Ketersediaan air di Bendungan Wonogiri, Jawa Tengah, terus menyusut. Pelepasan air harian saat ini dilakukan terbatas, sebesar tujuh meter kubik per detik, untuk irigasi dan pemeliharaan sungai Bengawan Solo.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·3 menit baca
SOLO, KOMPAS - Ketersediaan air di Bendungan Wonogiri, Jawa Tengah, terus menyusut. Pelepasan air harian saat ini dilakukan terbatas, sebesar tujuh meter kubik per detik, untuk irigasi dan pemeliharaan sungai Bengawan Solo.
Data Perum Jasa Tirta I menyebutkan elevasi Bendungan Wonogiri pada Kamis (19/9/2019) pukul 18.00 berada di elevasi 127,1 meter diatas permukaan laut (mdpl). Sementara untuk pola operasi yang disetujui oleh Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air Bengawan Solo adalah 126,90 mdpl.
"Jadi, masih ada surplus 0,2 meter,” kata Direktur Utama Perum Jasa Tirta I Raymond Valiant Ruritan di Solo, Jawa Tengah, Jumat (20/9). Perum Jasa Tirta I adalah pengelola Bendungan Wonogiri atau yang lebih dikenal dengan sebutan Waduk Gajah Mungkur.
Menurut Raymond, elevasi 127,1 mdpl itu setara dengan total tampungan air 46 juta meter kubik. Ketersediaan itu masih cukup untuk memasok irigasi Bendung Colo, termasuk untuk pemeliharaan sungai. Saat ini pelepasan air harian dilakukan sebesar 7 meter kubik per detik.
Sebesar 3 meter kubik per detik dipakai untuk irigasi pertanian di Bendung Colo. Selebihnya, 4 meter kubik per detik khusus dipakai untuk pemeliharaan sungai Bengawan Solo dan penambahan air baku di Solo. Pelepasan air ini diharapkan dapat bertahan sampai dengan 1 Oktober 2019.
“Periode 1 Oktober 2019-1 November 2019 debit lepasan dari Bendungan Wonogiri akan diturunkan ke 4 meter kubik per detik dan diprioritaskan untuk pemeliharaan sungai dan keandalan debit air baku di Solo,” ujarnya.
Raymond mengatakan, musim hujan diharapkan sudah mulai pada akhir Oktober sehingga tampungan air Waduk Wonogiri kembali naik. Saat ini, upaya mitigasi risiko kekeringan dilakukan dengan mengurangi pemakaian irigasi di Bendung Colo dan menerapkan sistem pengairan bergilir.
“PLTA di Wonogiri kita hentikan operasinya, agar pemakaian air dapat difokuskan untuk pelayanan air ke arah hilir,” katanya.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo Charisal Akdian Manu mengatakan, daya tampung air Bendungan Wonogiri yang merupakan waduk terbesar di wilayah kerja BBWS Bengawan Solo berkurang jauh akibat sedimentasi. Pada awal beroperasi, daya tampung air Bendungan Wonogiri mencapai 500 juta meter kubik. Saat ini, daya tampungnya menyusut 375 meter kubik.
“Pendangkalannya luar biasa. Untuk mengeluarkan sedimentasi 3 juta meter kubik butuh dana Rp 200 miliar, dikerjakan tiga tahun belum selesai,” ujar Charisal saat diskusi dan pameran foto bertajuk "Air Mata Air Bengawan" di Bentara Budaya Balai Soedjatmoko, Solo, Kamis (19/9) malam.
Pendangkalannya luar biasa. Untuk mengeluarkan sedimentasi 3 juta meter kubik butuh dana Rp 200 miliar, dikerjakan tiga tahun belum selesai
Guna mengatasi kekeringan dan memenuhi kebutuhan irigasi dan air baku, Roga mengatakan, pemerintah dalam lima tahun terakhir ini sedang membangun lima waduk di wilayah kerja BBWS Bengawan Solo. Waduk itu adalah Karanganyar (2 waduk), Wonogiri (1 waduk), Pacitan (1 waduk), dan Ponorogo (1 waduk). Waduk tersebut akan menampung air hingga 100 juta meter kubik air.
Menurut Roga, dari luas wilayah di lingkup kerja BBWS Bengawan Solo (23 kabupaten/kota), ada potensi air 38,1 miliar meter kubik dari curah hujan 1.500-3.000 mililiter per tahun. Dari jumlah itu, yang dimanfaatkan hanya 22 persen, 33 persen kembali mengalir ke laut, dan 40 persen hilang.
“Itu yang mengakibatkan banjir saat musim hujan dan kekeringan saat kemarau,” katanya.