”Stunting” Masih Mendera Kabupaten Sumba Barat Daya dan Ende
Dua bupati yang baru dilantik, yakni Sumba Barat Daya dan Ende untuk masa bhakti 2019-2024, didesak segera menyelesaikan masalah stunting yang masih mendera kedua kabupaten itu.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Dua bupati yang baru dilantik, yakni Sumba Barat Daya dan Ende, untuk masa bakti 2019-2024, didesak segera menyelesaikan masalah stunting di daerah masing-masing. Stunting yang terjadi karena kemiskinan masih mendera dua kabupaten itu.
Untuk itu, bupati dan semua pihak terkait harus bekerja serius mengatasi masalah ini. Pemkab SBD memiliki tujuh program emas membangun SBD lima tahun ke depan.
Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Laiskodat, seusai melantik Bupati Sumba Barat Daya (SBD) Kornelis Kodi Mete-Kristian Taka, dan Bupati Ende Ahmat Djafar di Kupang, Minggu (8/9/2019), mengatakan, SBD salah satu kabupaten dengan kasus kemanusiaan tertinggi selain Timor Tengah Selatan.
”Saya sudah pesan secara pribadi kepada bupati SBD, juga Bupati Ende yang dilantik. Saya mendesak agar kasus stunting di dua kabupaten ini segera ditangani. Sumba Barat Daya, khususnya Kecamatan Kodi, hampir 70 persen dari 60.000 jumlah penduduk di kecamatan itu mengalami stunting, ini masalah besar bagi tumbuh kembang anak,” kata Laiskodat.
Stunting atau pertumbuhan seseorang tidak normal atau jauh lebih pendek dibandingkan dengan usia yang ada. Selain stunting, gizi buruk dan rawan pangan pun terjadi di daerah itu. Kasus-kasus ini juga terdapat di Kabupaten Ende dan 19 kabupaten/kota lain di NTT.
Kabupaten SBD memiliki sumber daya alam yang cukup banyak, antara lain kopi, jambu mete, kelapa, pisang, dan jagung. Selain itu, SBD memiliki aneka budaya yang memikat dan menarik wisatawan, terutama pantai yang indah, kampong adat, perang adat pasola, dan rumah budaya. Budaya-budaya dan keindahan alam ini harus ditata dan dikelola dengan baik agar bermanfaat bagi masyarakat setempat.
Daerah ini sedang mengembangkan sejumlah hasil perkebunan yang sangat langka karena itu memiliki prospek menjanjikan pada masa depan, yakni durian, rambutan, coklat, cengkeh, dan vanili. Tanaman-tanaman ini belum populer di NTT. Jika SBD mampu mengembangkan dan memproduksi hasil-hasil dalam jumlah besar, bisa menyuplai sejumlah kebutuhan akan buah-buahan ke kabupaten/kota di NTT.
”Saya sudah pesan secara pribadi kepada bupati SBD, juga Bupati Ende yang dilantik. Saya mendesak agar kasus stunting di dua kabupaten ini segera ditangani. Sumba Barat Daya, khususnya Kecamatan Kodi, hampir 70 persen dari 60.000 jumlah penduduk di kecamatan itu mengalami stunting, ini masalah besar bagi tumbuh kembang anak,” kata Laiskodat.
Bupati-Wakil Bupati SBD dan Bupati Ende serta para pembantu dan PNS setempat harus bekerja keras. Berani menelurkan program-program pro-rakyat, praktis, dan mudah dikerjakan masyarakat tanpa harus mengeluarkan biaya tinggi.
Kedua bupati tersebut didorong segera melakukan konsolidasi birokrasi, partai politik, unsur masyarakat, para tokoh agama, tokoh pemuda, dan tokoh adat. Kemajuan SBD lima tahun ke depan tidak hanya dibangun oleh pemda, tetapi semua kelompok masyarakat di daerah itu.
Tujuh program
Sementara itu, Bupati SBD Kornelis Kodi Mete telah mempersiapkan tujuh program yang disebut jembatan emas SBD. Program itu, yakni pengembangan pariwisata, peternakan, pendidikan, kesehatan, pertanian dan perkebunan, infrastuktur jalan, dan air bersih.
Tujuh program ini sudah dijalankan selama lima tahun sebelumnya, yakni 2009-2014. Saat itu Kodi Mete menjabat sebagai Bupati SBD, tetapi kemudian gagal pada periode 2014-2019 karena dikalahkan pasangan Markus Dairo Talu-Ndara Tangguh Kaha.
Di tengah pelantikan itu, rohaniwan Katolik, Uskup Sumba Mgr Edmond Woga CSsR; Ketua Sinode Gereja Kristen Sumba Pdt Alfred Samani; dan rohaniwan Muslim, H Idris Muda mengukuhkan janji ketiga pejabat, dengan kitab suci masing-masing dan mendoakan mereka.
Uskup Edmond Woga CSsR, misalnya, mendoakan agar Kodi Mete selalu memimpin dengan kebenaran, keadilan, dan pengorbanan. Kebenaran dan keadilan selalu berpihak pada kaum miskin dan lemah. Mereka yang tak berdaya menunggu uluran tangan dan pengasihan dari pemimpin yang telah mereka pilih.
Sementara Bupati Achmat Djafar mengatakan, akan melanjutkan program-program kerja yang sudah dicanangkan bersama almarhum (bupati) Marsel Petu. Marsel Petu meninggal pada 26 Mei 2019 di RS Siloam, Kupang, akibat serangan jantung.
Kabupaten Ende pun memiliki potensi unggulan, seperti pariwisata dan hasil-hasil perkebunan serta pertanian. Tanaman bumbu dapur di Ende selama ini menyuplai sejumlah kebutuhan di Kota Kupang, seperti jahe, bawang merah, kentang, kunyit, kunir putih, dan daun salam.