Semua Titik Gedung Sate Akan Dibuka bagi Wisatawan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat kini fokus mengembangkan Gedung Sate di Kota Bandung sebagai destinasi wisata sejarah. Salah satu upaya yang akan dilakukan, semua titik di lingkup Gedung Sate dapat dikunjungi wisatawan.
Oleh
SAMUEL OKTORA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Barat kini fokus mengembangkan dan merevitalisasi Gedung Sate di Kota Bandung sebagai destinasi wisata sejarah. Salah satu upaya yang akan dilakukan adalah semua titik di lingkup Gedung Sate dapat dikunjungi oleh wisatawan.
Selama ini, khalayak ramai dan wisatawan hanya dapat mengunjungi Museum Gedung Sate, juga sebatas pada halaman depan gedung yang selesai dibuat 95 tahun silam ini. Upaya tersebut diharapkan dapat turut meningkatkan kunjungan wisatawan asing, di antaranya dari Eropa ke Kota Bandung.
”Banyak masukan dari masyarakat supaya dapat mengunjungi semua titik di Gedung Sate, tak hanya di museum. Ini sedang dirancang, hal ini bisa dibuka seperti pada akhir pekan. Namun, perlu disiapkan dari aspek keamanannya. Ditargetkan awal 2020 sudah bisa direalisasikan,” tutur Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, di Bandung, Senin (30/9/2019).
Kamil menyinggung, revitalisasi pada Gedung Sate akan dilaksanakan antara lain pada taman untuk menambah keasrian dan keindahan, terutama di bagian depan dan belakang gedung.
Gedung Sate mempunyai sejarah panjang dan merupakan bangunan cagar budaya bernilai sejarah tinggi. Gedung disiapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1920 untuk memindahkan pemerintahan Hindia Belanda ke Bandung karena Batavia rawan wabah penyakit (Kompas, 5 Januari 2013).
Gedung yang dirancang oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Van Limburg Stirum itu diberi nama Gouvernements Bedrijven. Bangunan disiapkan untuk menampung 20 gedung pemerintahan.
Haryoto Kunto dalam buku Balai Agung di Kota Bandung menulis, J Gerber dari Landsgebouwendienst (Jawatan Gedung-gedung Nusantara) terpilih menjadi arsitek. Gerber menawarkan desain neoklasik, menggabungkan arsitektur lokal dan Barat. Gerber dibantu arsitek VL Sloor, De Roo, dan G Hendrick yang berpengalaman membangun gedung lain di Bandung.
Gedung Sate merupakan salah satu gedung pemerintahan terindah di Indonesia.
Perpaduan arsitektur itu antara lain memadukan bentuk atap seperti pura di Bali dengan bangunan gaya Eropa. Walakin, pembangunan gedung yang semula akan dilakukan sekaligus itu urung dilakukan karena krisis ekonomi ketika itu. Pemerintah Hindia Belanda pun hanya membangun dua gedung seluas 10.877,734 meter persegi dari luas lahan 27.990,859 meter persegi. Gedung selesai dibangun tahun 1924.
Nama bangunan akhirnya lebih dikenal dengan Gedung Sate karena masyarakat melihat pada bagian atap sebuah ornamen tusuk sate, makanan tradisional Indonesia. Gedung Sate kini menjadi tempat berkantor Gubernur Jabar.
”Dalam lingkup Gedung Sate juga didesain seperti di Istana Negara, dengan banyak lukisan, nanti akan dipampang koleksi seni dan budaya dari 27 kabupaten atau kota se-Jabar,” ujar Kamil.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar Dedi Taufik mengatakan, pembukaan kawasan Gedung Sate bagi wisatawan akan menunjang pemenuhan target kunjungan wisatawan asing ke Jabar tahun ini yang mencapai 1,8 juta. Adapun target wisatawan nusantara sebanyak 4,9 juta.
Pemandu wisata
Kepala Biro Humas dan Keprotokolan Sekretariat Daerah Jabar Hermansyah mengatakan, dalam program revitalisasi ini, Pemprov Jabar juga akan menyiapkan pemandu wisata.
”Pemandu wisata akan disiapkan. Dengan demikian, Gedung Sate nanti tak cuma sebagai kantor pemerintahan, tapi juga menjadi destinasi wisata,” ucapnya.
Hermansyah juga menyinggung, sebagai bangunan tua dengan perpaduan corak Indonesia-Eropa, banyak spot menarik di lingkup gedung ini untuk berswafoto. ”Gedung Sate merupakan salah satu gedung pemerintahan terindah di Indonesia,” ucap Hermansyah.