Karhutla Kian Sulit Diatasi, Kalsel Gelar Istigasah dan Shalat Hajat
Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Selatan kian sulit diatasi akibat kemarau panjang dan cuaca panas ekstrem. Berbagai upaya untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan terus dilakukan.
Oleh
Jumarto Yulianus
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Selatan kian sulit diatasi akibat kemarau panjang dan cuaca panas ekstrem. Berbagai upaya untuk mengatasinya dilakukan sambil berharap pada pertolongan Yang Mahakuasa.
Dalam rangka memohon pertolongan dari Allah, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan menggelar istigasah dan shalat hajat di Lapangan Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Banjarmasin, Sabtu (14/9/2019). Pelaksanaannya diikuti ribuan umat Islam.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor menuturkan, beberapa bulan terakhir ini cuaca begitu panas dan menyengat akibat musim kemarau yang berkepanjangan. Banyak wilayah di Tanah Air, tidak terkecuali Kalsel, turut dilanda kekeringan dan kesulitan air bersih.
”Kemarau di Kalsel juga memicu terjadinya berbagai peristiwa kebakaran hutan dan lahan. Kabut asap yang ditimbulkan berdampak buruk bagi kesehatan dan mengganggu kelancaran transportasi udara,” katanya.
Hingga saat ini, Pemprov Kalsel bersama jajaran TNI, Polri, dan sukarelawan masyarakat masih siaga dan bergerak cepat untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan. Namun, personel juga menyadari bahwa tidak mudah menghadapi faktor alam, yaitu cuaca panas yang sudah di atas normal dan cenderung ekstrem berkepanjangan. Sebagai manusia, personel juga memiliki keterbatasan dan tidak bisa menjangkau semua lahan yang terbakar.
”Dengan kondisi alam begitu, kami dengan segala kerendahan hati memohon pertolongan Allah SWT agar segera menurunkan hujan dan mengakhiri musim kemarau yang berkepanjangan ini,” ujarnya.
Shalat dan doa bersama itu juga ditujukan untuk memohon agar masyarakat Kalsel tetap dilindungi dari bahaya kebakaran hutan dan lahan. Mereka juga memohon agar dilindungi dari kabut asap yang sangat tidak baik bagi kesehatan dan berdampak buruk terhadap berbagai aktivitas keseharian.
”Mari berdoa semoga musim kemarau ini cepat berlalu, diganti tibanya musim hujan yang sangat diharapkan,” ucapnya.
Untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan, menurut Sahbirin, tidak cukup hanya mengandalkan pemerintah dan aparat. Pemerintah, aparat, dan masyarakat harus bekerja sama dan bergotong royong. ”Saya mengimbau kepada masyarakat untuk menjaga agar lahan masing-masing jangan sampai terbakar,” katanya.
Tidak cukup hanya pemerintah dan aparat. Pemerintah, aparat, dan masyarakat harus bekerja sama dan bergotong royong.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Kalsel Noor Fahmi menyampaikan, doa bersama itu dalam rangka memohon keselamatan untuk daerah Kalsel agar terhindar dari berbagai bencana, terutama bencana kebakaran hutan dan lahan serta bencana kabut asap.
Di samping memohon keselamatan bersama, istigasah dan shalat hajat itu juga untuk meminta hujan kepada Allah SWT. ”Ada seruan dari kami bersama Majelis Ulama Indonesia Kalsel agar kabupaten/kota di Kalsel juga menggelar shalat semacam ini,” ujar Fahmi.
Memasuki September, kebakaran hutan dan lahan di Kalsel semakin menjadi-jadi. Sampai dengan Jumat (13/9/2019) telah terjadi 1.187 peristiwa kebakaran lahan dengan luas 3.396 hektar dan 11 kejadian kebakaran hutan dengan luas 79,75 hektar.
Sabtu (14/9/2019) pagi, kabut asap pekat akibat kebakaran hutan dan lahan kembali mengganggu penerbangan di Bandar Udara Syamsudin Noor, Banjarmasin, di Banjarbaru. Satu jadwal keberangkatan dan empat jadwal kedatangan pesawat mengalami keterlambatan.