Mitos keliru tentang makan ikan rentan menghambat tumbuh kembang anak di Nusa Tenggara Barat. Padahal, ikan memiliki kandungan protein lengkap untuk memenuhi kebutuhan gizi anak
Oleh
Khaerul Anwar
·2 menit baca
MATARAM, KOMPAS-Mitos keliru tentang makan ikan rentan menghambat tumbuh kembang anak di Nusa Tenggara Barat. Padahal, ikan memiliki kandungan protein lengkap untuk memenuhi kebutuhan gizi anak.
“Masih ada masyarakat yang percaya ikan bisa memicu cacingan,” ujar Kepala Dinas Kesehatan NTB, Nurhandini Eka Dewi, Rabu (18/9/2019) di Mataram, Lombok, mengomentari kampanye Gerakan Masyarakat Makan Ikan (Gemarikan) Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mendukung Program Masyarakat Hidup Sehat di Indonesia.
Di NTB, kampanye Gemarikan dilakukan di Desa Penimbung, Lombok Barat, Selasa (17/9). Hadir dalam acara itu Direktur Jenderal Pemasaran Pengolahan Produk KKP, Mahmud. Dalam kesempatan itu, masyarakat diajak memperbanyak konsumsi ikan. Gizi ikan potensial menekan angka tengkes.
Menurut Nurhandini, ajakan gemar makan itu memerlukan pendekatan budaya sebagai jawaban atas masih berkembangnya mitos dalam kehidupan masyarakat. “Masih ada anggapan, anak makan ikan bisa cacingan, makan daging ayam anak bisa sakit panas,” ujar Nurhandini, yang juga dokter spesialis anak. "Padahal, anak cacingan karena habis main kotor-kotor tidak cuci tangan pakai sabun," ujar dia.
Nurhandini mengatakan, ikan punya sejumlah keunggulan. Diantaranya, punya kandungan protein yang tinggi dan harga relatif murah. Oleh karena itu, ikan sangat idel menambah asupan gizi. Selain itu, ikan juga memiliki kandungan kalsium dan yodium tinggi. Kalsium berperan menjaga kesehatan tulang, yodium untuk mengatur proses metabolism, serta fungsi organ tubuh.
Masih ada anggapan, anak makan ikan bisa cacingan, makan daging ayam anak bisa sakit panas
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTB Lalu Hamdi mengatakan, tingkat konsumsi ikan di NTB masih rendah, 38 kilogram perkapita per tahun atau di bawah rata-rata nasional 50 kilogram per kapita per tahun. Kondisi itu menjadi pekerjaan rumah dalam mengedukasi dan mempromosikan pentingnya makan ikan.
“Kami akan terus mengkampanyekan program gemarikan. Di dalamnya, akan diisi lomba mengolah ikan sebagai media sosialisasi dan edukasi,” ucap Hamdi.