Puluhan rusa timor hidup di sebuah kompleks perkantoran di tengah Kota Magelang, Jawa Tengah. Namun, nasib satwa itu nelangsa.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
Selasa (8/10/10) sore, puluhan rusa timor (Cervus timorensis) tiba-tiba bermunculan dari berbagai sudut di halaman belakang kompleks eks Badan Koordinasi Wilayah II Magelang, di Jalan Pangeran Diponegoro, Kota Magelang, Jawa Tengah. Mereka langsung mengendus tumpukan kangkung yang baru saja diletakkan Kompas, lalu mengunyahnya dengan lahap.
Di antara 10 ikat kangkung tersebut, ada puluhan tahu goreng. Namun, hal itu tidak mengganggu selera makan satwa tersebut. Bahkan, semua dilahap dengan cepat, sampai-sampai tak sempat diabadikan kamera.
Agus, petugas di kompleks perkantoran eks Bakorwil II Magelang, tidak heran melihat perilaku rusa-rusa tersebut. ”Mereka mau makan apa saja, termasuk nasi dan lauk pauk dari sisa acara yang diselenggarakan di kompleks eks Bakorwil,” ujarnya. Terkadang, sisa makanan tersebut didapatkan para rusa dari tempat sampah.
Saya bahkan pernah melihat ada rusa yang memakan sampah plastik di tempat sampah.
Bakorwil adalah perangkat kepanjangan tangan Pemerintah Provinsi Jateng yang mengoordinasikan sejumlah wilayah kabupaten/kota sebelum bubar pada 2017. Wilayah kerja Bakorwil II Magelang dulu meliputi 12 kabupaten/kota di wilayah eks Karesidenan Kedu dan Surakarta.
Kini, kompleks eks Bakorwil di jantung Kota Magelang itu kerap menjadi lokasi penyelenggaraan acara-acara pernikahan ataupun acara-acara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah serta Pemerintah Kota Magelang, seperti rapat koordinasi pangan dan festival kuliner.
Kelahapan rusa-rusa itu menyantap kangkung dan tahu goreng membuktikan omongan Dyah, seorang pencinta binatang dan pendiri Komunitas Hibah Magelang, beberapa waktu sebelumnya. Rusa-rusa itu nelangsa saat tidak ada ”pengunjung” yang memberikan makanan atau saat tidak ada acara yang digelar di kantor tersebut, yang berarti tak ada sisa makanan untuk mereka.
Karena itu, ketika ada makanan, mereka tak menyia-nyiakannya, apa pun jenisnya. ”Saya bahkan pernah melihat ada rusa yang memakan sampah plastik di tempat sampah,” ujar Dyah.
Rusa yang memakan sampah plastik tersebut dilihat Dyah saat dia ikut mendampingi sejumlah dokter hewan yang sedang memeriksa seekor rusa yang terluka kakinya. Dyah menduga, perilaku rusa tersebut dipicu oleh kondisi terdesak karena ketiadaan bahan pangan.
Selain karena tidak ada orang yang rutin memelihara dan memberi makan, kondisi tersebut juga terjadi karena pada musim kemarau ini halaman belakang kompleks eks Bakorwil hanya dipenuhi rumput-rumput pendek yang mengering.
Hingga kini tidak jelas kepemilikan satwa-satwa tersebut. Cerita yang diketahui adalah rusa itu sempat dipelihara oleh pimpinan Kantor Karesidenan Kedu, tahun 1970-an. Bermula dari dua ekor, rusa tersebut terus berkembang biak. Pada pertengahan Agustus 2019, diketahui jumlah rusa telah mencapai lebih dari 20 ekor.
Tugas kami adalah memperhatikan soal pendidikan dan manusia, warga Jawa Tengah, dan bukan memperhatikan masalah satwa.
Kepala Subbagian Tata Usaha Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VIII Jawa Tengah M Zubaidi mengatakan, sebagai kantor yang berlokasi paling dekat dengan halaman tempat rusa-rusa tersebut, pihaknya sering didesak oleh warga Kota Magelang untuk lebih memperhatikan nasib satwa itu.
Namun, Zubaidi mengatakan, pihaknya tidak bisa melakukan apa-apa karena hal tersebut tidak termasuk dalam tugas pokok dan fungsi institusinya. ”Tugas kami adalah memperhatikan soal pendidikan dan manusia, warga Jawa Tengah, dan bukan memperhatikan masalah satwa,” ujarnya.
Kendatipun demikian, didorong oleh rasa kepedulian, para pegawai Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VIII juga sering memanggil tukang sayur untuk membawakan sisa sayuran bagi rusa. Para pegawai secara sukarela menyisihkan uang pribadi untuk keperluan tersebut.
Zubaidi mengakui, rusa-rusa tersebut kelaparan dan kekurangan bahan pangan. Kondisi tersebut akhirnya mendorong rusa, yang sebenarnya merupakan satwa liar itu, relatif mudah didekati manusia. ”Karena didorong oleh rasa kelaparan itulah rusa-rusa tersebut kini bisa lebih mudah didekati dan mau menerima makanan apa saja dari orang-orang yang ada di sekitarnya,” ujarnya.
Mengikuti desakan dari masyarakat, Zubaidi mengatakan, pihaknya juga sudah memberitahukan kondisi rusa tersebut kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Merespons pemberitahuan tersebut, pada Mei 2019, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah datang mengambil sembilan rusa. Adapun sisanya masih dibiarkan di kompleks eks Bakorwil II Magelang.
Zubaidi mengatakan, rusa tersebut tidak diambil semua karena ketika itu petugas BKSDA hanya bisa menangkap sembilan ekor saja. Selain itu, sebagian rusa juga sengaja ditinggalkan agar tetap dapat dikunjungi warga sekitar.
Koordinator Bagian Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) BKSDA Jawa Tengah Shokhib Abdillah mengatakan, sembilan rusa yang diambil tersebut kini dipelihara di penangkaran khusus rusa di Kabupaten Temanggung.
Shokib mengatakan, pihaknya sengaja tidak mengambil semua rusa karena pihak Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VIII meminta agar masih ada yang ditinggalkan di kompleks tersebut.
Namun, menurut dia, BKSDA Jawa Tengah juga tidak akan tinggal diam dan membiarkan rusa-rusa tersebut begitu saja. ”Kami akan mendampingi pihak dinas untuk mengurus izin penangkaran serta mendampingi mereka agar dapat mengurus rusa-rusa tersebut dengan baik,” ujarnya.