Lewat Lagu Kami Bercerita Jadi Film Dokumenter Terbaik
Lewat Lagu Kami Bercerita” karya Dony Putro Herwanto dari Bogor, terpilih sebagai film terbaik Denpasar Documentary Film Festival (Dedoff) 2019.
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS - "Lewat Lagu Kami Bercerita” karya Dony Putro Herwanto dari Bogor, terpilih sebagai film terbaik Denpasar Documentary Film Festival (Dedoff) 2019. Film ini berkisah tentang aktivitas ibu-ibu korban gejolak politik di masa lalu yang secara swadaya menyembuhkan luka batin mereka dengan membentuk suatu kelompok menyanyi.
Pada kategori pelajar sebagai juara pertama adalah film Pasur karya Sarah Salsabila Syafiyah dari SMA Kadhijah Surabaya, Jawa Timur. Selanjutnya, juara dua dan tiga diberikan kepada film “Orang-orang Tionghoa” karya Icha Feby Nur Futhika, SMK Negeri 1 Purbalingga, Jawa Timur dan “TPA Lontar” karya I Nengah Arta Dana dari SMK PGRI Amlapura, Bali.
Direktur Dedoff Maria Ekaristi mewakili dewan juri, mengapresiasi antusias peserta dalam berkarya. Dewan Juri juga memberi perhatian khusus terhadap film-film yang dianggap mampu memberi tempat kepada persoalan personal yang jarang digarap oleh para pekerja film pada umumnya. "Film tersebut mempertemukan persoalan personal dengan konteks di ruang publik sehingga menunjukkan adanya keterlibatan kepentingan publik yang lebih luas pada persoalan yang diangkat sebagai temanya,” katanya di Denpasar, Senin (30/9/2019).
Ia menjelaskan, secara umum, dewan juri mencatat adanya kemajuan yang cukup signifikan pada peserta festival tahun ini dibanding tahun-tahun sebelumnya. Para peserta yang tahun sebelum turut berpartisipasi sebagai peserta, tahun ini menyuguhkan film-film yang lebih kuat secara artistik dan lebih dalam secara riset.
Film tersebut mempertemukan persoalan personal dengan konteks di ruang publik sehingga menunjukkan adanya keterlibatan kepentingan publik yang lebih luas pada persoalan yang diangkat sebagai temanya, kata Maria Ekaristi
Meskipun demikian, lanjut Eka, juri mencatat adanya kelalaian teknis yang menyebabkan film sesungguhnya baik menjadi mendapat hambatan berupa ketidaktuntasan pengisahan. Harapannya, peserta tahun depan dapat lebih matang mempersiapkan diri alur, teknis, kekuatan ide hingga kedalaman riset.
Bertahan 10 tahun
Wali Kota Denpasar Rai Mantra bangga dengan bertahannya gelaran festival film dokumenter hingga 10 tahun. Ia berharap peserta dan para juara dapat menularkan manfaat kebaikan selama mengikuti festival ini.
Menurutnya, festival ini salah satu ajang kreativitas yang layak didukung. Apalagi, era teknologi digital ini perlu diarahkan ke sesuatu yang lebih bermanfaat, seperti pembuatan film dokumenter.
Penyerahan penghargaan digelar di wisata sungai Tukad Badung, Denpasar, Minggu (29/9/2019). Selain penyerahan penghargaan, warga juga dihibur lagu dan tarian usai nonton film.
Selain “Lewat Lagu Kami Bercerita”, film "As Long As" karya Lutfiyyah Sesarini, Tangerang, mendapat penghargaan khusus. Desan juri mengapresiasi keberanian dan kemampuannya menampilkan tema yang selama ini jarang dilirik orang serta kemampuan teknis dalam mengemas tema tersebut.
Keduanya menyisihkan tiga unggulan lainnya. Yakni, “Ibu untuk Bumi (Diyah Verikandhi, Yogyakarta), “Linggih Aksara” (Ni Luh Putu Indra Dewi Anjani), dan “Padi Gaga” (Gede Seen, Buleleng).
Sementara dua unggulan lain dalam kategori pelajar yang belum juara ini adalah film Tukad Pakerisan (Anak Agung Ngurah Nata Prabhawangsa, SMA Negeri 1 Gianyar) dan Tirto Sari (Yunika Eka Putri, SMA Negeri Dlanggu).
Dewan juri Dedoff 2019, adalah untuk kategori umum : Rio Helmi (Fatografer Senior, Bali), Putu Fajar Arcana (Redaktur Kompas, Jakarta), dan Agung Sentausa (Badan Perfilman Indonesia, Jakarta). Untuk kategori pelajar juri terdiri dari Warih Wisatasana (Budayawan, Denpasar), Ayu Diah Cempaka (Pegiat Kajian Cinema, Denpasar), dan Puja Astawa (Vlogger, Jimbaran).
Sebanyak 10 unggulan film dokumenter pilihan ini menyisihkan 59 film yang terdaftar dan terkirim. Festival yang memasuki tahun ke-10 ini memiliki pasang surut peserta. Tahun ini, sebanyak 189 orang mendaftar dan hanya 59 pendaftar yang mengirimkan karyanya.