Sempat Diguyur Hujan, Kebakaran di Merbabu Mulai Mereda
Kebakaran yang melanda kawasan Gunung Merbabu di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, mulai berkurang setelah turun hujan ringan pada Kamis (26/9/2019) malam.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·3 menit baca
SOLO, KOMPAS - Kebakaran yang melanda kawasan Gunung Merbabu di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, mulai berkurang setelah turun hujan ringan pada Kamis (26/9/2019) malam. Upaya pemadaman dilanjutkan dengan membuat sekat bakar untuk mengendalikan api yang tersisa.
Kepala Subbagian Tata Usaha Balai Taman Nasional Gunung Merbabu Johan Setyawan mengatakan, hujan ringan turun di lokasi kebakaran Gunung Merbabu selama beberapa menit sehingga membantu proses pemadaman. Jumlah titik api pun berkurang.
Berdasarkan pantauan, Jumat (27/9), tinggal tersisa satu titik api di wilayah Kecamatan Selo, Boyolali. Sebelumnya, terdapat beberapa titik api di kawasan gunung tersebut. “Di Selo, ada satu titik yang lokasinya sulit dijangkau, masih berasap. Itu berpotensi bisa merembet,” kata Johan, di Boyolali.
Hujan itu cukup membasahi di kawasan pinggiran, meskipun tanah terpantau tetap kering.
Johan mengatakan, karena lokasi titik api itu sulit dijangkau, upaya pemadaman secara langsung tidak bisa dilakukan. Karena itu, tim gabungan pemadaman kebakaran Gunung Merbabu membuat sekat bakar untuk melokalisasi api agar tidak merembet. Selama ini, sekat bakar relatif efektif menghambat sebaran api. Satu titik api yang masih tersisa itu dilaporkan terkendali.
“Kawan-kawan relawan hari ini naik lagi untuk melakukan pelebaran sekat bakar dan memantau efek hujan semalam. Hujan itu cukup membasahi di kawasan pinggiran, meskipun tanah terpantau tetap kering. Tapi, hujan cukup membantu proses pemadaman,” katanya.
Johan mengatakan, luas lahan yang terbakar lebih dari 613 hektar, menyusul kebakaran di wilayah Selo yang belum bisa dipadamkan. Menurut dia, upaya pemadaman selama ini hanya bisa dilakukan secara manual dengan cara membuat sekat bakar dan digebyok, yakni memukul-mukul api yang membakar ranting dan rumput dengan dahan maupun tongkat.
Pemadaman melalui udara menggunakan helikopter belum bisa dilaksanakan karena sarana tersebut sedang digunakan untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan.
Sebelumnya, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merbabu Junita Parjanti mengatakan, ada sejumlah titik api terpantau di wilayah Selo dan Ampel, Boyolali, Kamis (26/9). Kebakaran itu sulit dipadamkan karena tiupan angin kencang. Hal itu membuat api cepat merembet.
Bahkan, akibat tiupan angin kencang tersebut, api bisa meloncat kemudian membakar lokasi lainya. Selain itu, karena medan sulit dijangkau, pemadaman dilakukan dengan cara manual.
Kebakaran di kawasan Gunung Merbabu diketahui pertama kali muncul di atas Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (11/9) malam. Api menjalar hingga Kecamatan Pakis dan pada Jumat (13/9) siang dengan cepat merembet ke wilayah Kecamatan Selo dan Ampel, Kabupaten Boyolali, hingga Semarang, Jawa Tengah.
Kebakaran ini sempat dinyatakan padam, Minggu (15/9). Namun, sehari berikutnya, api kembali muncul. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali Kurniawan Fajar Prasetyo mengatakan, BPBD Boyolali telah meminta bantuan dukungan personel kepada BPBD Jawa Tengah untuk membantu proses pemadaman.
Untuk itu, BPBD Jawa Tengah sedang menggalang personel dan sukarelawan dari BPBD kabupaten/kota untuk diperbantukan ke Boyolali. “Nanti akan kami buatkan jadwal tugas secara bergantian,” katanya.
Kurniawan mengatakan, kebakaran kawasan Gunung Merbabu dikhawatirkan bisa menyebabkan tanah longsor pada musim hujan. Hal ini akibat rusaknya tanaman yang berfungsi menahan air dan luncuran material tanah di lereng Gunung Merbabu. “Ini yang harus kami waspadai saat musim hujan tiba,” katanya.