Pembakaran Fasilitas Obyek Wisata di Pidie Perburuk Citra Daerah
Perusakan dan pembakaran fasilitas wisata di Pantai Mantak Tari di Desa Mantak Tari, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, Aceh ,dapat memperburuk citra daerah itu sebagai tujuan wisata.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
SIGLI, KOMPAS — Perusakan dan pembakaran fasilitas wisata Pantai Mantak Tari di Desa Mantak Tari, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, Aceh, dapat memperburuk citra daerah itu sebagai tujuan wisata. Pariwisata adalah soal menerima tamu. Pembangunan di sektor ini bukan hanya membangun fisik, melainkan juga membangun karakter warga.
Koordinator Komunitas Wisata Cerita Pidie Zian Mustaqim, yang dihubungi pada Senin (9/9/2019), mengatakan, perusakan fasilitas wisata di Pantai Mantak Tari menunjukkan bahwa warga dan Pemerintah Kabupaten Pidie belum siap mengembangkan wisata. Pembakaran sejumlah kios di pantai oleh warga memperburuk citra pariwisata di Pidie dan Aceh.
Perusakan fasilitas wisata di Pantai Mantak Tari menunjukkan warga dan Pemerintah Kabupaten Pidie belum siap mengembangkan wisata. (Zian Mustaqim)
Pembakaran terjadi Minggu (8/9/2019) saat massa dari beberapa desa di Pidie yang didominasi perempuan mendatangi Pantai Mantak Tari. Massa menuding Pantai Mantak Tari dijadikan tempat maksiat. Mereka lalu membakar kios pedagang dan merusak tugu ikon pantai itu. Tercatat 36 kios pedagang rusak.
Dampaknya, pantai itu kini ditutup untuk umum. Aparat polisi berjaga di pantai itu untuk mencegah terjadinya kisruh susulan. Pedagang yang kiosnya di bakar telah membuat laporan kepada polisi.
”Isu pelanggaran syariah Islam digunakan untuk menggerakkan massa,” kata Zian. Padahal, lanjut Zian, masalah di pantai lebih pada buruknya sistem pengelolaan wisata seperti sengketa lahan parkir dan pungutan liar. Ada kelompok-kelompok warga yang ingin mendominasi pengelolaan kawasan wisata.
Sebelum pembakaran pada Minggu, riak-riak konflik pengelolaan sejak tiga bulan lalu mulai muncul. Imbasnya sejak tiga bulan lalu, tidak ramai lagi warga yang berkunjung ke pantai itu.
Namun, kata Zian, pemerintah tidak merespons masalah itu dengan cepat hingga berakhir dengan perusakan oleh massa. ”Pemerintah tidak turun ke lapangan untuk mengawasi dan membina warga. Padahal, membangun wisata terlebih dahulu membangun karakter warga, bukan fasilitas fisik,” kata Zian.
Sebelumnya, peristiwa serupa pernah terjadi pada 2014. Saat itu massa juga merusak fasilitas wisata di pantai itu.
Pantai Mantak Tari terletak di sisi timur jalan nasional Banda Aceh-Medan. Dari pusat Kota Pidie. pantai dapat dicapai dengan waktu 15 menit bersepeda motor. Saat akhir pekan, kunjungan ke pantai mencapai ribuan orang.
Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Pidie Afriadi mengatakan, peristiwa perusakan fasilitas wisata di Pantai Mantak Tari membuat warga yang membuka usaha terdampak. Mereka tidak bisa lagi berusaha. Beberapa pedagang telah membuat laporan pembakaran itu pada polisi.
Peristiwa perusakan fasilitas wisata di Pantai Mantak Tari membuat warga yang membuka usaha terdampak. (Afriadi)
Terkait persoalan pengelolaan lokasi wisata antarwarga, Afriadi mengatakan itu bukan wilayah kerjanya. ”Kami hanya menangani fasilitas sarana dan prasarana obyek wisata serta mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor wisata,” kata Afriadi.
Konflik antarwarga dalam mengelola pariwisata, lanjut Afriadi, merupakan kewenangan Forum Komunikasi Masyarakat yang terdiri dari unsur ulama, akademisi, tokoh warga, dan Pemkab Pidie. ”Tim ini sudah turun ke lokasi untuk memediasi warga. Kasus di Pantai Mantak Tari secara umum tidak akan berpengaruh terhadap pengembangan wisata di Pidie,” ujar Afriadi.
Dihubungi secara terpisah, Wakil Bupati Pidie Fadhlullah mengatakan, peristiwa itu tidak perlu terjadi jika warga memiliki pemahaman yang sama terhadap pengembangan wisata. Fadhlullah akan segera mengadakan pertemuan dengan kelompok warga untuk mencari solusi kelanjutan pengelolaan Pantai Mantak Tari.
”Tidak ada kegiatan wisata yang melanggar syariat Islam dan norma-norma. Namun, perlu diatur lebih baik agar pengunjung dan warga sama-sama nyaman,” kata Fadhlullah.