiwa ini sangat disesalkan. Balai Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu perlu memperhatikan masalah ini,” kata Meyok.
Meyok mengatakan, kasus kematian 43 paus pada 2014 itu seharusnya sudah menjadi peringatan bagi pengelola TNP Laut Sawu untuk melakukan penelitian mengenai jalur migrasi paus di perairan tersebut.
Diduga, paus-paus ini sedang mencari makanan berupa plankton dari arah Samudra Pasifik ke arah barat. Menjelang Desember, makanan paus di wilayah Pasifik Selatan mulai langka sehingga mendorong satwa itu bermigrasi mencari pakan, termasuk hingga ke Laut Sawu.
Dosen Jurusan Kelautan dan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, Kupang, Yahya, mengatakan, penyebab paus terdampar di pantai dangkal bisa saja terjadi karena sistem navigasi hewan itu terganggu oleh gelombang magnetik buatan manusia.
Selain Laut Sawu, biasanya, jalur migrasi paus juga melewati perairan Wakatobi di Sulawesi Tenggara. Namun, Yahya mengatakan, peneliti agak sulit mengetahui titik pasti jalur migrasi tersebut karena selalu bergeser tempat dan cenderung mengikuti arus gelombang laut.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Kelompok pencinta satwa, TNI, serta warga berusaha menarik bangkai paus pilot yang terdampar di Desa Pesisir, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Kamis (16/6/2016). Saat itu, sebanyak sepuluh dari 32 paus pilot yang terdampar mati.
”Jika ada paus mati di Pulau Sabu (Sawu) yang dikeliling Laut Sawu, itu berarti Laut Sawu termasuk jalur migrasi paus. Pemerintah sejak 2015 telah menetapkan Laut Sawu sebagai kawasan konservasi taman nasional perairan laut. Itu mestinya bisa diteliti, apa betul kematian paus akibat gelombang magnetik buatan manusia atau faktor lain,” tutur Yahya.
Jalur migrasi paus ini sedang ditelusuri lembaga World Wide Fund for Nature (WWF) agar bisa dijadikan aktivitas wisata. Namun, hal tersebut dilakukan dengan tidak mengganggu habitat satwa.
Masyarakat Sabu Raijua sangat mencintai jenis hewan laut besar, seperti pari, hiu, dan paus. Jika pergi melaut dan bertemu satwa-satwa tersebut, nelayan selalu ”berkomunikasi” dengan mereka karena diyakini sebagai jelmaan leluhur.