Kebakaran lahan di lereng sisi timur laut Gunung Wilis di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, berhasil dipadamkan pada Minggu (15/9/2019) dini hari.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
KEDIRI, KOMPAS — Kebakaran lahan di lereng sisi timur laut Gunung Wilis di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, berhasil dipadamkan pada Minggu (15/9/2019) dini hari. Api yang baru diketahui pada Sabtu (14/9) petang itu menghanguskan sekitar 5 hektar lahan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kediri Randy Agatha mengatakan, api padam pada Minggu sekitar pukul 01.30 setelah sejumlah petugas dari pihak Perhutani, masyarakat, TNI, Polri, dan BPBD turun ke lokasi.
”Meski telah padam, kami masih bersiaga menjaga kemungkinan api muncul kembali mengingat kondisi di sekitar lokasi yang terbakar cukup kering oleh kemarau,” ujar Randy.
Kebakaran itu mendera lahan milik Perhutani di Desa Ngesong, Kecamatan Banyakan. Belum diketahui secara pasti penyebab kebakaran, tetapi BPBD menduga kuat akibat aktivitas manusia.
”Kalau penyebab oleh alam kemungkinannya kecil. Alam hanya menjadi faktor pendukung saja, tetapi penyebab utama pasti ulah manusia. Percikan (api) pasti berasal dari manusia,” kata Randy.
Ini adalah peristiwa kebakaran lahan pertama yang terjadi di lereng Wilis yang masuk wilayah Kabupaten Kediri selama musim kemarau tahun ini. Tidak jauh dari wilayah tersebut, kebakaran lahan juga pernah terjadi pada 2015 di wilayah Kabupaten Nganjuk. Luas hutan yang terbakar saat itu mencapai 35 hektar dan berada di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut.
Randy pun mengimbau agar masyarakat yang beraktivitas di hutan mewaspadai kebakaran lahan mengingat musim kemarau masih berlangsung beberapa pekan ke depan. Imbauan ini tidak saja berlaku bagi warga yang tinggal di lereng Wilis, tetapi juga bagi warga di lereng gunung lain.
Dikonfirmasi secara terpisah, Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Karangploso, Malang, Anung Suprayitno mengatakan, secara umum wilayah Jawa Timur baru akan memasuki musim hujan pada November.
Karena itu, menurut Anung, masyarakat masih perlu mewaspadai potensi kebakaran lahan dan kekeringan hidrologis lainnya. ”Kalau untuk daerah tertentu, seperti Gunung Raung (Banyuwangi) dan Semeru, musim hujan datang lebih awal, sekitar Oktober. Sementara wilayah pantai utara daerah Tapal Kuda kemungkinan baru Desember memasuki musim hujan,” katanya.